VATIKAN, Pena Katolik – Kardinal George Pell wafat pada 10 Januari 2023. Ia meninggal pada usia 81 tahun karena komplikasi setelah operasi penggantian pinggul. Dia telah tinggal di Roma sejak tahun 2020, ketika bebas dari tuduhan atas kasus pelecehan seksual. Ia sempat dipenjara, namun Pengadilan Tinggi Australia membatalkan hukumannya. Ia terbukti tidak bersalah
Kardinal Pell adalah Uskup Agung Emeritus Sydney, Australia. Jabatan terakhirnya di Vatikan adalah Prefek Emeritus Sekretariat Ekonomi Tahta Suci.
Pada bulan Juli, Paus Fransiskus memujinya sebagai seorang “jenius”. Paus memuji pekerjaan yang dilakukan Kardinal Pell untuk membuat situasi ekonomi Tahta Suci menjadi lebih baik.
Kardinal Pell lahir pada 8 Juni 1941, di Ballarat, Australia. Ia belajar untuk menjadi imam di Propaganda Fide College di Roma. Dia ditahbiskan pada 16 Desember 1966, dan memegang lisensiat teologi dari Universitas Urbaniana Roma. Ia memperoleh gelar master dalam pendidikan dari Universitas Monash dan gelar doktor filsafat dalam sejarah Gereja dari Universitas Oxford.
Kardinal Pell menjabat sebagai Direktur Institut Pendidikan Katolik Kampus Aquinas (1974-84) dan kepala Institut Pendidikan Katolik (1981-1984). Dia adalah anggota pendiri Komisi Pendidikan Katolik Victoria dan sarjana tamu di Campion Hall, Universitas Oxford, pada tahun 1979 dan di Kolese St. Edmund, Universitas Cambridge, pada tahun 1983.
Pada 30 Maret 1987, ia terpilih sebagai Uskup Tituler Scala dan Uskup Pembantu Keuskupan Agung Melbourne, dan menerima penahbisan uskup pada 21 Mei 1987.
Dari 1988-1997 dia menjadi ketua Caritas Australia. Selama periode yang sama, dia adalah anggota Komisi Katolik Nasional dan dari tahun 1994-1997 dia menjadi sekretaris Komite Pendidikan Uskup. Pada tahun 1989, Kardinal Pell diangkat sebagai ketua komite yang ditugaskan untuk mendirikan Universitas Katolik Australia yang baru, dan pada tahun 1991-1995 ia menjabat sebagai pro-kanselir di Yayasan Universitas. Dari 1985-1987 dia menjadi rektor Corpus Christi College, seminari provinsi untuk Victoria dan Tasmania.
Pada tahun 1990, ia menghadiri Sinode Para Uskup di Roma untuk persiapan para imam, di mana ia melayani sebagai salah satu juru bicara Sinode dan dalam komite yang menyiapkan pesan Sinode terakhir. Dia ditunjuk sebagai Pengunjung Apostolik di Seminari Nasional Selandia Baru (1994), Papua Nugini dan Kepulauan Solomon (1995), Pasifik (1996) dan Irian Jaya dan Sulawesi (1998) oleh Kongregasi Evangelisasi Bangsa-Bangsa di Vatikan.
Dari tahun 1990 hingga 2000, dia adalah anggota Kongregasi Vatikan untuk Ajaran Iman, dan menjadi ketua Komisi Ajaran dan Moral Uskup Katolik Australia sejak tahun 2001.
Uskup Agung dan Vatikan
Pada 16 Juli 1996, Paus Yohanes Paulus II mengangkatnya menjadi Uskup Agung Metropolitan Melbourne. Ia dilantik sebagai uskup agung pada 16 Agustus 1996 dan menerima pallium dari paus di Vatikan pada 29 Juni 1997.
Paus Benediktus XVI menunjuk Kardinal Pell untuk Sinode Para Uskup yang diadakan pada Oktober 2006 untuk menandai penutupan Tahun Ekaristi, dan Sinode Oktober 2012 tentang Evangelisasi Baru. Dari tahun 2001 hingga 2008 ia menjabat berturut-turut dalam Dewan Sinode Para Uskup, dan sekali lagi dari tahun 2012. Pada tahun 2008 Paus Benediktus menunjuk Kardinal Pell sebagai salah satu dari tiga Presiden-Delegasi Sinode tentang Sabda Allah dalam Kehidupan dan Misi Gereja. Gereja.
Kardinal Pell sebagai Uskup Agung di Melbourne dan Sydney terlibat dalam memimpin ziarah pemuda Australia ke Hari Pemuda Sedunia di Roma, Toronto, Cologne dan Madrid. Menyusul Hari Pemuda Sedunia Toronto, Keuskupan Agung Sydney mempertimbangkan kemungkinan menjadi tuan rumah acara tersebut, mengajukan penawaran resmi untuk penghargaan ini kepada Tahta Suci pada tahun 2005. Keberhasilan penawaran ini diumumkan pada akhir Hari Pemuda Sedunia di Cologne pada Agustus 2005. Hari Pemuda Sedunia ke-23 diadakan di Sydney dari tanggal 15-20 Juli 2008, merupakan pertemuan terbesar dalam sejarah Australia. Lebih dari 110.000 peziarah terdaftar dari lebih dari 170 negara, termasuk Paus Benediktus XVI, melakukan perjalanan ke Sydney untuk acara tersebut, bersama dengan 123.000 peziarah terdaftar lainnya dari Australia. Kardinal Pell merayakan Misa Pembukaan di Barangaroo di Pelabuhan Sydney di hadapan 150.000 peziarah. Pada kedatangan kepausan, 500.000 orang menyambut Paus Benediktus pada kunjungan pertamanya ke Australia, dan Misa terakhir di Arena Balap Randwick, yang dirayakan oleh Bapa Suci pada tanggal 20 Juli, menarik lebih dari 400.000 orang.
Tuduhan yang Salah
Kardinal Pell menjadi Prefek Keuangan Vatikan hingga tahun 2017. Pada tahun itu, ia didakwa oleh otoritas Australia atas pelecehan seksual terhadap dua anak laki-laki di bawah umur saat dia menjabat sebagai Uskup Agung Melbourne pada 1996. Pada 2020, pada usia 78 tahun, dia menjadi pejabat tertinggi Gereja Katolik yang sempat dinyatakan bersalah melecehkan anak-anak. Dia dijatuhi hukuman enam tahun penjara.
Tuduhan ini pada kenyataannya tidak terbukti. Pada tingkat pengadilan yang lebih tinggi, ia terbukti tidak bersalah dan akhirnya dibebaskan. Namun, ia sudah menghabiskan lebih dari 400 hari di penjara isolasi. Pengalaman ini ia tulis dalam Jurnal Penjara hingga dua jilid.
Kardinal Pell hingga kematiaannya dengan tegas membantah tuduhan yang diajukan oleh seorang pria berusia 30-an. Dalam wawancara polisi tahun 2016, kardinal menyebut tuduhan itu sebagai “produk fantasi”.
Dalam tuduhan atasnya, insiden tersebut diduga terjadi di dalam dan dekat sakristi para imam di Katedral St. Patrick di Melbourne Timur, setelah perayaan Misa Minggu pada tahun 1996. Kardinal Pell diduga masih mengenakan jubah ketika itu.
Dalam klarifikasi yang sering ia ceritakan, ia secara teratur menyapa jemaat di atau dekat tangga katedral setelah Misa hari Minggu. Ia akan selalu ditemani saat berjubah di katedral. Ada lalu lintas umat terus menerus masuk dan keluar dari sakristi para imam selama sepuluh sampai 15 menit, ketika pelecehan diduga terjadi.
Pada April 2020, Pengadilan Tinggi meninjau vonis tersebut dan mengatakan bahwa dari kelima dakwaan tersebut terdapat banyak ketidakmungkinan yang belum sepenuhnya dipertimbangkan oleh juri dalam persidangan yang memvonisnya. Ada kemungkinan signifikan bahwa orang yang tidak bersalah telah dihukum. Pada saat banding, para hakim membatalkan hukuman untuk Kardinal Pell dengan putusan 7:0. Tujuh hakim, semuanya menyatakan Kardinal Pell tidak bersalah.
Namun, meski ia bebas dari tuduhan, masih banyak media yang menyudutkan Kardinal kelahiran Australia ini. Hal ini termasuk media-media di Indonesia. Majalah Tempo pernah mengangkat kasus Kardinal Pell dengan isi berita yang menuduhnya bersalah. Hingga ia wafat, majalah yang sama tidak pernah menerbitkan berita klarifikasi status hukum baru atas Kardinal Pell.