27.3 C
Jakarta
Friday, May 3, 2024

Bacaan dan Renungan Injil Hari Minggu 10 Juli 2022; Hari Minggu Biasa XV

BERITA LAIN

More

    Bacaan I: Ul. 30:10-14

    Pada waktu itu Musa memanggil segenap orang Israel berkumpul, lalu berkata kepada mereka, “Hendaklah engkau mendengarkan suara Tuhan, Allahmu, dengan berpegang pada perintah dan ketetapan-Nya, yang tertulis dalam kitab Taurat ini; dan hendaklah engkau berbalik kepada Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu.

    Sebab perintah ini, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, tidaklah terlalu sukar bagimu, dan tidak pula terlalu jauh; tidak di langit tempatnya, sehingga engkau berkata: Siapakah yang akan naik ke langit untuk mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannya kepada kita, supaya kita melaksanakannya?

    Juga tidak di seberang laut tempatnya, sehingga engkau berkata: Siapakah yang akan pergi ke seberang laut untuk mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannya kepada kita, supaya kita melaksanakannya? Firman itu sangat dekat padamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu; hendaklah engkau melaksanakannya.

    Mazmur Tanggapan: Mzm. 69:14,17,30-31,33-34,36ab,37

    Ref. Tuhan, sudi dengarkan rintihan umat-Mu.

    • Aku berdoa kepada-Mu, ya Tuhan, aku bermohon pada waktu Engkau berkenan, ya Allah; demi kasih setia-Mu yang besar jawablah aku, dengan pertolongan-Mu yang setia! Jawablah aku, ya Tuhan, sebab baiklah kasih setia-Mu, berpalinglah kepadaku menurut rahmat-Mu yang besar!
    • Aku ini tertindas dan kesakitan, keselamatan dari pada-Mu, ya Allah, kiranya melindungi aku! Aku akan memuji-muji nama Allah dengan nyanyian, mengagungkan Dia dengan lagu syukur,
    • Lihatlah, hai orang-orang yang rendah hati, dan bersukacitalah; biarlah hatimu hidup kembali, hai kamu yang mencari-cari Allah! Sebab Tuhan mendengarkan orang-orang miskin, dan tidak memandang hina orang-orangNya yang ada dalam tahanan.
    • Sebab Allah akan menyelamatkan Sion dan membangun kota-kota Yehuda. Anak cucu hamba-hamba-Nya akan mewarisinya, dan orang-orang yang mencintai nama-Nya akan diam di situ.

    Bacaan II: Kol. 1:15-20

    Saudara-saudara, Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan. Dia adalah yang sulung, yang lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di surga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana maupun kerajaan, baik pemerintah maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.

    Ia ada mendahului segala sesuatu, dan segala sesuatu ada di dalam Dia. Dialah kepata tubuh, yaitu Jemaat.

    Dialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia lebih utama dalam segala sesuatu. Seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, dan oleh Dialah Allah memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi maupun yang ada di surga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.

    Bait Pengantar Injil: Yoh 6:63c.68c

    Tuhan, Sabda-Mu adalah roh dan kehidupan. Sabda-Mu adalah sabda hidup yang kekal.

    Bacaan Injil: Luk. 10:25-37

    Sekali peristiwa seorang ahli Taurat berdiri hendak mencobai Yesus, katanya, “Guru, apakah yang harus kulakukan untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus kepadanya, “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?”

    Jawab orang itu, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu; dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

    Kata Yesus kepadanya, “Jawabmu itu benar! Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup,” Tetapi untuk membenarkan dirinya, orang itu berkata lagi kepada Yesus, “Dan siapakah sesamaku manusia?” Jawab Yesus, “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho.

    Ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi juga memukulnya, dan sesudah itu meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu.

    Ia melihat orang itu, tetapi melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu. Ketika melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datanglah ke tempat itu seorang Samaria yang sedang dalam perjalanan. Ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah menyiraminya dengan minyak dan anggur.

    Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri, lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya, ‘Rawatlah dia, dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya waktu aku kembali’.

    Menurut pendapatmu siapakah di antara ketiga orang ini adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” Jawab ahli Taurat itu, “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya, “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”

    Demikianlah Injil Tuhan

    “SIAPAKAH SESAMAKU MANUSIA?”

    Itulah pertanyaan yang dilontarkan oleh ahli Taurat yang ingin mencobai TUHAN YESUS. Sebenarnya ahli Taurat itu sudah paham dan hafal di luar kepala semua bunyi hukum Taurat, tetapi karena ia ingin menguji kemampuan Guru dari Nasareth ini, maka ia bertanya kepada-NYA: “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” YESUS justru menanyakan lagi kepadanya, apa yang tertulis dalam hukum Taurat. Dengan mengutip hukum Taurat yang terdapat dalam Kitab Imamat dan Kitab Ulangan, ia dengan fasihnya menjawab: “TUHAN itu ALLAH kita, TUHAN itu Esa! Kasihilah TUHAN, ALLAH-mu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu” (Ul.6: 4, 5). “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri: AKU-lah TUHAN.” (Im.19: 18). Lihat juga Luk.10: 25-27.

    Bagi seorang ahli Taurat, Firman ALLAH itu begitu familiar dan begitu dekat, seperti diungkapkan dalam Kitab Ulangan: “Sebab perintah ini, yang kusampaikan kepadamu hari ini tidaklah sukar bagimu dan tidak terlalu jauh…. Tetapi Firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu, dan di dalam hatimu, untuk dilakukan.” (Ul.30: 11, 14). Jadi dibutuhkan kepekaan hati untuk mendengarkan Firman itu!

    Namun demikian, untuk membenarkan dirinya sendiri, ahli Taurat itu masih mengajukan suatu pertanyaan “retorik” kepada YESUS: “Dan siapakah sesamaku manusia?” (ayat 29).

    Perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati yang diceritakan YESUS dalam Bacaan Injil hari ini, memberikan pencerahan kepada kita bahwa setia dan taat kepada ALLAH harus dibarengi dengan sikap baik dan terpuji kepada sesama. Ketaatan dan kedekatan kepada ALLAH hendaklah menjadi kekuatan penyemangat dalam melakukan hal yang baik untuk kepentingan sesama. Buah dari kedekatan dan ketaatan kita kepada ALLAH adalah berbuat baik kepada sesama, terutama mereka yang amat membutuhkan bantuan dan pertolongan. YESUS mengajarkan bahwa sesama kita bukan hanya orang-orang sebangsa, sesuku, seagama atau sedarah dengan kita, tetapi setiap orang yang membutuhkan bantuan. TUHAN YESUS menolak “legalisme” dan “cinta yang eksklusif”.

    Kisah orang Samaria yang baik hati dan murah hati merupakan teladan nyata yang diberikan YESUS mengenai  kasih. Mengasihi sesama berarti berani keluar dari diri kita sendiri, dan menjangkau sesama di luar diri kita, termasuk mereka yang menjadi musuh kita. Landasan hukum kasih inilah yang seharusnya menjadi landasan hidup kita sebagai orang yang percaya kepada KRISTUS.

    Siapakah sesama kita pada masa kini? Ibu Teresa mengawali karya kasihnya di Kalkuta, India, di tengah masyarakat yang amat sangat miskin dan lapar. Ia tidak mengenal sama sekali orang-orang yang sudah sekarat yang ditinggalkan oleh sesamanya itu. Namun, dengan sepenuh hati dan perhatian ia menolong mereka itu, karena ia meyakininya bahwa mereka yang sekarat itu juga sesama kita manusia, seperti dirinya yang layak mendapatkan kasih dari ALLAH juga. Jawablah secara jujur: Siapakah sebenarnya sesama kita manusia? Adakah orang yang selama ini berada di luar diri kita, yang tidak kita anggap sebagai sesama kita karena dia berbeda suku, agama dan latar belakang budaya?

    Cinta kepada sesama adalah cerminan cinta kepada ALLAH. Iman kepada ALLAH tidak berhenti di mulut saja, tetapi harus diwujudkan secara nyata dalam perbuatan. TUHAN YESUS telah memberikan teladan nyata. Demi cinta-NYA kepada BAPA dan kepada manusia, YESUS, rela mengorbankan hidup-NYA di kayu salib! Menurut Rasul Paulus dalam Bacaan Kedua, “KRISTUS adalah gambar ALLAH yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan…. Karena seluruh kepenuhan ALLAH berkenan diam di dalam DIA, dan oleh DIA-lah IA mendamaikan segala sesuatu dengan Diri-NYA, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di Sorga, sesudah IA mengadakan pendamaian oleh Darah Salib KRISTUS.” (Kol.1: 15, 19, 20). Marilah kita mencontoh KRISTUS YESUS, TUHAN kita.

    Doa

    Ya YESUS, terima kasih atas Sabda-MU yang meneguhkan. Sabda-MU adalah ROH dan Kehidupan. Berilah aku kekuatan untuk tetap setia dan taat kepada-MU, serta mengenal sesamaku dan berbuat baik kepada mereka, tanpa pamrih apa pun. Amin.

    Paulus Krissantono

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI