Apa yang kamu bawa ke pesta ulang tahun temanmu? Hadiah.
Apa yang kamu bawa ke penerimaan komuni pertama dari sahabatmu? Hadiah
Apa yang kamu bawa ke rumah gebetanmu? Hatimu, perhatianmu, rayuanmu dan … hadiah.
Ya, sebenarnya dalam setiap perjumpaan yang kita bawa adalah hadiah. Harapannya hadiah itu akan mendatangkan kebahagiaan karena kadang prediksi kita bisa meleset juga. Yang hadiah terasa biasa, yang bukan hadiah malah luar biasa.
Inilah kisah kecil yang saya alami saat di bangku sekolah. Saat itu seorang teman berulang tahun dan kami diundang ke rumahnya. Ya, benar, jaman itu kalau ada pesta ulang tahun maka diadakan di rumah bukan di restoran apalagi café – belum ada. Satu kelas merasa senang karena itu persitiwa jarang. Kasak kusuk pun terjadi. Hadiah apa yang mau dibawa? Kegembiraan jadi kebingungan. Beberapa hari kemudian kebingungan jadi kepanikan. Hadiah apa? Ternyata memiliki teman berpunya yang mengundang ke pestanya membawa kesulitan tersendiri.
Adalah seorang teman yang menggagas agar uang yang ada dikumpulkan dan beli sesuatu dari bersama sehingga hadiahnya bisa bagus. Jadilah kami belikan music box. Mahal memang, tapi kami jadi percaya diri. Kami bersama-sama membuat satu kartu ulang tahun dari karton manila yang dihias dan ditanda tangani ramai-ramai macam mau lulusan. Kami puas! Pesta berjalan lancar. Kami pun mengalami sore yang magical terutama saat teman kami membuka hadiah dari kami. Wajahnya bersinar. Lalu suasana menjadi hening saat ia membunyikan music box tersebut. Kami saling pandang, nyengir bego: puas.
Beberapa hari kemudian, saya ke rumah teman yang berulang tahun itu untuk membuat tugas kelompok. Saat masuk ke ruang tamu saya terkesima melihat kartu ulang tahun dari karton manila terpampang di dinding terbingkai indah. Teman saya tertawa dan berkata, “Tahu gak Grace, cuma gue yang punya kartu itu.” Wajahnya bersinar, dan sekali ini lengkap nyengir bego ala kelas kami. Music box memang magical, tapi selembar karton manilalah yang dasyat.
Pengalaman ini mirip dengan seorang anak yang ikutan kumpul-kumpul dan berondong rondong mengikuti Yesus untuk mendengar homiliNya. Anak itu tentulah tak bawa hadiah. Ia bawa bekal yaitu lima roti dan dua ikan. Singkat kisah, Yesus membuat bekalnya menjadi hadiah untuk lima ribu laki-laki dan tak terhitung jumlah perempuan dan anak-anak; masih lagi bersisa 12 bakul. Magical dan dasyat! (buat kamu yang lupa kisahnya bisa baca di Yohanes 6: 8-13 atau injil lain)
Nah, apa yang menarik dari pengalaman kecil saya dengan teks lima roti dan dua ikan? Buat saya yang menarik adalah apa yang kita pikir hebat belum tentu sama bagi yang menerima. Tapi apa yang dibawa dengan cinta seperti kartu karton manila dan bekal makan sehari pasti bisa menjadi berkat bagi hidup sesama. So, kemanapun kita melangkah, jangan lupa: bawa hati penuh sukacita yang disiapkan sebagai hadiah. Lalu… jangan lupa minta Tuhan Yesus berkati agar apa yang kita bawa dalam hidup sehari-hari, seperti senyum dan sapa untuk dijadikanNya hadiah harian.
Aksi renungan: begitu buka mata di pagi hari tarik senyum dan katakan “ senyumku untuk Tuhan dan sesama” Cheers.
Sr. Grace Santoso OSU