Selasa, November 5, 2024
25.9 C
Jakarta

Selasa, 2 Agustus 2022; Hari Biasa – Pekan Biasa XVIII

Bacaan I: Yer. 30:1-2,12-15,18-22

Tuhan bersabda kepada Yeremia demikian, “Beginilah sabda Tuhan, Allah Israel, ‘Tulislah segala perkataan yang telah Kusabdakan kepadamu dalam sebuah kitab’.” Beginilah sabda Tuhan tentang Israel, “Penyakitmu sangat parah, lukamu tak tersembuhkan! Tiada orang yang membela hakmu, tiada obat untuk bisulmu, tiada kesembuhan lagi.

Sungguh, Aku telah memukul engkau dengan pukulan musuh, dan dengan hajaran yang bengis, karena kesalahanmu banyak dan besarlah jumlah dosamu! Mengapa engkau berteriak karena penyakitmu? Mengapa engkau mengaduh karena kepedihanmu sangat payah? Karena kesalahanmu banyak, dan dosamu besar jumlahnya, maka Aku telah melakukan semuanya ini kepadamu.”

Dan beginilah sabda Tuhan selanjutnya, “Sesungguhnya, Aku akan memulihkan keadaan kemah-kemah Yakub, dan akan mengasihani tempat-tempat tinggalnya. Kota itu akan dibangun kembali di atas reruntuhannya, dan purinya akan berdiri di tempatnya yang asli. Nyanyian syukur akan terdengar dari antara mereka, juga suara orang yang bersukaria.

Aku akan membuat mereka berlipatganda, dan mereka tidak akan berkurang lagi. Aku akan membuat mereka dipermuliakan, dan mereka tidak akan dihina lagi. Anak-anak mereka akan menjadi seperti dahulu kala, dan perkumpulan mereka akan tinggal tetap di hadapan-ku. Aku akan menghukum semua orang yang menindas mereka.

Orang yang memerintah atas mereka akan tampil dari antara mereka sendiri. Dan orang yang berkuasa atas mereka akan bangkit dari tengah-tengah mereka. Aku akan membuat dia maju dan mendekat kepada-Ku. Sebab siapakah yang berani mempertaruhkan nyawanya untuk mendekat kepada-Ku?”

Mazmur Tanggapan: Mzm. 102:16-18,19-21,29,22-23

Ref. Tuhan akan membangun Sion dan menampakkan diri dalam kemuliaan.

  • Maka bangsa-bangsa menjadi takut akan nama Tuhan, dan semua raja bumi menyegani kemuliaan-Mu, bila Engkau sudah membangun Sion, dan menampakkan diri dalam kemuliaan-Mu; bila Engkau mendengarkan doa orang-orang papa, dan tidak memandang hina doa mereka.
  • Biarlah hal ini dituliskan bagi angkatan yang kemudian, dan bangsa yang diciptakan nanti akan memuji-muji Tuhan, sebab Ia telah memandang dari tempat-Nya yang kudus, Tuhan memandang dari surga ke bumi, untuk mendengarkan keluhan orang tahanan, dan membebaskan orang-orang yang ditentukan harus mati.
  • Anak hamba-hamba-Mu akan diam dengan tenteram dan anak cucu mereka akan tetap ada di hadapan-Mu. Supaya nama Tuhan diceritakan di Sion, dan Dia dipuji-puji di Yerusalem apabila para bangsa berkumpul bersama-sama dan kerajaan-kerajaan berhimpun untuk beribadah kepada Tuhan.

Bait Pengantar Injil: Alleluya

Ref. Alleluya, alleluya

Rabi, Engkau Anak Allah, Engkaulah raja Israel.

Bacaan Injil: Mat. 14:22-36

Sekali peristiwa, setelah mengenyangkan orang banyak dengan roti, Yesus segera menyuruh murid-murid-Nya naik perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara Ia menyuruh orang banyak pulang. Dan setelah orang banyak itu disuruh pergi Yesus mendaki bukit untuk berdoa seorang diri.

Ketika hari sudah malam, Ia seorang diri di situ. Perahu para murid sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan gelombang karena angin sakal. Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air.

Melihat Dia berjalan di atas air, para murid terkejut dan berseru, “Itu hantu!” Dan mereka berteriak ketakutan. Tetapi Yesus segera menyapa mereka, kata-Nya, “Tenanglah! Akulah ini, jangan takut!” Lalu Petrus berseru, “Tuhan, jika benar Tuhan sendiri, suruhlah aku datang kepada-Mu dengan berjalan di atas air.”

Kata Yesus, “Datanglah!” Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Tetapi ketika dirasakannya tiupan angin kencang, Petrus menjadi takut dan mulai tenggelam lalu berteriak, “Tuhan, tolonglah aku!” Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya memegang dia dan berkata, “Orang kurang percaya! Mengapa engkau bimbang?”

Keduanya lalu naik ke perahu dan redalah angin. Dan mereka yang ada di perahu menyembah Dia, katanya, “Sungguh, Engkau Anak Allah.” Setibanya di seberang mereka mendarat di Genesaret.

Begitu Yesus dikenal oleh orang-orang setempat, mereka memberithukannya ke seluruh daerah. Maka semua orang sakit dibawa kepada-Nya. Mereka memohon, supaya diperkenankan menjamah jumbai jubah-Nya. Dan semua orang yang menjamah Dia menjadi sembuh.

Demikianlah Injil Tuhan.

Tenanglah! AKU ini, jangan takut!”

Perikop Injil hari ini ingin menegaskan kembali kebenaran bahwa ALLAH senantiasa mengambil inisiatif untuk menyelamatkan manusia. Peristiwa kedatangan TUHAN YESUS di tengah malam, saat para Rasul berjuang menembus badai di danau Genesaret, merupakan kisah nyata yang menggaris-bawahi kebenaran itu. Malam hari yang gelap gulita dan angin sakal merupakan simbol kekuatan kuasa gelap atau dosa yang senantiasa menghantui dan merusak kehidupan manusia. Selain karena keangkuhan dan kesombongannya, manusia sering mengandalkan kekuatannya sendiri! Namun ALLAH tidak pernah menutup Mata. ALLAH senantiasa mengulurkan Tangan Kasih-NYA untuk menolong manusia, namun sayangnya, kita sendiri yang kurang sadar atau bahkan tidak percaya akan kehadiran-NYA!

Bagai kapal di tengah lautan lepas yang diombang-ambingkan gelombang dari angin sakal, demikianlah situasi Gereja Perdana yang telah mulai menyebar jauh ke seluruh jajahan Romawi. Gereja Perdana saat itu mengalami banyak tantangan dan penganiayaan yang dapat menggoyahkan iman umat beriman.

Di saat-saat kritis seperti itu TUHAN YESUS muncul, walaupun mereka tidak mengenal DIA. Bahkan DIA dianggap “hantu laut” karena dapat berjalan di atas air. Petrus sendiri yang selalu tampil di depan berani menguji imannya, tetapi dia sendiri akhirnya tenggelam juga!

“Dialog iman” antara Petrus dan TUHAN YESUS justru terjadi di tengah badai dan amukan ombak. Petrus minta diyakinkan oleh YESUS: “TUHAN, apabila ENGKAU itu, suruhlah aku datang kepada-MU berjalan di atas air.” Kata YESUS: “Datanglah!” Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan YESUS. (Mat.14: 28,29). Petrus semula memang ragu, tapi lalu timbul kepercayaannya, maka ia berhasil berjalan di atas air. Tetapi begitu ia mulai bimbang, ragu dan takut, maka tenggelamlah dia! Dan berteriaklah dia: “TUHAN, tolonglah aku!” Segera YESUS menolongnya sambil mengeluarkan kritik yang tajam: “Hai, orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” (Lihat ayat 31). Ketika sudah naik ke perahu, dan angin badai pun reda, maka orang-orang di dalam perahu menyembah DIA, sambil berkata: “Sesungguhnya ENGKAU ANAK ALLAH” (ayat 33).

Sebenarnya lawan dari “beriman” bukankah “tidak beriman,” melainkan kebimbangan, keraguan dan ketakutan serta keputus-asaan! Orang yang kerap bimbang, ragu, takut dan putus asa adalah orang yang “kurang” bahkan bisa “tidak” beriman! Iman akan kehadiran YESUS dalam hidup kita selayaknya menjadi kekuatan dan daya dorong atau motivasi kuat dalam mengarungi lautan kehidupan ini. Bila terjadi badai, angin puyuh, gelombang besar atau berbagai cobaan hidup datang silih berganti, kita harus tetap percaya bahwa YESUS pasti ada di tengah-tengah kita! TUHAN akan berbisik: “Tenanglah, AKU ini, jangan takut!” (ayat 27). Jangan panik dan bingung, tenanglah! Juga pada saat ini dalam situasi menghadapi masa pasca pandemi dan masa krisis pangan serta krisis energi, yang  melumpuhkan segala segi kehidupan manusia ini, kita harus tetap percaya bahwa TUHAN pasti hadir di sebelah kiri atau kanan kita! Tetapi apakah TUHAN itu kita anggap “hantu”? Di sinilah ujian iman kita! Namun, “beriman” tidaklah semudah yang kita ucapkan, ia tidak seperti membalikkan tangan atau dengan mantra tertentu terus “iman itu datang”. Mulut kita boleh komat-kamit berdoa, tetapi kalau hati masih bimbang, ragu, takut dan putus asa, pasti akan tenggelam seperti Petrus! Doa yang benar harus didasari oleh kepercayaan yang kuat disertai sikap penyerahan diri (pasrah) secara total kepada TUHAN!

Merenungkan peristiwa angin badai yang menimpa para murid, sebenarnya dapat menjadi cermin bagi perjalanan iman kita. Bagaimana kadar iman kita kepada TUHAN? Ukurannya bukan pada saat kita hening berdoa di kapel Adorasi atau di depan Tabernakel saja, melainkan terutama jika kita sedang menghadapi dan mengalami “badai kehidupan” baik dalam hidup berkeluarga, perjalanan panggilan imamat atau pun panggilan untuk hidup bakti dalam biara, maupun dalam menderita sakit yang tidak berkesudahan, dalam menjalankan tugas dan kewajiban kita di tempat studi, tempat kerja, entah di pemerintahan atau pun swasta/masyarakat!

Ujian hidup beriman kepada ALLAH juga dialami oleh umat Israel pada zaman Nabi Yeremia, seperti dikisahkan dalam Bacaan Pertama. Sebagaimana Israel dan Yehuda yang mengalami kehancuran oleh penjajah dari Babel karena akibat kebejatan moral dan kedurhakaan mereka, demikian pula hidup kita yang kadang mengalami krisis yang berkepanjangan karena ulah kesombongan, keserakahan, kelalaian dan kejahatan kita. Firman TUHAN lewat Nabi Yeremia juga berlaku buat kita: “Penyakitmu sangat payah, lukamu tidak tersembuhkan….. Karena kesalahanmu banyak, dosamu berjumlah besar, maka AKU telah melakukan semuanya ini kepadamu.” (Yer.20: 12,15). Dengan rendah hati marilah kita akui secara jujur segala kelemahan dan kerapuhan yang masih menyelimuti diri kita. Kita bersujud mengakui dosa dan kesalahan kita dan bertobat. Dengan demikian, TUHAN akan memulihkan kesembuhan dan kebebasan jiwa kita yang tersandera oleh berbagai dosa. Sanggupkah kita untuk bangun kembali dari keterpurukan kita?

Doa

Ya YESUS, ajarilah aku untuk selalu ingat pada-MU, bahwa ENGKAU tidak pernah tega meninggalkan anak-anak-MU. Ulurkanlah tangan-MU, kuatkanlah imanku dengan ROH-MU dan tolonglah aku yang kurang percaya ini. Amin.

Selamat pagi. Selamat beraktivitas. AMDG. Berkat TUHAN.

Paulus Krissantono

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini