MAKASSAR, Pena Katolik – Uskup Agung Makassar, Mgr. John Liku Ada’ merefleksikan peran orang muda Katolik (OMK) di Sulawesi Selatan. Ada berbagai momen yang membuat Mgr. Liku Ada’ menyadari betapa besar peran orang muda.
Pertama, Musibah gempa tsunami Palu (2018) menampilkan pahlawan Antonius Gunawan Agung, aktivis Paroki Maria Diangkat Ke Surga Mamajang, Makassar. Ia bertugas sebagai Air Traffic Controller di Bandara Mutiara Palu. Saat Tsunami ia berhasil mengarahkan Batik Air berpenumpang 148 orang hingga lepas landas dengan selamat, tetapi dirinya terlambat menyelamatkan diri dan gugur di usia 22 tahun.
Kedua, banyak orang muda menjadi volunteer saat gempa bumi Palu dan wilayah Masamba (2020), serta gempa di Sulawesi Barat (2021). Orang muda bergabung dalam Caritas Makassar (Camar) membantu korban bencana alam yang membutuhkan pertolongan. Mereka melayani dalam semangat kemanusiaan dan tanpa memikirkan imbalan apapun.
Ketiga, Kosmas Balalembang, penjaga parkir di Katedral Makassar yang menjadi korban karena mengahalau pasutri yang berniat bom bunuh diri di Gereja Katedral. Ia memastikan bom itu meledak tidak di dalam gereja tetapi di luar sehingga tidak banyak korban jiwa.
“Berkaca dari tiga kejadian ini, saya ingin mengatakan peran kaum muda di Gereja KAMS sangat besar,” ungkap Mgr. Liku Ada’ dalam pertemuan dengan Plt. Dirjen Bimas Katolik, A.M. Adiyarto Sumardjono di Wisma Keuskupan Agung Makassar, Senin, 17 April 2023.
Mgr. Liku Ada’ mencatat, dengan pengalaman ini, OMK berhasil menggelorakan semboyan “100 persen Katolik,100 persen Indonesia”. Semboyan ini tidak saja menjadi semboyan namun telah menjadi tindakan nyata.
Siap Kolaborasi
Adiyarto mengatakan, Bimas Katolik siap membuka kolaborasi dengan Keuskupan Agung Makassar. Bimas akan mendukung berbagai program animasi orang muda Katolik. Ia mengingatkan bahwa OMK salam waktu dekat silakan orang muda bisa terlibat di perhelatan akbar Indonesian Youth Day di Palembang 2023. Ia juga menegaskan, OMK dari Indonesia akan menyambut dan terlibat dalam Asian Youth Day, dan Word Youth Day.
Bimas Katolik saat ini sedang mendorong penguatan di bidang pendidikan Katolik. Hal ini terkait langsung dengan Kurikulum Merdeka yang dipandang fleksibel dan mencerminkan keragaman.
“Ditjen Bimas Katolik berupaya agar sistem untuk mengatasi krisis belajar, rendahnya kompetensi dasar orang muda, dan ketimpangan pendidikan di daerah, agar kelak orang muda Katolik tidak kehilangan kesempatan belajar,” ujar Adiyarto.