34 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Mengenang 30 Tahun Tsunami Flores, Uskup Maumere: Semua Bersatu Taka da Kaya dan Miskin

BERITA LAIN

More
    Uskup Maumere Mgr Edwaldus Martinus Sedu Pr bersama orangtua murid (PEN@ Katolik/yf)

    MAUMERE, Pena Katolik – Tahun ini tepat 30 tahun sejak terjadinya gempa bumi dan tsunami di Pulau Flores tahun 1992. Untuk mengenang peristiwa ini diadakan acara talkshow  dengan tema “Budayakan Siaga, Kurangi Resiko Bencana”. Salah satu pembicara adalah Uskup Maumere, Mgr. Edwaldus Martinus Sedu. Ia mengisahkan kembali peristiwa 30 tahun lalu. Saat itu, ia menjadi penyintas langsung peristiwa gempa bumi dan tsunami di Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT).

    Tahun 1992, Mgr. Edwaldus masih menjabat sebagai Pastor rekan di Paroki Santo Yosef Maumere, saat ini Katedral Keuskupan Maumere. Sebagai Pastor rekan, beliau merasakan sendiri ngerinya gempa bumi, disusul dengan tsunami yang melanda dan meluluhlantakkan Kota Maumere saat itu. Mgr. Ewaldus menceritakan begitu banyak korban pasca terjadinya gempa itu.

    “Siapa yang mau membantu. Semua orang mau selamatkan diri, hanya tinggal satu dua orang yang menutupi mayat itu. Sehingga beberapa waktu kemudian bisa diungsikan ke rumah sakit,” ungkapnya.

    Mgr. Ewaldus menceritakan, pada saat itu semua menyadari bahwa tidak punya apa-apa, hanya berserah pada penyelenggaraan ilahi. Mgr. Ewald menceritakan saat gempa terjadi semua orang berkumpul di Lapangan Kota Baru. Ia mengakui waktu itu semua orang bersatu tidak ada lagi orang kaya atau miskin.

    Mgr. Ewald menyebutkan, tahun 1992 merupakan pengalaman yang sangat luar biasa baginya. Saat itu sebagaimana biasanya sebagai pastor paroki dan pastor rekan, setiap hari sabtu sore ada jadwal untuk mengadakan pelayanan di gereja stasi Perumnas. Mgr. Ewald awalnya menjalankan aktivitas seperti biasa, hingga tiba tiba tanah terguncang hebat secara tiba-tiba. Ia mengenang, goncangan gempa itu seperti menghentak, membuat seperti terloncat-loncat.

    “Dan kami, dan pegawai sekertariat di paroki berusaha menyelamatkan diri keluar lewat pendopo pastoran ini kedepan. dan di hadapan pastoran santo Yosef itu sebenarnya ada satu tempat dengan nama Bangsa Lazarus dan disamping Paroki santo yosef ada bengkel santo Yosef. Disebelahnya itu kevikepan,” demikian deskripsinya.

    Berhadapan dengan situasi itu, Uskup Ewald di pastoran bersama Romo Kobus hanya tinggal di tempat. Ia menyaksikan bagaimana orang orang berlari mencari keluarganya masing-masing. Lagi, saat itu ada informasi akan ada air laut naik lagi.  Ia bersama anak asrama ke kompleks sekolah SMA dan SMP Frater mudik malam itu ke SMP Nara dan menginap di sana, karena ada kabar datangnya gelombang lagi.

    Mgr. Ewald ingat, waktu itu sebagian besar warga berkumpul di lapangan kota baru dan sebagian lainnya berkumpul di lingkungan Seminari BSB Maumere sebagaimana dikenal saat ini. Ada yang juga di perumnas. Ia mengatakan peristiwa itu menjadi sebuah pengalaman yang sangat luar biasa baginya.

    “seringkali orang-orang yang beriman mengatakan terjadilah padaku menurut kehendakmu,” kata beliau. Kegiatan Simponi Duka Ami Norang, berlangsung pada hari Sabtu, 10 Desember 2022 bertempat di halaman Gereja Katolik Katedral Paroki Santo Yosef Maumere. Dalam acara itu juga, perwakilan Kantor Pencarian dan Pertolongan Kelas B Maumere dan Kepala BPBD Kabupaten Sikka memberikan edukasi tentang mitigasi bencana.

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI