YERUSALEM, Pena Katolik – Uskup Agung Yerusalem, Mgr. Pierbattista Pizzaballa mengutuk pemukulan polisi terhadap para pelayat yang membawa peti mati jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh, Senin 16 Mei 2022. Ia menuduh pihak berwenang melanggar HAM dan tidak menghormati Gereja Katolik.
Mgr Pizzaballa mengatakan kepada wartawan di Rumah Sakit St. Joseph di Yerusalem bahwa insiden yang terjadi pada Jumat, yang disiarkan ke seluruh dunia, adalah “penggunaan kekuatan yang tidak proporsional” kepada ribuan orang Palestina. Seharusnya, polisi tidak melakukan serangan itu kepada warga yang mengibarkan bendera dari rumah sakit ke gereja Katolik terdekat di kawasan Kota Tua di Yerusalem.
Serangan itu memicu kecaman di berbagai penjuru dunia. Polisi Israel menghadang pelayat yang membawa peti mati jurnalis Al Jazeera yang terbunuh Shireen Abu Akleh saat pemakamannya di Yerusalem timur, 13 Mei 2022. Polisi Israel menghadang pelayat yang membawa peti mati jurnalis Al Jazeera yang terbunuh Shireen Abu Akleh saat pemakamannya di Yerusalem timur, 13 Mei 2022.
Serangan polisi itu, kata Mgr Pizzaballa merupakan pelanggaran berat terhadap norma dan peraturan internasional, termasuk HAM untuk kebebasan beragama, yang harus diperhatikan juga di ruang publik. Ia mengatakan hal tersebut sewaktu para pemimpin dan pendeta dari gereja-gereja Kristen lainnya duduk di dekatnya.
Belum ada tanggapan dari Israel terkait pernyataan Pizzaballa tersebut. Israel dan Palestina terlibat perang narasi soal tewasnya Abu Akleh. Reporter itu – seorang Palestina – Amerika yang beragama Katolik – tewas tertembak, Rabu pekan lalu. Reporter itu meliput serangan militer Israel di kamp pengungsi Jenin. Perempuan yang telah berpengalaman sebagai wartawan selama 25 tahun itu mengenakan rompi biru yang ditandai dengan tulisan Pers.
Abu Akleh terkenal di dunia Arab, karena sering mendokumentasikan kesulitan hidup orang-orang Palestina di bawah kekuasaan Israel. Sejumlah pejabat dan saksi Palestina, termasuk wartawan yang bersamanya, mengatakan ia tewas akibat tembakan tentara.
Setelah kegemparan internasional atas kekerasan pada prosesi pemakaman, polisi Israel meluncurkan penyelidikan atas perilaku petugas yang menyerang para pelayat, dan menyebabkan pengusung jenazah hampir menjatuhkan peti matinya.
Saat ini, Israel telah menyerukan penyelidikan bersama dengan Palestina, dengan mengatakan peluru itu harus dianalisis oleh para ahli balistik untuk mencapai kesimpulan yang tegas. Para pejabat Palestina telah menolak, dengan mengatakan bahwa mereka tidak mempercayai Israel.
“Kami juga menolak penyelidikan internasional karena kami mempercayai kemampuan lembaga keamanan kami,” kata Perdana Menteri Mohammed Shtayyeh.
Bellingcat, konsorsium peneliti internasional yang berbasis di Belanda, mempublikasikan analisis bukti video dan audio yang dikumpulkan di media sosial. Materi tersebut berasal dari sumber-sumber militer Palestina dan Israel, dan analisis tersebut melihat faktor-faktor seperti cap waktu, lokasi video, bayangan, dan analisis audio forensik dari tembakan. Kelompok itu menemukan bahwa sementara orang-orang bersenjata dan tentara Israel berada di daerah itu, bukti mendukung keterangan para saksi bahwa tembakan Israel lah yang menewaskan Abu Akleh.