JAKARTA, Pena Katolik – Berita duka datang dari Serikat Xaverian Indonesia, telah dipanggil Tuhan, Pastor Fernando Abis SX di Jakarta pada 16 Oktober 2023. Ia wafat pada usia 80 tahun.
Pastor Fernando lahir di Sardinia, Italia pada 18 April 1943. Ia adalah anak ke-5 dari 9 bersaudara. Awalnya, ia adalah calon imam di Keuskupan Sardinia, dua tahun sebelum tahbisan, ia memutuskan masuk sebagai anggota Serikat Xaverian.
“Kalau itu terjadi ada kemungkinan besar bahwa sukacita saya dalam panggilan ini akan diuji dan diganggu secara berat, untuk pertama kalinya sejak saya meninggalkan Seminari Projo Alma Mater untuk bergabung dengan Para Misionaris SX,” kata pastor Fernando dalam refleksi 45 tahun imamatnya.
Ia ditahbiskan menjadi imam pada 19 Oktober 1969. Sebagai seorang Misionaris Xaverian, Pastor Fernando berangkat ke Indonesia pada 13 Agustus 1971, hanya dua tahun sejak ia ditahbiskan. Tugas pertama Pastor Fernando adalah membuka karya misi di Kepulauan Mentawai, tepatnya di Sikabaluan, Siberut Utara.
Pastor Fernando sempat kembali ke Italia pada Agustus 1976 untuk melanjutkan belajar Liturgi di Roma selama dua tahun hingga mendapat gelar Licentiate Liturgi. Ia kembali ke Indonesia dan sempat menjadi Pastor Kepala Paroki Katedral Padang hingga tahun 1984. Ia kemudian melayani kembali di Mentawai hingga tahun 1991.
Pastor Fernando kemudian ditugaskan untuk menjadi formator di rumah pendidikan calon imam Serikat Xaverian di Yogyakarta. Tugas ini ia jalankan antara tahun 1992-2003. Selama menjadi rektor rumah pendidikan ini, Pastor Fernando dikenal sebagai pribadi yang tegas namun juga seorang imam yang sungguh memperhatikan perkembangan iman para frater. Salah satu yang ia damping saat itu adalah Mgr. Vitus Rubianto SX yang saat ini menjadi Uskup Padang. Provinsial Serikat Xaverian saat ini, Romo Suhud Budi Pranoto SX juga merupakan frater yang didampingi Pastor Fernando selama menjalani pendidikan di Yogyakarta. Pastor Fernando sempat kembali melayani di Mentawai setelah mengakhiri tugasnya di Yogyakarta.
Ia kembali ditugaskan untuk memimpin rumah pendidikan Xaverian untuk menjadi Rektor di Skolastikat Xaverian Cempaka Putih, Jakarta Pusat pada tahun 2007. Ia menjalankan tugas ini sampai dipilih menjadi Provinsial Serikat Xaverian pada tahun 2009. Setelah mengakhiri tugas sebagai provinsial pada tahun 2012, Pastor Fernando sempat menjadi Kepala Wisma Conforti, Jakarta. Setalah dari Wisma Conforti, Pastor Fernando sempat menjadi Kepala Paroki St. Maria de Fatima Toasebio. Tugas ini ia jalankan sampai tahun 2021.
Dalam salah satu kesaksian merayakan 45 tahun imamatnya. Pastor Fernando mengatakan tugasnya di Mentawai ia jalani selama 13 tahun. Selain di Sikabaluan, ia juga sempat bertugas di Siberut.
Dalam sebuah refleksi panggilannya merayakan imamat ke-45 ini, ia mensyukuri sudah 45 kali mengenang peristiwa tahbisan ini.
“Imamat saya genap 45 tahun pada 19 Oktober 2014 yang lalu. Saya ditahbiskan di kampung alamat keluarga, di Selargius (Cagliari), dan pada hari Misi sedunia Misi Sedunia ini saya mengenang dan mensyukurinya, untuk ke-45 kalinya, di Wisma Conforti.”
Menurut Pastor Fernandi, tugas misi di Indonesia masih akan menjadi tugas yang menantang. Pada saat itu, ia bahkan merasa khawatir akan diminta pulang ke Italia meninggalkan Indonesia. Saat menuliskan kekhawatirannya ini, Pastor Fernando telah berusia 71 tahun. Namun pada akhirnya ia tetap melayani di Indonesia.
“Kalau saya lihat ke depan, tugas perutusan (Misi – Evangelisasi) tetap menantang, bahkan akan dipersulit untuk di Indonesia dengan arah kebijaksanaan baru tidak memberikan izin kerja kepada tenaga gerejani dari luar negeri di atas 60 tahun: akankah kami disuruh pulang ke negeri Gereja asal?”
Pastor Fernando mensyukuri pengalamannya sebagai misionaris di Indonesia. Ia bahkan mengatakan tidak menemukan hari sedih selama masa-masa pelayanannya sebagai misionaris. Dalam satu kesempatan, ia begitu berkesan dengan pengalamannya di Mentawai. Baginya, Mentawai adalah permata, di sana Serikat Xaverian menemukan kesejatian tugas perutusannya di Indonesia.
“Pikir-pikir selama 48 tahun saya menjadi Misionaris SX dan selama 45 tahun imamat, saya kesulitan benar untuk menemukan hari sedih / tak bersukacita dalam pengalaman karya.”
Di akhir perjalanannya, Pastor Fernando akan dimakamkan di Kompleks Wisma Xaverian Bintaro, Tangerang Selatan, Banten. Di rumah pendidikan para calon imam Serikat Xaverian. Pada usia 28 tahun, ia meninggalkan Pulau Sardinia, Italia untuk menuju ke Indonesia, negeri yang tak pernah ada dalam bayangannya ketika itu. Ia membawa kebenaran Injil, semangat misi yang ditanamkan Santo Guido Maria Conforti, pendiri Serikat Xaverian.
Bagi seorang misionaris, tanah misi adalah cinta sehidup semati. Di perjalanan hidup Pastor Fernando, ia membuktikan kesetiaannya ini. Ia sempat takut akan diusir, namun akhirnya, ia tetap di Indonesia, untuk selamanya.