JAKARTA, Pena Katolik – Saat memimpin Misa Krisma di Katedral St. Maria Diangkat ke Surga, Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo menyampaikan homili bagi segenap umat Keuskupan Agung Jakarta (KAJ). Ia mengajak para imam dan umat untuk mensyukuri atas berkat Tuhan. Di mana setelah dua tahun, Misa Krisma dapat kembali diadakan di katedral.
Misa Krisma diadakan pagi hari pada hari Kamis Putih. Pada Misa ini, seorang uskup akan memberkati Miyak Krisma yang akan digunakan dalam beragam perayaan sakramen di keuskupan. Misa Krisma adalah Perayaan Ekaristi yang wajib diikuti oleh seluruh imam yang berkarya di keuskupan itu. Pada kesempatan ini juga, seorang uskup menyampaikan khotbah bagi seluruh umat di keuskupannya.
Kardinal Suharyo menyampaikan, pada tahun 2016-2020, KAJ bersama menjadikan Pancasila sebagai permenungan dan refleksi. Umat dan imam mengamalkan keutamaan Pancasila dalam beragam gerakan untuk menumbuhkan rasa cinta kepada Tanah Air sebagai bagian dari iman.
“Dengan usaha itu, kita semakin dikuatkan, bahwa Tahun Rahmat Tuhan akan menjadi kenyataan ‘pada hari ini’ kalau nilai-nilai Pancasila sungguh dihayati dan diwujudkan dalam berbagai macam gerakan. Harapannya, gerakan-gerakan itu menjadi habitus individual dan kolektif kita,” ujar Kardinal Suharyo.
Habitus itu akan membentuk cara umat untuk berpikir, merasa, melihat, memahami, mendekati, dan cara berelasi yang memancarkan watak sebagai pengikut Kristus sekaligus sebagai warga negara. Kardinal Suharyo melanjutkan, pada Arah Dasar KAJ tahun 2022, nilai itu akan semakin terwujud apabila sebagai Gereja, umat KAJ memperkuatnya dengan lima pilar ajaran sosial Gereja. Ia berharap, gerakan kreatif yang berkelanjutan akan membentuk habitus sebagai murid Kristus.
Kardinal Suharyo menekankan, untuk berpedoman pada gerak Gereja saat ini yaitu menuju Gereja yang Sinodal, persekutuan partisipasi misi. Sinodal adalah berjalan bersama. Kardinal Suharyo mengajak untuk bercermin pada kisah para murid yang berjalan ke Emaus.
“Pada awalnya para murid tidak mengenal Yesus dan memandang Yesus sebagai orang asing. Baru setelah mereka berjalan bersama Yesus, tercerahkan oleh Kitab Suci hati mereka berkobar-kobar. Mereka masuk dalam persekutuan Ekaristi, menjalankan Misi, memberikan kesaksian kepada para murid yang lain bahwa Tuhan telah Bangkit,” ungkap Uskup Agung Jakarta ini.
Kardinal Suharyo mengajak untuk terus berusaha berjalan bersama mencari jalan kreatif. Dengan car aini, Tahun Rahmat Tuhan akan semakin terwujud.