Senin, Desember 23, 2024
26.1 C
Jakarta

Bacaan dan Renungan Selasa 21 Februari 2023 ; Pekan Biasa VII (Hijau)

Bacaan Pertama Sirakh 2:1-11

Anakku, jika engkau mau mengabdi kepada Tuhan, bersiap-sedialah menghadapi pencobaan. Tabahkanlah dan teguhkanlah hatimu. Jangan gelisah pada waktu malang. Berpautlah kepada Tuhan, jangan berpaling dari pada-Nya, supaya engkau dijunjung tinggi pada akhir hidupmu.

Terimalah saja apa pun yang menimpa dirimu dan hendaklah sabar dalam segala perubahan kehinaanmu. Sebab emas diuji dalam api, tetapi orang yang dikasihi Tuhan diuji dalam kancah penghinaan.

Percayalah pada Tuhan maka Ia pun menghiraukan dikau, ratakanlah jalanmu dan berharaplah kepada-Nya. Kalian yang takut akan Tuhan nantikanlah belas kasihan-Nya dan jangan menyimpang, supaya kalian jangan terjatuh.

Kalian yang takut akan Tuhan, percayalah pada-Nya, niscaya kalian tidak akan kehilangan ganjaran. Kalian yang takut akan Tuhan, harapkanlah yang baik, sukacita kekal dan belas kasihan. Ingatlah akan angkatan yang sudah-sudah, dan perhatikanlah: Pernahkah Tuhan meninggalkan orang yang tekun bertakwa? Pernahkah Tuhan tidak menghiraukan orang yang berseru kepada-Nya? Sungguh, Tuhan itu pengasih dan penyayang. Ia mengampuni dosa dan menyelamatkan di waktu kemalangan.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan Mzm 37:3-4.18-19.27-28.39-40

Ref. Percayakanlah hidupmu kepada Tuhan, dan Ia akan bertindak.

  • Percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia; bergembiralah karena Tuhan; maka Ia akan memenuhi keinginan hatimu.
  • Tuhan mengetahui hari hidup orang saleh, dan milik pusaka mereka akan tetap selama-lamanya; mereka tidak akan mendapat malu sewaktu ditimpa kemalangan, dan pada hari-hari kelaparan mereka akan menjadi kenyang.
  • Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, maka engkau akan memiliki tempat tinggal yang abadi; sebab Tuhan mencintai kebenaran, dan tidak meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya. Orang-orang yang berbuat jahat akan binasa dan anak cucu orang-orang fasik akan dilenyapkan.
  • Orang-orang benar akan diselamatkan oleh Tuhan; Dialah tempat perlindungan mereka pada waktu kesesakan; Tuhan menolong dan meluputkan mereka dari tangan orang-orang fasik; Tuhan menyelamatkan mereka, sebab mereka berlindung pada-Nya.

Bait Pengantar Injil Alleluya

Ref. Alleluya.

Tiada yang kubanggakan, selain salib Tuhan. Karenanya dunia tersalib bagiku dan aku bagi dunia.

Bacaan Injil Markus 9:30-37

Pada suatu hari Yesus dan murid-murid-Nya melintasi Galilea. Yesus tidak mau hal itu diketahui orang, sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka, “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia.

Tetapi tiga hari setelah dibunuh, Ia akan bangkit.” Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada Yesus. Kemudian Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum.

Ketika sudah berada di rumah Yesus bertanya kepada murid-murid itu, “Apa yang kalian perbincangkan tadi di jalan?” Tetapi mereka diam saja, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka.

Lalu Yesus duduk dan memanggil keduabelas murid itu. Kata-Nya kepada mereka, “Jika seorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan menjadi pelayan semuanya.”

Yesus lalu memanggil seorang anak kecil ke tengah-tengah mereka. Kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka, “Barangsiapa menerima seorang anak seperti ini demi nama-Ku, dia menerima Aku. Dan barangsiapa menerima Aku, sebenarnya bukan Aku yang mereka terima, melainkan Dia yang mengutus Aku.”

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Pelayanan Gereja

Pada Renungan Harian Katolik Selasa 21 Februari 2023 dalam bacaan injil Markus 9:30-37 kita dapat merenungi fenomena pelayanan di dalam konteks hidup menggereja akhir-akhir ini terkesan seperti semakin memudar. Tidak mudah lagi dijumpai seorang katolik mau melayani di sekitar Gereja dengan tulus, artinya dengan tanpa imbalan apapun.

Tidak jarang sekarang, mungkin karena pengaruh dunia pada umumnya, banyak hal bisa berjalan atau tidak jika ada imbalan tertentu, terutama imbalan ekonomis. Ini jika sedikit membandingkan dengan apa yang kelihatan dalam kehidupan menggereja dimasa-masa peralihan Gereja di Indonesia menuju Gereja Indonesia.

Tidak sedikit tokoh Gereja, katekis misalnya, yang sungguh-sungguh melayani tanpa banyak perhitungan berkaitan dengan hasil ekonomis yang akan ia dapatkan. Bahkan mungkin aga miris, tidak sedikit dari mereka yang sudah sedemikian total untuk melayani pada akhirnya nampak seperti ‘terlupakan’.

Pada hari ini Yesus mengingatkan para murid, dan sekarang ini tentu saja kita semua, untuk kembali ingat tentang nilai luhur dan abadi tentang melayani. Perlombaan untuk menjadi siapa yang lebih hebat dan berkuasa menjadi fenomena umum masyarakat, sejak zaman Yesus sampai sekarang ini.

Dalam sejarah kita bisa belajar bagaimana banyak tokoh dunia yang terkenal karena kekuasaannya, bukan karena hasil pelayanannya. Tidak sedikit orang yang menjadi begitu nyaman dengan jabatan, posisi, status, kedigdayaan, tanpa peduli bagaimana cara mendapatkannya.

Hal ini juga menjadi pergulatan dalam diri para murid, siapa yang terbesar diantara mereka. Tetapi justru Yesus mengajak yang sebaliknya, melihat perspektif kebesaran seseorang karena ia mempunyai nilai hidup yang tinggi.

Karena situasi zaman, kita seperti kehilangan roh dari pelayanan, kita kekurangan makna tentang indahnya pelayanan. Kecenderungan sekarang yang jamak terjadi adalah apa yang bisa saya dapatkan, bukan berjuang untuk semangat apa yang bisa saya berikan.

Salah satu hal yang bisa mungkin terjadi mengapa sampai pada fenomena yang demikian adalah karena pengertian yang kurang penuh tentang melayani. Bagi kebanyakan orang, menjadi pelayan adalah status yang tidak lebih tinggi dari seorang bos misalnya.

Menjadi pelayan berarti berada pada taraf yang rendah, yang tidak mendapat penghargaan, yang harga dirinya diinjak-injak. Demikian juga dengan makna melayani, dimaknai sebagai bentuk hidup yang kurang berharga. Kalau bisa dilayani, mengapa harus melayani?

Memang, melayani merupakan bentuk sikap orang beriman yang mau rendah hati, dihadapan sesama dan Tuhan. Dan nilai itulah yang ditawarkan oleh Yesus. Melayani sama sekali bukan menjadi orang yang rendah, melayani persis bukan seperti orang yang tidak berharga atau mempunyai harga diri.

Justru orang yang berani melayani adalah orang yang berani dilihat kualitas hidupnya, kualitas dirinya, dan bahkan kualitas imannya. Sementara banyak orang yang maunya dilayani, Yesus mengajak para murid untuk berani menampakkan kualitas Kristiani yang berbeda namun berilai ilahi.

Sangat mengharukan bahwa tetap ada begitu banyak orang Katolik yang menghidupi indahnya nilai melayani, tanpa perhitungan untuk rugi, mereka sungguh melayani tanpa lelah. Bukan kehormatan dan kenyamanan manusiawi yang mereka perjuangan, namun nilai Kristiani yang ditawarkan oleh Yesus menjadi bagian hidup, bahkan dalam kehidupan yang paling personal. Secara kasat mata, nilai luhur melayani tidak begitu tampak.

Namuan itulah nilai Kristiani yang sejak permulaannya menjadi roh dari kehidupan Gereja. Sejarah membuktikan nilai melayani menjadi nilai yang tetap layak diperjuangkan hingga saat ini, dalam kehidupan kita masing-masing.

Doa Penutup

Allah Bapa Mahakuasa, semoga kami mengimani sabda-Mu, semoga kami mengalami bahwa Roh-Mu mendampingi kami pada saat kesesakan dan kesulitan. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dan dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa. Amin. Sumber https://www.renunganhariankatolik.web.id/

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini