Kamis, Desember 19, 2024
26.4 C
Jakarta

Pakar Tiongkok: Kesepakatan Tiongkok-Vatikan Menunjukkan Dampak Positif

Paus Fransiskus menyapa pezziarah asal Tiongkok di Lapangan St Petrus Vatikan. IST

BEJING, Pena Katolik – Perjanjian Vatikan-Tiongkok yang ditandatangani lima tahun lalu membuahkan hasil positif meskipun dialog antara Beijing dan Roma tidak berjalan sesuai keinginan. Kesimpulan ini disampaikan seorang imam misionaris asal Belgia yang juga pakar studi Tiongkok.

Dua uskup Tiongkok yang menghadiri Sinode Sinodalitas mendatang, yang akan dimulai di Vatikan bulan depan, jelas merupakan hasil nyata dari perjanjian tersebut. Demikian kesimpulan terkini yang disampaikan Imam Misionaris Scheut (White Fathes), Pastor Jeroom Heyndrickx.

Pastor Heyndrickx telah menghabiskan waktu puluhan tahun di Taiwan dan Tiongkok sebagai misionaris dan dosen di seminari mulai tahun 1957. Ia kemudian menjadi anggota Komisi Vatikan untuk Tiongkok antara tahun 2007 dan 2013, sebelum kembali ke Belgia. Pernyataan tersebut disampaikannya mengenai kesepakatan Tiongkok-Vatikan dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Vatikan, Fides, pada peringatan lima tahun kesepakatan Tiongkok-Vatikan tahun 2018, pada tanggal 22 September.

“Kehadiran dua uskup Tiongkok daratan pada Sinode berikutnya jelas merupakan buah nyata dari kesepakatan Paus Fransiskus dengan Tiongkok untuk memulai dialog dan pertukaran yang berkelanjutan,” kata Pastor Heyndrickx.

Baru-baru ini empat uskup Tiongkok mengunjungi Universitas Katolik Leuvain di Belgia dan kemudian mengunjungi Prancis dan Belanda pada awal September dengan izin dari otoritas Tiongkok. Tujuan utama dari kesepakatan rahasia itu adalah “persatuan” Gereja.

“Ini adalah buah nyata lainnya. Berkat Perjanjian ini semua uskup Katolik baru ditahbiskan dalam persekutuan penuh dengan Paus dan sekarang sah dan diakui oleh Takhta Suci dan Tiongkok. Hal ini menghilangkan satu hambatan utama bagi persatuan yang lebih besar di dalam Gereja. Dengan cara ini, sebuah langkah bersejarah menuju kesatuan yang lebih besar dalam Gereja terjadi di bawah pengawasan kita sendiri,” jelasnya.

Ada Kritik

Pastor Heyndrickx mengatakan dia menyadari keterbatasan dan konsekuensi kritik terhadap perjanjian tersebut termasuk lebih sedikitnya penahbisan uskup sejak perjanjian itu ditandatangani dan kerahasiaan yang sedang berlangsung.

“Benar, dialog dengan Tiongkok tidak berjalan mulus bahkan setelah persetujuan Paus. Mengapa kita harus menyembunyikan ini? Kami juga merasa kecewa karena tidak ada lagi uskup yang ditunjuk untuk mengisi kursi kosong uskup di lebih dari 25 keuskupan di Tiongkok,” ujarnya.

Imam itu mengatakan tidak dapat disangkal bahwa kebebasan beragama dan berkeyakinan dibatasi di Tiongkok, namun mengkritik partai-partai politik Barat karena secara eksklusif menunjuk pada aspek-aspek perjanjian tersebut.

“Mereka mengkritik upaya Paus untuk berdialog dan mempromosikan tujuan spiritual Gereja. Mengapa? Mungkin untuk mempromosikan tujuan politik mereka sendiri. Namun fakta seperti kunjungan uskup Katolik Tiongkok ke Eropa baru-baru ini, jelas membuktikan bahwa kritik mereka tidak berdasar,” katanya.

Misionaris tersebut mengatakan kunjungan para uskup Tiongkok di Belgia memberikan peluang besar untuk pertukaran dan kolaborasi. Pertemuan tersebut terjadi dalam suasana persaudaraan Kristiani yang mengupayakan bagaimana Gereja-Gereja di Tiongkok dan Barat dapat saling bertukar dan meneguhkan iman satu sama lain.

“Gereja-gereja di Barat saat ini menyambut konfirmasi ini dengan iman. Mereka terinspirasi dan diteguhkan oleh iman umat Kristiani di Tiongkok, sementara Gereja di Tiongkok merasa diperkuat oleh sambutan persaudaraan yang mereka terima di Barat,” tambahnya.

Intinya Persaudaraan dan Kasih

Pertemuan ini berbeda dengan ketegangan dan kecurigaan selama enam puluh tahun, perpecahan bahkan di dalam Gereja antara gereja “tidak resmi” dan “resmi” atau sah, atau tidak sah di Tiongkok, ujarnya. “Langkah besar” ini tidak akan mungkin terjadi tanpa persetujuan Paus.

“Mencapai lebih banyak persatuan di dalam Gereja dengan melampaui kesalahpahaman di dalam Gereja adalah pencapaian misionaris Paus. Kita perlu membuka mata terhadap evolusi yang lebih luar biasa saat ini,” katanya.

Kunjungan Paus Fransiskus baru-baru ini ke Mongolia sangat mengejutkan karena mengirimkan kesaksian yang kuat kepada Gereja dan seluruh dunia. Kunjungan tersebut mengingatkannya pada bulan Oktober 1991, ketika Vatikan dan ordo religiusnya mengirimnya ke Mongolia sebelum misi Katolik di negara tersebut dilanjutkan.

Sejak saat itu, Gereja kecil ini telah menawarkan layanan yang luar biasa dalam bidang pendidikan, dan layanan kesehatan bagi masyarakat miskin, anak yatim piatu, dan orang cacat. Meskipun ada beberapa berita negatif yang datang kepada kita dari Tiongkok, kontak terbuka antara Gereja Tiongkok dan Gereja Universal telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, katanya.

“Terbukti bahwa hal ini terjadi berkat dialog positif yang sedang berlangsung dengan Tiongkok oleh Paus Fransiskus. Kita semua diundang untuk lebih menyadari hal ini dan mendukung upaya tak kenal lelah Paus dalam berdialog dalam melayani Gereja,” katanya

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini