26.1 C
Jakarta
Saturday, April 20, 2024

Ordo Kapusin Pontianak, Merintis Panggilan Seturut Jalan Hina Dina

BERITA LAIN

More
    Karya Kapusin di Pulau Kalimantan bermula di Singkawang. IST

    Pena Katolik- Kehadiran Ordo Saudara-saudara Dina Kapusin selama lebih dari satu abad di Indonesia, secara khusus di bumi Kalimantan ini bukanlah waktu yang singkat. Kenyataan ini menghantar para saudara kapusin Provinsi Pontianak kepada ucapan syukur dan terimakasih kepada Allah, yang menyelenggarakan karya agung-Nya, lewat para misionaris awal, para waligereja di mana para saudara kapusin Provinsi Pontianak berkarya.

    Ordo Kapusin masuk Indonesia melalui para misionaris Kapusin dari Belanda, Swis dan Jerman (untuk Nias dan Sibolga). Pada 10 Oktober 1905, setelah Prefek Apostolik Pasifikus Bos dengan 5 Kapusin asal Negeri Belanda mengadakan perpisahan dengan umat setempat, mereka meninggalkan Tilburg melalui Paris ke Marseille.

    Kemudian, menuju Singapura dengan kapal laut Perancis. Pada tanggal 30 November 1905 enam Kapusin asal Belanda (Pacificus J. Bos, Eugenius, Beatus, Carmillus, Wilhelmus, Theodoricus) menginjakkan kaki di Singkawang.

    Mereka disambut umat Katolik Tionghoa Setempat. Rumah sakit, sekolah, kebun dan karya sosial kemanusiaan mereka galakkan. Buah-buah karya kemanusiaan dapat dinikmati oleh masyarakat Kalimantan Barat dewasa ini.

    Awalnya 300-an Umat Katolik

    Kedatangan para Kapusin pertama menoreh lembaran sejarah baru di tanah Kalimantan. Sekitar 300-an umat katolik mendapat pelayanan pastoral. Dengan bantuan seorang guru agama Katolik, yang sekaligus berperan sebagai juru bahasa, Tshang A Kang, pindahan Penang, mereka mulai mengunjungi umat di daerah Singkawang, Hoklonam, Nyarumkop, Samalantan dan sekitarnya.

    Mereka mula-mula bergerak di bidang agama. Kemudian menembus dunia pendidikan umum. Persekolahan Katolik Nyarumkop termasuk salah satu warisan berharga misionaris Kapusin.

    Sistem pendidikan yang menyatukan wujud pendidikan formal dan nonformal ternyata mendatangkan dampak positif bagi anakanak didik jebolan Nyarumkop. Asrama berpengaruh bagi pembinaan kepribadian anak didik. Dalam asrama diperkenalkan tata tertib dan disiplin tinggi.

    Hasil didikan asrama tampak dari munculnya tokohtokoh masyarakat dalam bidang keagamaan maupun pemerintahan. Hingga kini mereka masih menekuni bidang pelayanan di asrama, seperti di Nyarumkop, Pahauman, Ngabang, Pusat Damai dan Sanggau.

    Ketika stasi (paroki) Pontianak dibuka pada tahun 1909, pusat pelayanan dan tempat tinggal Prefek pun dipindahkan ke Pontianak pada tahun yang sama.

    Dongkrak Kekuatan Kapusin

    Misionaris Kapusin tidak hanya memusatkan perhatian dan pelayanan di kawasan pantai, tapi tak lama kemudian mereka mengincar daerah Pelanjau sebagai pangkalan untuk pelayanan karya misi di daerah pedalaman.

    Rencana ini gagal sehingga mereka membidik Sejiram (Keuskupan Sintang) sebagai kawasan pengembangan karya misi Gereja. Segera mereka mengembangkan hidup sosial ekonomi masyarakat dan memperkenalkan dunia pendidikan formal. Mesin penggiling karet didatangkan dari Belanda Sekolah dibuka.

    Tenaga-tenaga pengajar diusahakan walaupun masih sangat terbatas. Dongkrakan kuat Kapusin dalam bidang-bidang tersebut ternyata mendatangkan perubahan dan perbaikan sosial.

    Mereka tidak hanya berhenti di Sejiram, tapi juga merambah tanah Kalimantan hingga ke kawasan Lanjak, Benua Martinus dan bahkan sampai di Laham (Kalimantan Timur). Semangat dasar sebagai perantau Fransiskan sangat terasa.

    Kedatangan mereka diterima dengan baik karena kemampuan mereka menyesuaikan diri dengan masyarakat dan budaya lokal. Daya adaptasi para misionaris pantas dikagumi dan semangat kerasulan mereka menyentuh hati banyak orang.

    Sejak awal Kapusin mencari keseimbangan dalam pelayanan bagi umat Katolik yang tersebar di kawasan kota dan pedalaman. Metode pelayanan ‘ disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.

    Kerasulan dalam masyarakat

    Jenis kerasulan yang ditangani Kapusin waktu itu adalah mengunjungi masyarakat yang tersebar dari kawasan kota dan daerah.

    Di samping  menjalankan pastoral di paroki, misionaris Kapusin juga mendirikan sekolah-sekolah, seperti sekolah formal (Nyarumkop — 1907, Sekolah Pertukangan di Singkawang dan Pontianak, serta Sekolah Pertanian di Nyarumkop).

    Selain itu, mereka juga mendirikan asrama sebagai tempat tinggal anak-anak yang ingin menuntut ilmu di sekolah. Seminari Menengah dimulai di Pontianak. Kemudian, dipindahkan ke Nyarumkop pada tahun 1949.

    Pada waktu itu, anak-anak seminari diwajibkan tinggal di asrama dengan jadwal hidup yang menolong mereka menjadi seorang imam. Perhatian bagi orang-orang sakit juga besar.

    Mereka ikut mendirikan klinik dan rumah sakit untuk menjawab kebutuhan masyarakat setempat. Ketika misionaris Belanda sulit memasuki Indonesia (karena masalah Irian Jaya), didatangkanlah misionaris asal Swiss yang juga berkarya dalam bidang pelayanan rohani umat, sekolah, rumah retret dan karya sosial. Sampai saat ini, mereka masih meneruskan pelayanan yang dapat mereka lakukan di tengahtengah umat.

    Kerjasama baik dengan umat

    Pada Februari 1994, berdirilah Provinsi Kapusin Pontianak. Sebagian dari anggota provinsi baru ini masih menjalani pendidikan.

    Sampai sekarang, Kapusin di Kalimantan masih menangani kerasulan parokial, pendidikan formal, serta karya kategorial yang menjunjung keadilan, kedamaian, dan keutuhan Ciptaan (Justice, Peace and Integrity of Creation).

    Kerja sama yang baik dengan umat sangat terasa sehingga cita-cita meningkatkan hidup rohani dapat diwujudkan tahap per tahap.

    Kapusin hadir untuk melayani dan menolong mereka yang memerlukan pertolongan. Kesediaan untuk memajukan kehidupan menggereja menjadi salah satu ciri hidup fransiskan.

    Disamping itu, tanpa melupakan cita-cita dasar hidup panggilan fransiskan-kapusin, setiap saudara perlu terus-menerus membenahi dan mengembangkan diri secara profesional dalam menanggapi dan menjawab tanda-tanda zaman.

    Bagaimanakah Kapusin dapat hidup dan berkembang di tengah keadaan zaman yang berubah dengan Kiprah para misionaris awal menjadi pijakan bagi para kapusin masa sekarang untuk terus 1 berupaya menerjemahkan karisma kekapusinan dalam era milenial ini.

    Slogan “Be a brother for all”  diharapkan semakin  menggema melalui cara hidup kapusin yang hari demi hari diarahkan kepada kekudusan dan pelayanan yang dilaksanakan dengan setia. Gema ini kiranya menjadi tawaran spritual dalam dunia milenial yang dengannya Ordo Saudara Dina Kapusin Pontianak mengambil bagian dalam misi Gereja universal yang menguduskan. Gema ini diaharapkan membumi dalam setiap bentuk pelayanan para saudara Kapusin Pontianak yang melayani bidang parokial dan kategorial, baik milik ordo maupun keuskupan di mana para saudara Kapusin hadir.

    Logo Ordo Kapusin Pontianak

    1. Keuskupan Agung Pontianak

    Parokial:

    a. Paroki Gembala Baik Pontianak

    b. Paroki St. Sesilia Pontianak

    c. Paroki St. Theresia Delta Kapuas-Kubu Raya

    d. Paroki St. Fransiskus Assisi Singkawang

    e. Paroki St. Maria Nyarumkop

    f. Paroki Kristus Raja Paroki Sambas

    g. Paroki St. Petrus Sanggau Ledo

    h. Paroki St. Mikhael Jagoi Babang

    i. Paroki Salib Suci Ngabang

    J. Paroki St. Yohanes Pemandi Pahauman

    Kategorial:

    a. Rumah Retret St. Fransiskus Tirta Ria Pontianak

    b. Forum Relawan Kemanusiaan Pontianak (FRKP) dan Justice, Peace and Integrity of Creation (JPIC).

    c. Konservasi Alam Rumah Pelangi, Gunung Banuah

    d. Yayasan Pendidikan Maniamas Ngabang (TK hingga SMA Maniamas)

    e. Yayasan Gembala Baik Pontianak (TK hingga SMA Gembala Baik)

    f. Yayasan Widya Dharma Pontianak (Universitas)

    g. Yayasan Sabatu Pontianak (Pusat Rehabilitasi Orang Cacat)

    h. Yayasan Santo Joseph Pontianak (Keuskupan Agung Pontianak)

    i. Persekolahan Katolik Nyarumkop (Keuskupan Agung Pontianak)

    j. Sekolah tinggi Teologi (STT) Pastor Bonus Siantan (Uskup se- Kalimantan)

    k. Rumah Sakit St. Antonius Pontianak (Keuskupan Agung Pontianak)

    2. Keuskupan Sanggau

    Parokial:

    a. Paroki St. Maria Tak Bernoda Pusat Damai

    b. Paroki St. Maria Diangkat Ke Surga Jangkang/Balai Sebut

    c. Paroki Gembala Yang Baik Kuala Dua

    d. Paroki St. Paulus Rasul Sekayam/Balai Karangan

    Kategorial:

    a. Rumah Retret Laverna Sanggau Kapuas

    b. Yayasan Pendidikan Helvetia Sanggau Kapuas (SMP Don Bosco dan SMA Soegiopranoto)

    3. Keuskupan Sintang

    Parokial:

    Paroki St. Dismas Lanjak/ Putussibau

    Kategorial: Biara Gubbio Bejabang/Putussibau (Pelayanan Spritual untuk OSCCap)

    4. Keuskupan Palangka Raya

    Parokial:

    a. Paroki Raja Semesta Alam Nanga Bulik

    b. Paroki St. Paulus Pangkalan Bun

    5. Keuskupan Agung Jakarta

    Parokial:

    Paroki St. Fransiskus Asisi Tebet, Jakarta Selatan

    Kategorial:

    Yayasan St. Fransiskus Asisi Tebet, Jakarta Selatan

    6. Keuskupan Agung Medan

    Kategorial:

    Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi St. Yohanes, Pematangsiantar

    Di Indonesia, mayoritas suadara Kapusin Pontianak melayani di wilayah Keuskupan Agung Pontianak. Selain di Indonesia, Kapusin Pontianak ambil bagian juga dalam misi Ordo dan Gereja yang lebih luas yakni di Tiongkok, Timor L’este, Malaysia, Australia, Selandia Baru, dan Italia. Ini termasuk bagian tak terpisahkan dari kehadiran Ordo Kapusin (OFMCap: Ordo Fratrum Minorum Capuccinorum) internasional yang melayani sesama di 110 negara.

    Yang berminat bergabung dengan Ordo Kapusin, silahkan menghubungi:

    Provinsialat ORDO KAPUSIN PONTIANAK

    Provinsi St. Maria Ratu Para Malaikat

    Jl. Adisucipto Km 9,6 – Tirta Ria – Kubu Raya, Kotak Pos 6300 PONTIANAK 78391 Kalimantan Barat Indonesia.

    Phone: 0561-722430

    E-mail: kapusin.pontianak@kapusin.org

    Site: https://www.ofmcappontianak.org/

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI