29.4 C
Jakarta
Tuesday, April 30, 2024

Bacaan dan Renungan Senin 6 November 2023, Minggu Biasa ke-XXXI (Hijau)

BERITA LAIN

More

    Bacaan I – Rm. 11:29-36

    Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya. Sebab sama seperti kamu dahulu tidak taat kepada Allah, tetapi sekarang beroleh kemurahan oleh ketidaktaatan mereka, demikian juga mereka sekarang tidak taat, supaya oleh kemurahan yang telah kamu peroleh, mereka juga akan beroleh kemurahan.

    Sebab Allah telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan, supaya Ia dapat menunjukkan kemurahan-Nya atas mereka semua. Alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!

    Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya? Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya? Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!

    Demikianlah Sabda Tuhan

    U. Syukur Kepada Allah

    Mzm. 69:30-31,33-34,36-37

    • Aku akan memuji-muji nama Allah dengan nyanyian, mengagungkan Dia dengan nyanyian syukur; pada pemandangan Allah itu lebih baik dari pada sapi jantan, dari pada lembu jantan yang bertanduk dan berkuku belah.
    • Sebab TUHAN mendengarkan orang-orang miskin, dan tidak memandang hina orang-orang-Nya dalam tahanan.
    • Biarlah langit dan bumi memuji-muji Dia, lautan dan segala yang bergerak di dalamnya. Anak cucu hamba-hamba-Nya akan mewarisinya, dan orang-orang yang mencintai nama-Nya akan diam di situ.

    Bacaan Injil – 14:12-14

    Yesus bersabda kepada orang Farisi yang mengundang Dia makan, “Bila engkau mengadakan perjamuan siang atau malam, janganlah mengundang sahabat-sahabatmu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu, atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula, dan dengan demikian engkau mendapat balasnya.

    Tetapi bila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, cacat, lumpuh dan buta. Maka engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalas engkau. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar.”

    Demikianlah Injil Tuhan.

    U. Terpujilah Kristus.

    TINGGALKAN MENTAL “DO UT DES”!

    Pola pikir Yesus memang lain sama sekali dengan pola pikir kita, manusia yang rapuh tetapi sombong ini. Berbuat baik adalah suatu pekerjaan yang bisa dilakukan oleh siapa saja termasuk seorang penjahat. Masalahnya adalah apa motivasi di balik kebaikan itu? Mengapa seseorang melakukan kebaikan? Pertanyaan itu sulit dijawab karena hal itu menyangkut isi hati seseorang. Namun, mungkin bisa kita tebak kalau kita mengetahui kepada siapa perbuatan baik itu ditujukan: Misalnya, memberi suatu hadiah: Bukankah kita biasa memberikan hadiah yang terbaik, berkualitas prima dan cukup mahal harganya kepada atasan atau orang yang kita hormati, sekurang-kurangnya kepada rekan kerja kita? Apakah hadiah yang sama juga kita berikan kepada misalnya, pembantu atau anak-anak cleaning service?

    Biasanya kita memberikan hadiah yang kurang begitu berkualitas kepada orang-orang bawahan kita. Mungkin itu yang disebut “wajar” menurut ukuran kita. Dengan kata lain kita memberi sesuatu atau berbuat baik kepada orang lain biasanya dengan pamrih agar suatu hari orang itu membalas kebaikan kita juga. Inilah yang disebut mental “do ut des” (saya memberi agar kamu juga memberi). Inilah mental yang selalu mengharapkan pembalasan. Setiap kali berbuat kebaikan selalu ada pamrih pribadi yang lebih menguntungkan bagi dirinya.Jadi sebenarnya perbuatan kasih seperti itu kurang tulus dan selalu punya pamrih tertentu! Atau sudah dengan perhitungan bisnis: untung-rugi!

    Dalam perikop Injil hari ini, Tuhan Yesus ingin membuka mata dan sekaligus menantang kita agar kita tinggalkan mental “do ut des” itu. Yesus tahu kebiasaan kita bahwa kalau kita mengadakan pesta atau syukuran yang biasa kita undang adalah atasan atau rekan bisnis atau rekan kantor yang selevel dengan kita. Jarang sekali atau hampir tidak pernah kita adakan suatu pesta khusus untuk orang-orang miskin atau terlantar. Maka kali ini Yesus ingin menantang kita. Dia mau membalikkan pola pikir kita dengan mengajukan suatu ajakan yang menantang: “Apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar” (Luk.14: 13,14).

    Yesus menuntut kita untuk membangun relasi berbobot yang didasarkan pada kasih. Kasih itu benar-benar tulus, bila kita sungguh peduli dan tidak bermental “do ut des.” Kasih itu merupakan keterbukaan hati yang bebas untuk menyapa siapa pun, tanpa pamrih pribadi dan tanpa perhitungkan latar belakangnya serta tidak mengukur “untung atau rugi”. Orang yang hidup dalam kasih sejati adalah orang yang rendah hati dan rela atau berani “turun status” agar dapat menyapa dan membangun relasi yang dekat dengan mereka yang kurang beruntung atau tersingkirkan. Yesus sendiri telah memberikan teladan nyata dalam hidup-Nya. Sanggupkah kita mengikuti teladan-Nya?

    Rasul Paulus dalam Bacaan Pertama menegaskan: “Allah tidak menyesali Kasih karunia dan panggilan-Nya” (Rm.11: 29). Kemurahan hati adalah keutamaan yang tidak bergantung pada apa pun; ini adalah sebuah pilihan sikap yang datang dari hati yang terdalam. Bukan karena terdorong oleh orang lain yang bermurah hati kemudian saya tidak mau kalah bermurah hati pula. Murah hati adalah pilihan pribadi karena terdorong oleh kasih yang tulus. Itulah semangat kemurahan hati Allah yang tidak pernah disesali sebab kemurahan hati-Nya itu tanpa syarat apa pun dan juga tanpa pamrih! Apa pun balasan yang diterima dari manusia, tetapi kemurahan hati Allah tidak berubah sama sekali; dan Allah pun tidak pernah menyesal atas sikap Kasih NyaA itu.
    Pernyataan Paulus itu mengungkapkan kemurahan hati Allah yang sangat mendalam karena cinta kasih-Nya yang tiada batas kepada manusia, sekali pun manusia sangat mengecewakan Allah!

    Jika kita sungguh menyadari kelemahan kita, apakah kita punya keberanian untuk merombak sikap mental kita selama ini yang penuh dengan pamrih tertentu? Sanggupkah kita mengakhiri praktek semangat “do ut des” itu?

    ***

    Santo Leonardus dari Noblac, Pengaku Iman

    Leonardus dari Noblac ini sangat populer di Eropa Barat pada Abad Pertengahan. Ia lahir di Corroy, dekat Orleans, Prancis, pada permulaan abad ke-6 dari sebuah keluarga bangsawan. Pada waktu itu, Prancis diperintahi oleh Raja Clovis. Konon Raja Clovis bersama beberapa pengikutnya dipermandikan oleh Santo Remigius, Uskup kota Rheims. Keluarga Leonardus juga kemudian dipermandikan oleh Santo Remigiiis. Raja Clovis menjadi bapa baptis.

    Ketika menanjak dewasa, Leonardus masuk dinas militer. Namun karena ia merasa terpanggil untuk menjalani hidup bakti kepada Tuhan maka ia mengundurkan diri dari dinas militer. Ia lalu menjadi murid Santo Remigius, dan di bawah bimbingan Remigius, ia mulai belajar berdoa, dan berkarya bagi Tuhan. Setelah itu ia masuk biara Micy di bawah asuhan Santo Magiminus. Perkembangan hidup rohaninya sangat mengagumkan sehingga ia ditawari jabatan di keuskupan namun ia menolak tawaran itu.

    Leonardus kemudian hidup menyendiri di hutan rimba Limoges. Di sana ia membangun sebuah gubuk sebagai tempat berdoa dan bertapa. Dalam doa dan tapa yang keras itu, Leonardus mencapai suatu tingkat kehidupan rohani yang tinggi. Ia dikaruniai kemampuan menyembuhkan berbagai penyakit dengan doa-doanya.

    Konon ia menyembuhkan permaisuri Raja Clovis dari penyakit yang dideritanya. Sebagai ucapan syukur raja menghadiahi dia sebidang tanah, untuk mendirikan biaranya. Biara ini kemudian terkenal sebagai pusat pewartaan Injil untuk daerah-daerah di sekitarnya. Leonardus wafat di biara itu pada pertengahan abad ke-6.

    Doa Penutup  Ya Bapa, ajari kami menjadi pembawa cinta-Mu, sehingga hidup kami akan mejadi cahaya bagi kegelapan dunia. Terang bagi suramnya kebencian yang menjadi sel dari masyarakat kami. Amin

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI