Senin, Desember 23, 2024
26.7 C
Jakarta

Bacaan dan Renungan Kamis 8 Juni 2023; Pekan biasa ke-IX (Hijau)

Bacaan I – Tb. 6:10-11; 7:1,6, 8-13; 8:1,5-9

Mereka memasuki negeri Media dan sudah sampai di dekat kota Ekbatana. Lalu berkatalah Rafeal kepada pemuda Tobia: “Hai saudara Tobia!” Sahutnya: “Ada apa?” Rafeal menyambung pula: “Malam ini kita harus bermalam pada Raguel. Dia itu seorang kerabatmu dan mempunyai seorang anak perempuan yang bernama Sara.

Ketika mereka tiba di kota Ekbatana berkatalah Tobia kepada temannya: “Saudara Azarya, antarkanlah aku langsung ke rumah Raguel saudara kami.” Iapun mengantarkannya ke rumah Raguel. Raguel didapati mereka duduk pada pintu pelataran rumahnya. Mereka memberikan salam dahulu kepadanya dan dibalas oleh Raguel. Katanya: “Banyak-banyak salam, saudara-saudara. Selamat datang!” Mereka dipersilakan masuk ke rumah.

Maka melonjaklah Raguel. Ia memeluk Tobia sambil menangis lalu berkata: “Tuhan memberkati engkau, nak! Engkau adalah anak orang yang mulia dan baik! Alangkah celakanya orang yang benar dan penderma itu menjadi buta!” Iapun mendekap Tobia, saudaranya, sambil menangis.

Kemudian Raguel menyembelih seekor domba betina dari kawanannya dan disambutnyalah mereka dengan ramah.

Setelah mereka mencuci dan membasuh diri dan sudah duduk makan maka berkatalah Tobia kepada Rafael: “Saudara Azarya, katakanlah kepada Raguel, supaya saudariku Sara diberikannya kepadaku.”

Mendengar perkataan itu berkatalah Raguel kepada pemuda itu: “Makan dan minumlah dan bersenang-senanglah malam ini. Memang, saudara, tiada seorangpun lebih berhak mengambil Sara, anakku, sebagi isterinya dari padamu. Karena itupun aku tidak berwenang lagi memberikannya kepada seseorang kecuali kepadamu. Sebab engkaulah yang paling akrab. Tetapi, anakku, aku mesti memberitahukan kebenaran!

Sudah kuberikan Sara kepada tujuh laki-laki dari antara saudara kita, tetapi pada malam ia mereka hampiri matilah mereka semua. Maka, anakku, baiklah sekarang makan dan minum saja. Tuhan akan mengambil tindakan bagimu.”

Tetapi sahut Tobia: “Aku tidak akan makan atau minum apa-apa, sampai engkau mengambil keputusan tentang diriki.” Menjawablah Raguel: “Baiklah! Ia diberikan kepadamu sesuai dengan ketetapan Kitab Musa. Dari Sorga sudah diputuskan, bahwa ia harus diberikan kepadamu. Maka hendaklah menerima saudarimu ini. Mulai sekarang ini engkau menjadi saudaranya dan iapun menjadi saudarimu pula. Semenjak hari ini ia diberikan kepadamu selama-lamanya. Dan, anakku, semoga kamu pada malam ini juga dianugerahi oleh Tuhan semesta langit. Semoga Ia menurunkan kasih setia dan damai sejahtera atas diri kamu.”

Lalu Raguel memanggil Sara anaknya dan iapun datang kepadanya pula. Tangan Sara dipegang oleh Raguel dan demikian Sara diserahkannya kepad Tobia. Dalam pada itu berkatalah Raguel: “Sungguh, sesuai dengan Hukum Taurat ia kupercayakan kepadamu dan seturut ketetapan yang tersurat dalam Kitab Musa kuberikan kepadamu menjadi isterimu. Ambillah dia dan antarkanlah kepada ayahmu dengan sehat walafiat. Moga-moga Yang berkuasa di Sorga menganugerahkan damai sejahtera kepada kamu berdua.”

Selesai makan dan minum mereka mau pergi tidur semua. Pemuda itu diantar ke luar untuk masuk ke kamar tersebut.

Maka bangunlah Sara dan mereka berdua dan mohon, supaya mereka mendapat perlindungan. Mereka angkat doa sebagai berikut: Terpujilah Engkau, ya Allah nenek moyang kami, dan terpujilah namaMu sepanjang sekalian abad. Hendaknya sekalian langit memuji Engkau dan juga segenap ciptaanMu untuk selama-lamanya.

Engkaulah yang telah menjadikan Adam dan baginya telah Kaubuat Hawa isterinya sebagai pembantu serta penopang; dari mereka berdua lahirlah umat manusia seluruhnya. Engkaulah bersabda pula: Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja, mari Kita menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.

Bukan karena nafsu birahi sekarang kuambil saudariku ini, melainkan dengan hati yang benar. Sudilah kiranya mengasihani aku ini dan dia dan membuat kamu menjadi tua bersama.” Serentak berkatalah mereka: “Amin! Amin!” Kemudian mereka tidur semalam-malaman.

Mzm. 128:1-2,3, 4-5

  • Nyanyian ziarah. Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya! Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu!
  • Isterimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu! Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang takut akan TUHAN.
  • Kiranya TUHAN memberkati engkau dari Sion, supaya engkau melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu,

Bacaan Injil – Mrk. 12:28b-34.

Lalu seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya: “Hukum manakah yang paling utama?”

Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.

Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.”

Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: “Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan.”

Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!” Dan seorangpun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Santo William, Uskup

William adalah Uskup dioses York, Inggris. Setelah ditabhiskan menjadi Uskup, William dituduh, oleh Santo Bernardus, memboroskan uang keuskupan dan berlaku serong dengan seorang perempuan. Karena tuduhan ini Sri Paus meragukan dia dan menon-aktifkannya di dalam sebuah biara. Baru setelah semua pemfitnahnya meninggal dunia, William dapat menggembalakan umat keuskupannya lagi tanpa ingin membalas dendam terhadap mereka. Beberapa tahun kemudian ia mati diracuni orang. Kematiannya ini terjadi pada tahun 1154.

Doa Penutup Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya! Berbahagialah yang tekun akan imannya, yang selalu berpegang pada kasih Allah. Amin.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini