Senin, Desember 23, 2024
26.7 C
Jakarta

Eko-Sentris: Lukisan Spektakuler Ide Romo Edmund Nantes OP yang Memantulkan Keajaiban Alam

Lukisan: “Oh Borneo” – Ide cemerlang Romo Edmund Nantes OP

Pontianak, 25 Juni 2023 – Dalam sebuah pertemuan yang menggembirakan, Romo Edmund Nantes OP, Romo Andreas Kurniawan OP, dan Profesor Payblito A. Baybado dari Filipina berkumpul untuk menjalin hubungan yang erat. Malam itu, mereka menikmati makan malam bersama di Pondok Kepiting, restoran favorit yang terletak persis di samping Hotel Aston.

Setelah jamuan makan malam yang meriah, Romo Edmund Nantes OP dan Romo Andreas Kurniawan OP dengan penuh keramahan mengantarkan Profesor Payblito dan istrinya, Emi, ke Sekolah Tinggi Teologi Pastor Bonus Siantan sebagai tempat menginap mereka.

Kesempatan ini menjadi awal yang baik bagi kami untuk bersua. Seperti biasanya, Romo Edmund Nantes OP, yang sering disapa dengan sebutan Romo Nantes, menyambut kami dengan senyuman khasnya yang penuh semangat. Ia tak lupa mengajak kami berkeliling untuk menunjukkan karya-karya seninya yang luar biasa.

Sejak lama, saya telah mendengar tentang karya seni yang dipajang di gedung pertemuan yang disebut “Tampat Batamu” dalam bahasa Dayak Kanayatn, yang berarti “tempat pertemuan.” Namun, baru saat itu kami benar-benar terpesona oleh keajaiban seni dengan pesan-pesan ekologis yang kuat.

Karya-karya Romo Edmund Nantes OP adalah bukti nyata kejeniusannya dalam melukis. Setiap lukisan memancarkan keindahan dan pesan yang mendalam tentang pentingnya menjaga ekologi. Pengalaman ini benar-benar menggetarkan kami dan membawa kami lebih dekat ke pemahaman akan keindahan alam serta tanggung jawab kita dalam menjaganya.

Dua sisi Yin dan Yang versi Ekologi Romo Nantes

Lukisan sisi merah ditangani oleh Imansyah Azis sedangkan sisi hijau ditangani juga oleh saudaranya yang kerap dipanggil Ade Adzyan yang keduanya selesai pada 9 Mei 2017 silam.

Kearifan lokal yang diusung menjadi bagian narasi yang kian kuat dan masih relevan hingga kini. Dengan tema alam itu, Romo Nantes mau menggambarkan keindahan “Oh Borneo” yang bermanka ganda nan kontras.

Tak tanggung-tanggung, Romo Nantes menamai lukisan itu, “Oh Borneo” – pemaknaan ini mengandung dua arti. Arti pertama; Oh Borneo – dengan rasa kagum akan keindahan alam nan hijau. Burung Enggang terbang menandai alam Kalimantan yang asri. Kupu-kupu berterbangan menghiasi panorama mata, kura-kura seolah menunjukkan langkah tenang dalam seburan kecapi alam. Orang hutan bergelantungan bahagian karena rumahnya begitu megah tak terhingga. Ikan arwana khas Kalimantan berenang bebas dialiaran sungai nan jernih. Tupai-tupai melompat kesana kemari, begitu juga rusa, musang, macan tutul dan berbagai tumbuhan khas yang digambarkan secara detail oleh Romo Nantes.  Itulah sisi kanan dari “Oh Borneo” yang ditandai dengan warna hijau nan mengagumkan.

Arti kedua jika dilihat dari sisi kiri gambar, maka “Oh Borneo” termaknai dengan kekecewaan yang dalam akan ekologi dunia. Sambil menghela nafas, Romo Nantes mengungkapkan dengan lesu “Oh Borneo”- sembari mengekspresikan kekecewaan yang tergambarkan dalam lukisan itu. Bagaimana tidak, lukisan itu dilihat dari warna saja, sudah miris untuk dibayangkan. Warna merah menandakan api yang membakar hutan. Air yang semula jernih kini hitam pekat karena lumpur dan gradasi kimia. Kini tak lagi melihat hewan-hewan cerdik dalam panorama alam, namun yang disuguhkan justru kontrasnya kematian manusia dengan penggunaan narkoba. Kaleng dan botol pun sudah berkembang biak dalam baruan air dan kopi hitam pekat yang tak bisa dinikmati oleh mata. Kematian dan kepunahan menanti waktunya tiba. Tunggul-tunggul yang dulunya berrambut hijau terubah menjadi tunggul yang sama sekali tak ada arti lagi. Begitulah gambaran kekecewaan “Oh Borneo” yang secuplik Romo Nantes ceritakan.

Suasana Malam dalam Bangunan Tampat Batamu – saat Romo Nantes menjelaskan makna dari setiap ukiran dan gambar yang tertulis dalam setiap coretan gambar.

Berdiri satu sosok wanita Dayak

Dua peristiwa yang hendak diceritakan oleh gambar itu, berdirilah sosok wanita yang menaiki sebuah Gong. Bagi orang Dayak – suku Dayak apapun itu. Adanya gong berarti tanda kedirian seseorang adalah sakral. Romo Nantes melukiskan sosok wanita yang berdiri ditengah gambar dua sisi itu sebagai sosok wanita fiksi Dayak yang menyeimbangkan keutuhan ciptaan ekologi dan potensi kehancuran dunia.

Menariknya, saya justru melihat sosok wanita ditengah itu boleh saya gambarkan sebagai sosok Bunda Maria versi lain yang hadir ditengah-tengah sebagai bentuk kehadirannya ditengah dunia. Dia hadir antara yang baik dan yang jahat. Bunda Maria hadir dalam bentuk apapun, DIa juga berdiri ditengah sebagai penyeimbang dan hadir mendoakan untuk keutuhan ciptaan, tentunya dalam hal ini adalah ekologi.

Dari dua sisi ibarat Yin-Yang, gambar itu mengupayakan sebuah reflektif bagi siapapun yang duduk mengunjungi tempat itu. Memang aula itu biasanya digunakan untuk ruang pertemuan mahasiswa dalam rekoleksi. Tapi sebenarnya tujuan adanya lukisan itu terlahir dengan motif reflektif ekologi yang sudah jauh hari Romo Nantes pikirkan. Persis tahun 2017, dari berbagai literatur yang dikumpulkan dan ditulisnya, semua berorientasi terhadap keindahan kearifan lokal yang diusung sebagai pokok ide pembuatan maha karya lainnya di kompleks STT Pastor Bonus Siantan itu. (PEN@/Samuel).

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini