28.5 C
Jakarta
Wednesday, May 1, 2024

Katedral Kristus Raja Loikaw, Myanmar Dibom, Uskup Melarikan Diri Bersama Pengungsi dan Umat

BERITA LAIN

More
    Sebuah Gereja di Keuskupan Loikaw, Kayah pada tahin 2014. CNA

    LOIKAW, Pena Katolik – Kompleks Katedral Katolik Kristus Raja di Loikaw, Myanmar dibom, pada 26 November 2023. Uskup melarikan diri bersama pengungsi. Peristiwa ini memperburuk perang saudara di Myanmar. Setelah dibom, Pusat Pastoral ini diduduki oleh militer Burma keesokan harinya.

    Peperangan akhir akhir terjadi sangat keras di dalam kota Loikaw. Kota ini ada banyak orang katolik, ada katedral, pastoral center juga dan banyak biara di kota kecil ini.

    Tatmadaw (Militer Myanmar) berusaha mengontrol wilayah tersebut dengan membabi buta menggunakan roket dan serangan udara. Tentara juga menjatuhkan bom di beberapa gedung.

    Tatmadaw menengarai di Kota Loikaw ini sudah banyak Milisi Rakyat (PDF) bergerilya dan menguasai kota. Dengan situasi ini, Tatmadaw mengambil alih secara paksa gedung-gedung besar seperti biara dan pastoral center. Tindakan ini diharapkan menjadi langkah untuk dapat mengawasi PDF dengan lebih mudah.

    “Selain itu Tatmadaw juga mencurigai adanya kelompok PDF yang bersembunyi di biara dan gedung pastoral. Maka terjadilah Tatmadaw penguasaan gedung pastoral dan katedral di Keuskupan Loikaw,” kata salah seorang warga.

    Meskipun tidak ada korban jiwa dalam pemboman tersebut, langit-langit pusat pastoral runtuh dan Uskup Celso Ba Shwe serta 80 pengungsi yang berlindung di gereja tersebut terpaksa melarikan diri. Mgr. Shwe mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh Agenzia Fides bahwa “tentara Burma mencoba merebut kompleks Katedral Kristus Raja sebanyak tiga kali” sebelum akhirnya mendudukinya pada 27 November.

    “Sebagai uskup setempat. Saya, bersama dengan para imam, mencoba meyakinkan para jenderal militer tentang pentingnya situs keagamaan tersebut dan meminta mereka untuk meninggalkan tempat tersebut, di mana para pengungsi juga diterima,” kata Mgr. Shwe.

    Kompleks katedral telah menampung sekitar 82 pengungsi dari seluruh negara bagian Kayah di Myanmar, sebuah wilayah yang telah menjadi medan pertempuran besar antara junta militer Burma dan beberapa milisi pemberontak. Uskup juga melaporkan bahwa 50 tentara datang dan menduduki [katedral] untuk menggunakannya sebagai perisai.

    Agenzia Fides melaporkan Mgr. Shwe mengatakan bahwa banyak orang lanjut usia, orang cacat, orang sakit, wanita, dan anak-anak termasuk di antara mereka yang mengungsi di kompleks katedral. Sepuluh pendeta dan 16 religius juga termasuk di antara mereka yang berlindung di katedral. Kini, para pengungsi dan uskup telah meninggalkan katedral untuk mencari perlindungan di gereja lain atau hutan belantara di dekatnya.

    Myanmar, yang berbatasan dengan India di barat dan Tiongkok di timur, merupakan negara mayoritas beragama Budha yang memiliki banyak minoritas Katolik dan Protestan di beberapa negara bagian. Negara ini telah terjebak dalam perang saudara berdarah sejak tahun 2021 setelah milisi lokal bersatu untuk menentang junta militer yang mengambil alih pemerintahan pada awal tahun itu.

    Surat dari Uskup Loikaw, Mgr. Celso Ba Shwe yang memberitakan situasi terkini setelah pengeboman. IST

    Ini bukan pertama kalinya gereja-gereja Katolik dan tempat-tempat suci terjebak dalam baku tembak dalam perang yang sedang berlangsung. Situs-situs Katolik di negara bagian Kayah dan Keuskupan Loikaw sangat terkena dampak serangan militer. Pada bulan 12 Agustus 2023, Gereja Bunda Maria Pengasih di desa Htee Thaw Ku di Keuskupan Loikaw terkena serangan udara yang menghancurkan langit-langit dan jendela gereja.

    Pada bulan Maret 2022, CNA melaporkan bahwa serangan udara militer Myanmar menghantam Gereja St. Maria Fatima di desa Saun Du La dan biara Sisters of Reparation, sebuah rumah bagi pensiunan biarawati di negara bagian Kayah. Secara total, menurut Agenzia Fides, 21 dari 41 paroki di keuskupan tersebut terkena dampaknya. Keuskupan Loikaw memiliki sekitar 93.000 umat.

    Mgr. Shwe mengatakan bahwa karena meningkatnya konflik bersenjata pada bulan November 2023, lebih dari 80% penduduk perkotaan dan pedesaan di Negara Bagian Kayah telah mengungsi dan jumlah pengungsi internal terus meningkat. Mgr. Shwe mengatakan bahwa katedral telah menjadi tempat perlindungan yang populer namun sayangnya, di sana juga tidak aman.

    Sebuah laporan yang diterbitkan pada bulan Maret oleh Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB mengatakan konflik tersebut telah mengakibatkan “krisis kemanusiaan dan hak asasi manusia”. Lebih dari 1,3 juta orang terpaksa mengungsi dan lebih dari 3.000 warga sipil terbunuh.

    Menurut laporan PBB, ketika konflik meningkat, Junta Militer Myanmar dalam beberapa bulan terakhir meningkatkan serangan udara, membom desa-desa, sekolah, fasilitas medis, dan perkemahan bagi para pengungsi internal.

    Paus Fransiskus memperbarui seruannya sebelumnya untuk perdamaian di Myanmar dalam pernyataan Angelus pada 19 November 2023 di Lapangan Santo Petrus. Pernyataan Paus diterbitkan oleh Vatican News.

    “Perang selalu, selalu, selalu merupakan kekalahan. Saya memperbarui kedekatan saya dengan orang-orang terkasih di Myanmar yang sayangnya terus menderita akibat kekerasan dan penindasan. Saya berdoa agar mereka tidak putus asa dan selalu percaya pada bantuan Tuhan,” kata Paus Fransiskus.

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI