29.7 C
Jakarta
Thursday, April 25, 2024

Merefleksikan Masa Adven Melalui Berbagai Cara

"Kita mempersiapkan hati untuk menyongsong sang penebus,” ungkap Romo Basilius.

BERITA LAIN

More
    RP. Basilius Soedibja, SJ. Prefek Kerohanian Seminari Tinggi Interdiosesan San Giovanni XXIII Malang

    Pena Katolik- Malang (02/12/2022), Sekitar pukul 13.00, kami mewawancari RP Basilius Soedibja, SJ di kantornya berkaitan pemaknaan spiritualitas adven bagi calon imam. Meskipun sepuh, beliau sangat bersemangat dan aktif dalam membina para calon imam di Seminari Tinggi Interdiosesan San Giovanni XXIII Malang, khususnya dalam pembinaan kerohanian. Beliau berencana akan berangkat ke Jakarta untuk suatu urusan, meskipun demikian beliau menyanggupi untuk diwawancarai di tengah kesibukannya.

    Dari segi spiritual, Pastor Basilius Soedibja mengungkapkan bahwa masa Adven bukanlah momen yang istimewa bagi mereka yang berkecimpung dalam dunia rohani. Namun, bagi mereka yang mendedikasikan hidupnya untuk Tuhan itu, masa Adven adalah masa pengharapan dan sukacita karena Tuhan menjanjikan seorang Juruselamat bagi umat manusia. Juruselamat menjamin hidup bakti kita itu dalam perenungan masa Adven. Masa Adven juga merupakan suatu peristiwa di mana kita dapat berharap kepada Tuhan dan hidup dalam pengharapan akan kehadiran Juruselamat, menjamin kehidupan yang taat kepada Tuhan.

    Para calon imam dapat merefleksikan masa Adven melalui berbagai cara. Pertama, ikuti liturgi gereja bersama-sama dan memaknai janji yang Tuhan berikan kepada kita. Kita dapat merefleksikannya dalam liturgi terutama pada bacaan Advent yang terdiri dari dua bagian. Bacaan pada Adven pertama dan kedua adalah gambaran akan akhir zaman.

    Masa Adven ketiga dan keempat lebih merupakan persiapan kehadiran Tuhan yang kita yakini dalam Natal. “Kita mempersiapkan hati untuk menyongsong sang penebus,” ungkap Romo Basilius. 

    Berkaitan dengan Adven dan karakter komuniter yang menjadi slogan tahunan seminari tinggi kali ini, ada beberapa hal yang dapat direnungkan. Pertama, penghayatan dalam ibadat-ibadat yang merupakan sumber iman kita. Ibadat Advent didasarkan pada keyakinan bahwa Tuhan menjanjikan seorang Penebus yang akan menyelamatkan umat manusia. Secara konkrit dapat terwujud dalam wujud suasana, harapan serta semangat ketika kita melaksanakan tugas-tugas yang kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

    Romo Basilius menyampaikan beberapa tradisi-tradisi Adven yang dapat dilakukan oleh para calon Imam. Tradisi-tradisi tersebut dapat dilakukan dengan cara melakukan ibadat Korona yang dilakukan setiap Sabtu (ibadat sabda) di mana kita diingatkan kembali akan sabda Allah. Selain itu, kita dapat berdinamika melalui ibadat sabda Korona tersebut. Selain ibadat Korona, kita juga dapat melaksanakan Novena Kelahiran Tuhan.

    Umumnya, orang mempersiapkan hiasan-hiasan atau bentuk-bentuk visual estetis sebagai ungkapan kegembiraan dalam menyambut Natal. Romo Bas menambahkan, “Saya mengikutsertakan Seminaris membuat gua-gua Natal dan hiasan-hiasannya, harapannya seminaris itu bisa memaknai kehadiran Tuhan di dunia,” kata Romo Basilius. Natal tidak hanya berarti ungkapan kegembiraan saja, melainkan untuk tujuan khusus di mana kita diingatkan akan maksud Tuhan yang datang ke dunia ini. Keprihatinan Tuhan terletak pada dosa-dosa manusia sehingga Ia mengutus Yesus Kristus ke dunia untuk menyelamatkan manusia. Aplikasinya, ketika kita diutus kelak, misi kita masing-masing nanti didasarkan atas misi Kristus yakni keselamatan manusia serta memberikan kabar gembira pada dunia.

    Reporter: Fr. Fransesco Agnes Ranubaya/ Narasumber: RP. Basilius Soedibja, SJ.

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI