Pasca Pemilihan Presiden Filipina, Uskup Agung Manila Menyerukan Masyarakat untuk Tetap Tenang

0
785
Pendukung calon Presiden Filipina Leni Robredo menunjukkan tanda Laban berjuang selama rapat syukur di dalam kampus universitas di Manila pada 13 Mei 2022. UCA News

MANILA, Pena Katolik – Uskup Agung Manila, Kardinal Jose Advincula OP menyerukan masyarakat untuk tetap tenang menyusul kepemangan Ferdinand “Bongbong” Marcos Jr dalam Pemilihan Presiden Filipina. Kardinal Advincula mengatakan ini menyusul gelombang kecemasan dan ketakutan para pendukung Calon Presiden Leni Robredo.

“Saat ini, akan lebih baik bagi semua untuk tetap tenang dan semua orang percaya pada proses demokrasi. Mari kita terus mencintai, peduli, dan berdoa untuk negara kita,” kata Kardinal Advincula dalam pesan pasca pemilihan 15 Mei 2022.

Pasca Pemilihan Presiden Filipina para imam Katolik di Filipina telah memulai sesi konseling untuk orang Filipina yang mengalami stres pasca pemilihan setelah pemilihan presiden 9 Mei 2022. Banyak dari mereka yang mengalami penindasan selama tahun-tahun darurat militer yang diberlakukan oleh mendiang diktator Ferdinand Marcos. Mereka sulit untuk menerima, putra diktator, Ferdinand “Bongbong” Marcos Jr., memenangkan jajak pendapat dengan telak. Mereka takut sejarah akan terulang kembali.

Marcos, Jr. mengumpulkan lebih dari 31 juta suara — lebih dari dua kali 14,8 juta yang diperoleh kandidat yang didukung Gereja, Wakil Presiden Leonor “Leni” Robredo. Sebagian besar pendukung Marcos terlalu muda untuk mengingat pelanggaran hak yang dilakukan oleh rezim ayahnya.

Kelompok imam yang disebut Clergy for the Moral Choice dibuka pada 16 Mei layanan konseling online gratisnya “untuk berbicara dan menemani” orang-orang yang stres. Layanan ini tersedia bagi siapa saja yang mencari bantuan untuk mengatasi tekanan mental yang disebabkan oleh jajak pendapat baru-baru ini.

“Konseling online [kami] akan melihat sukarelawan melayani orang-orang yang putus asa dengan pemilihan,” kelompok itu mengumumkan di Facebook.

Sejarah Kelam

Seperti diketahui, Bongbong adalah putra dari Ferdinand Marcos Sr, mantan presiden Filiina yang memimpin secara dictator pada 1965 –1986. Selama memerintah, Marcos diingat sebagai pemimpin yang otoriter dan korup. Keluarganya dipercaya melarikan milyaran dollar uang rakyat Filpina saat Marcos digulingkan.

Peristiwa penggulingan Marcos dikenal sebagai Revolusi People Power. Saat itu, ratusan ribu bahkan jutaan warga Filipina turun ke Jalan EDSA di Manila untuk memprotes pemerintahan Marcos dan pemilu yang penuh kecurangan.

Marcos juga dipercaya di belakang peristiwa terbunuhnya Benigno “Nonoy” S. Aquino Jr di Bandara Manila pada 21 Agustus 1983. Belakangan bandara Manila diubah Namanya menjadi Bandara Ninoy Aquino.

Sebagian warga yang menjadi saksi pada masa Marcos tentu masih ingat bagaimana kekejaman Marcos yang menggunakan militer untuk melakukan Tindakan represi kepada warga Filipina. Kisah tentang koleksi ribuan sepatu Imelda Marcos, istri Marcos, juga menjadi cerita yang turun-temurun di kalangan masyarakat yang menjadi korban tindakan diktator Marcos. Imelda, yang saat ini masih hidup, dikenal sebagai Wanita glamor yang menggunakan uang hasil korupsi suaminya untuk memperkaya diri.

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here