Rabu, November 6, 2024
25.8 C
Jakarta

Damai Selamanya di Ethiopia, Para Uskup Ethiopia Memuji Perjanjian damai di Tigray

Truk pembawa bantuan melintasi jalan perbatasan di Tigray. Vatican News

TIGRAY, Pena Katolik – Dalam sebuah pesan yang dikeluarkan pada penutupan Majelis Biasa Tahunannya, Konferensi Waligereja Ethiopia (CBCE) mengatakan bahwa proses perdamaian yang dimulai pada 2 November 2022 antara Pemerintah Ethiopia dan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) merubakan gambaran keinginan semua orang Ethiopia.

Sudah sejak lama, pertikaian terjadi antara kedual kelompok ini. Akibat dari “perang saudara” ini telah menyebabkan korban jiwa dan ketidakstabilan sosial dan ekonomi di Ethiopia.

Para Uskup Katolik Ethiopia menyambut baik kesepakatan baru-baru ini untuk “penghentian permusuhan secara permanen”, antara pemerintah Ethiopia dan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF). Para uskup mendesak semua pemangku kepentingan untuk terus bekerja “dengan tekun” demi perdamaian yang berkelanjutan dan abadi di negara.

Perjanjian Perdamaian Abadi di Ethiopia

Perjanjian yang ditengahi oleh Uni Afrika (AU) ditandatangani pada 2 November 2022 di Pretoria, Afrika Selatan, untuk mengakhiri konflik dua tahun di Tigray yang telah menewaskan ribuan warga sipil, menelantarkan lebih dari 2,5 juta orang, dan telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang besar.

Berdasarkan kesepakatan tersebut, TPLF dan Addis Ababa setuju untuk menerapkan langkah-langkah transisi yang mencakup pemulihan tatanan Konstitusional di Tigray. Perjanjian itu juga menyepakati penyelesaian perbedaan politik dan kerangka kerja Kebijakan Keadilan Transisi untuk memastikan akuntabilitas, rekonsiliasi, kebenaran, dan penyembuhan.

Dalam sebuah pesan yang dikeluarkan pada 22 Desember 2022, CBCE memuji kesepakatan tersebut. Proses saat ini adalah doa dan keinginan semua orang Etiopia untuk mengakhiri konflik dan perang di Ethiopia.

“Kami mendesak semua pemangku kepentingan untuk melaksanakan tanggung jawab mereka dengan tekun untuk memastikan kelangsungan hidup dan perdamaian abadi,” begitu bunyi pernyataan itu.

Bantuan Kemanusiaan

Konferensi Uskup juga mMenyatakan bahwa pendistribusian bantuan kemanusiaan “juga membantu pelaksanaan perjanjian. Gereja telah berkontribusi dalam upaya ini, pesan lebih lanjut menyerukan kepada lembaga-lembaga untuk melanjutkan dukungan mereka kepada penduduk.

CBCE lebih lanjut mencatat bahwa meningkatnya pengangguran dan inflasi memaksa semakin banyak pemuda Ethiopia untuk beremigrasi, atau menerima pekerjaan dengan gaji rendah. Oleh karena itu, pesan tersebut mendesak pemerintah dan pemangku kepentingan terkait untuk bekerja sama untuk memastikan bahwa “hak warga negara untuk bekerja dan menghidupi diri sendiri dan keluarganya dilindungi”.

Perang dua tahun di Ethiopia

Perang di Tigray meletus pada 4 November 2020, diduga sebagai tanggapan atas serangan TPLF terhadap pangkalan militer Ethiopia di wilayah tersebut. Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed menjanjikan kemenangan cepat, tetapi pertempuran telah meningkat menjadi konflik yang meluas, ke wilayah lain di Ethiopia, termasuk wilayah negara bagian Amhara, Afar dan Oromia, dan melibatkan milisi etnis dan tentara Eritrea.

Awal tahun ini, gencatan yang senjata rapuh selama lima bulan menawarkan kelonggaran bagi penduduk, tetapi pada bulan Agustus pertempuran berlanjut yang melibatkan pesawat tak berawak dan peluru dengan sasaran warga sipil tanpa pandang bulu.

Kunci utama keberhasilan implementasi perjanjian damai yang ditandatangani pada 2 November adalah penarikan penuh pasukan Eritrea dari Tigray. Pejabat TPLF mengatakan bahwa penarikan itu merupakan prasyarat sebelum menyerahkan senjata mereka.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini