JAKARTA, Pena Katolik – Presiden Jokowi melantik Michael Trias Kuncahyono sebagai Duta Besar Indonesia untuk Vatikan di Istana Negara, Jakarta Pusat, 27 Juni 2023. Selanjutnya, Trias akan mulai tugasnya menjadi Duta Besar di Roma. Trias menggantikan duta besar sebelumnya Laurentius Amrih Jenangkung yang telah mengakhiri tugasnya sebegai Duta Besar Indonesia untuk Takhta Suci beberapa waktu lalu.
Pada upacara pelantikan ini, Trias dilantik bersama 11 duta besar lain yang akan memulai tugasnya di berbagai negara. Bagi Trias, penunjukkan ini tentu memiliki arti penting. Tugasnya adalah memperkuat relasi antara Vatikan dan Indonesia. Sedangkan untuk duta besar lain, Presiden Jokowi memberi catatan pada peningkatan hubungan ekonomi dengan negara-negara sahabat menjadi salah satu yang akan dikerjakan para dubes baru ini. Hadir dalam acara ini, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno.
“Bahwa saya akan melakukan dengan setia segala perintah dan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh pemerintah pusat dan saya akan memenuhi dengan setia segala kewajiban lain-lain yang ditanggungkan kepada saya oleh jabatan duta besar luar biasa dan berkuasa penuh,” tutur Presiden Jokowi memimpin pengucapan sumpah dan diikuti para dubes.
Selama ini, Trias dikenal sebagai wartawan senior. Ia telah menulis 13 buku termasuk buku tentang Kardinal Ignatius Suharyo berjudul Terima Basih, Baik, Lanjutkan yang ia tulis bersama S. T. Sularto yang juga dikenal sebagai wartawan senior. Terakhir, Trias menjabat sebagai Wakil Pemimpin Redaksi di Harian Kompas sampai pensiun pada 2018.
Trias Kuncahyono, lahir di Yogyakarta, 1958, wartawan Kompas 1988-2018. Selama karier sebagai wartawan dan penulis, ia telah menulis sejumlah buku antara lain: Jerusalem, Kesucian, Konflik, dan Pengadilan Akhir; Turki, Revolusi Tak Pernah Henti; Tahrir Square, Jantung Revolusi Mesir; Kredensial, Kearifan di Masa Pagebluk; dan Pilgrim.
Trias merupakan lulusan Seminari Menengah Mertoyudan Magelang, Jawa Tengah. Kemudian, ia menyelesaikan studi di Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pada 1983.
Dua tahun lalu saat Dokumen Abu Dhabi baru saja ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar, Trias berpendapat vahwa dokumen ini akan “menjadi peta jalan yang sungguh berharga untuk membangun perdamaian dan menciptakan hidup harmonis di antara umat beragama, dan berisi beberapa pedoman yang harus disebarluaskan ke seluruh dunia. Paus Fransiskus mendesak agar dokumen ini disebarluaskan sampai ke akar rumput, kepada semua umat yang beriman kepada Allah.” Lewat dokumen tersebut, kedua tokoh dunia itu mengajak semua pihak, tanpa kecuali, untuk menemukan kembali nilai-nilai perdamaian, keadilan, kebaikan, keindahan.
Pada kesempatan lain di Universitas Atma Jaya Jakarta, Trias pernah mengatakan bahwa kebhinnekaan yang menjadi identitas Indonesia sebenarnya indah, dan merupakan mukjizat Tuhan. Keanekaragaman budaya dan kekayaan alam yang melimpah bagi negeri seharusnya disyukuri. Tak mungkin Indonesia ini ada tanpa menerima fakta kemajemukan.