29.5 C
Jakarta
Tuesday, April 30, 2024

Hari Ketika Paus Pius XII Melindungi Kota Roma

BERITA LAIN

More
    Paus Pius X di tengah kerumunan masyarakat Kota Roma. Vatican Media

    ROMA, Pena Katolik – Peristiwa 19 Juli 1943, tepat 80 tahun yang lalu di Kota Roma dikenang sebagai hari di mana Gereja Katolik dan Kota Roma Bersatu. Hari itu, apa yang dilakukan seorang Paus belum pernah terjadi sebelumnya. Hingga kini, apa yang terjadi hari itu, masih hidup dalam ingatan sipil.

    Pukul 11.03 pagi tanggal 19 Juli 1943, sekitar 500 pesawat Amerika di bawah komando Jenderal James “Jimmy” Doolittle mulai menjatuhkan lebih dari 4.000 bom di Kota Abadi. Berat keseluruhan bom itu lebih dari 1.000 ton. Kerusakan terparah terjadi di lingkungan Romawi di San Lorenzo, hanya sepelemparan batu dari Basilika San Lorenzo fuori le mura (St. Lawrence Di Luar Tembok), yang bersebelahan dengan pemakaman besar Campo Verano.

    Pasukan Amerika telah mendarat di Sisilia hanya beberapa hari sebelum serangan bom dan akan segera mulai bergerak ke utara, jadi ide serangan itu adalah untuk melemahkan cengkeraman kekuasaan Mussolini dan memaksa Italia untuk bangkit dan mendukung upaya Sekutu. Pada akhirnya, serangan itu menyebabkan 3.000 orang tewas, 11.000 terluka, 10.000 rumah hancur, dan sedikitnya 40.000 orang Romawi kehilangan tempat tinggal.

    Yang paling dramatis bagi kesadaran Romawi adalah hampir hancurnya basilika, yang, dalam berbagai bentuk, telah menempati tempat di dekat makam tradisional St. Laurensius sejak abad keempat. Sebelum serangan itu orang Romawi percaya, kota itu akan terhindar dari pembantaian perang yang terburuk, karena warisan artistik dan spiritualnya, tetapi serangan itu menghancurkan ilusi itu.

    Saat itu, orang-orang Romawi dibiarkan linglung dan ketakutan, tiba-tiba merasa rentan. Adalah Paus Pius XII memutuskan untuk berangkat mengunjungi lokasi kehancuran di San Lorenzo. Ia tiba pada pukul 2 siang. Peristiwa itu dilihat oleh seorang imam di paroki setempat, yang melihat mobil paus berhenti. Paus muncul saat serangan itu masih berlangsung.

    Ini adalah era di mana para Paus jarang meninggalkan Vatikan karena alasan apa pun, dan tentunya tidak di tengah pengeboman. Pius XII tidak datang bersama kerumunan personel keamanan, tetapi hanya ditemani oleh dua orang: Count Enrico Pietro Galeazzi, seorang arsitek Romawi, diplomat dan teman pribadi keluarga Pacelli, yang mengemudikan mobil Fiat 500 yang dinaiki Paus. Ada juga Mgr. Giovanni Battista Montini, pembantu Pius XII, yang kemudian menjadi Paus Paulus VI.

    Perjalanan Paus ini berbahaya, mengingat pada pengebom masih berada di langit. Apalagi, mobil lain yang membawa kepala Carabinieri, Polisi Militer Italia, yang juga mencoba mengunjungi situs di San Lorenzo, terkena bom nyasar. Bom itu merenggut nyawa Jenderal Azolino Hazon, Kepala Polisi Militer Italia.

    Namun, Pius XII terdorong untuk mengunjungi lokasi itu karena ruang bawah tanah keluarga Pacelli yang terletak di dekat pintu masuk ke Campo Verano, sudah rusak karena bom. Kunjungan Paus ini tidak diumumkan. Tetapi, kabar kedatangan Paus Pius XII ini dengan cepat tersiar dan mengundang kerumunan besar orang yang selamat. Seketika, ia dikelilingi penduduk di lingkungan itu berdiri di sekelilingnya. Saksi melaporkan, ia melihat jubah putih Paus yang berlumuran darah, saat ia berdoa bersama orang banyak dan memberkati mereka. Paus menghibur mereka atas kekalahan dan kehancuran yang dialami hari itu.

    Sebuah foto Pius XII berdiri di depan orang banyak dengan tangan terentang, seolah-olah memohon surga untuk menyelamatkan mereka. Di antara Kota Roma semakin menderita, foto itu dengan cepat menjadi gambar ikonik dari kunjungan tersebut. Foto itu kemudian diabadikan dalam patung terdekat di Campo Verano.

    Hari itu, keberanian dan kehadiran Pius XII membuatnya mendapat julukan “Defensor Civitatis”, ‘Pembela Kota’. Waktu-waktu selanjutnya, ingatan Pius XII begitu membekas dan mengenang peristiwa hari itu, kenyataan yang membuatnya inin dimakamkan di Basilika San Lorenzo, suatu hari nanti. Permitaan yang tak mungkit terjadi karena kerusakan yang dialami Basilica San Lorenzo.

    Sebulan kemudian, pada 13 Agustus 1943, ketika bom Sekutu kembali jatuh di bagian lain Roma, di lingkungan basilica San Giovanni. Saat itu Paus Pius XII sedang berada di daerah tersebut untuk merayakan Misa, yang dijadwalkan sebelumnya bagi para korban pengeboman pada tanggal 19 Juli.  

    Begitulah, kenangan akan kehadiran Bapa Suci Pius XII menjadi abadi di Kota Abadi. Banyak yang percaya, Kota Roma terhindar dari kehancuran lebih lanjut, karena banyak orang Roma sampai hari ini, mengaitkan dengan petunjuk publik Pius XII.

    Dalam pidato Angelusnya hari Minggu lalu 16 Juli 2023, Paus Fransiskus mengenang sikap luar biasa pendahulunya itu.

    “Saya ingin mengingat bahwa 80 tahun, pada 19 Juli 1943, lingkungan tertentu di Roma, terutama San Lorenzo, saat dibom dan paus, Yang Mulia Pius XII, ingin berada di tengah orang-orangnya yang masih terguncang,” kata Fransiskus. “Sayangnya, bahkan hari ini tragedi ini terulang kembali,” kata Fransiskus.

    Momen yang tidak direncanakan, tidak tertulis dari sejak 80 tahun yang lalu itu terus hidup, sebagai pengingat, bahwa perang mungkin masih ada bersama kita, demikian pula kesaksian kepausan yang dramatis untuk perdamaian.

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI