Bacaan I: Yes. 7:10-14;18:10
TUHAN berfirman kepada Raja Ahas, “Mintalah suatu pertanda dari Tuhan, Allahmu, entah itu sesuatu dari dunia orang mati yang paling bawah, entah sesuatu dari tempat tertinggi yang di atas.”
Tetapi Ahas menjawab, “Aku tidak mau minta! Aku tidak mau mencobai Tuhan!” Lalu berkatalah Nabi Yesaya, “Baiklah! Dengarkanlah, hai keluarga Daud! Belum cukupkah kamu melelahkan orang, sehingga kamu melelahkan Allahku juga?
Sebab itu, Tuhan sendirilah yang akan memberikan suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamai Dia Imanuel, artinya: Allah menyertai kita.”
Mazmur Tanggapan: Mzm 40:7-8a.8b-9.10-17
Ref. Ya Tuhan, aku datang melakukan kehendak-Mu.
- Kurban dan persembahan tidak Kauinginkan, tetapi Engkau telah membuka telingaku; kurban bakar dan kurban silih tidak Engkau tuntut, lalu aku berkata, “Lihatlah, Tuhan, aku datang!”
- Dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku: “Aku senang melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada di dalam dadaku.”
- Aku mengabarkan keadilan di tengah jemaat yang besar, bibirku tidak kutahan terkatup; Engkau tahu itu, ya Tuhan
- Keadilan-Mu tidaklah kusembunyikan dalam hatiku, kesetiaan dan keselamatan-Mu kubicarakan, kasih dan kebenaran-Mu tidak kudiamkan, tapi kuwartakan kepada jemaat yang besar.
Bacaan Kedua: Ibrani 10:4-10
SAUDARA-saudara, tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa. Karena itu ketika Kristus masuk ke dunia, Ia berkata, “Kurban dan persembahan tidak Engkau kehendaki.
Sebagai gantinya Engkau telah menyediakan tubuh bagiku. Kepada kurban bakaran dan kurban penghapus dosa Engkau juga tidak berkenan.
Maka Aku berkata: Lihatlah, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allahku.” Jadi mula-mula Ia berkata, “Engkau tidak menghendaki kurban dan persembahan;
Engkau tidak berkenan akan kurban bakaran dan kurban penghapus dosa — meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat.
Dan kemudian Ia berkata, “Lihat, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu.” Jadi yang pertama telah Ia hapuskan untuk menegakkan yang kedua.
Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.
Bacaan Injil: Luk. 1:26-38
“Engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki.”
DALAM bulan yang keenam Allah mengutus Malaikat Gabriel ke sebuah kota di Galilea, bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.
Ketika masuk ke rumah Maria, malaikat itu berkata, “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu.
Kata malaikat itu kepadanya, “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi.
Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya. Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya, dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.”
Kata Maria kepada malaikat itu, “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku tidak bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya, “Roh Kudus akan turun atasmu, dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya, dan inilah bulan yang keenam bagi dia yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.”
Maka kata Maria, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; terjadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
Demikianlah Injil Tuhan
llah Menjadi Manusia: Dalam Rahim Perawan Maria
HARI ini Gereja merayakan Kabar Sukacita yang disampaikan kepada Perawan Maria melalui Malaikat Gabriel. Inilah salah satu perayaan paling agung dalam Gereja. Inkarnasi (Penjelmaan Tuhan) merupakan salah satu pokok iman Kristiani, dalam kesatuan dengan iman pada Tritunggal Mahakudus. Pada saat Yesus mulai dikandung oleh Maria, dimulailah karya keselamatan Allah dalam Pribadi Yesus Kristus.
Berkat Inkarnasi Tuhan dalam rahim Perawan Maria, martabat manusia diangkat ke taraf ilahi. Begitu besar kasih Allah pada kita sehingga Ia datang dan bersatu dengan manusia (Imanuel). Kita pun bersukacita dan harus senantiasa bersyukur atas anugerah Tuhan ini.
Peristiwa Inkarnasi menjadi tonggak sejarah dunia. Inkarnasi menjadi awal terbentuknya Umat Kristiani, yang kini sudah menempuh liku-liku perjuangan selama dua milenium, menyebar “sampai ke ujung bumi”, dan terus menyemangati kehidupan milyaran orang. Bahkan, ketika kita memasuki Milenium Ketiga, bukan orang Kristiani saja yang ikut merayakan hari-hari penuh sukacita itu, meskipun banyak orang tidak percaya atau tidak peduli akan peristiwa kelahiran Yesus, yang menjadi dasar penghitungan milenium itu. Efek dari peristiwa Inkarnasi sungguh luar biasa. Namun, dalam Kitab Suci peristiwa agung itu dikisahkan sebagai kejadian sangat sederhana.
Kabar Inkarnasi disampaikan kepada Maria, seorang gadis bersahaja, seorang perempuan, yang pada zaman itu dianggap lebih rendah daripada laki-laki. Inkarnasi terjadi di kota kecil Nazaret, tempat yang tidak dipandang oleh orang zaman itu. “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” (Yoh. 1:46). – Dari situlah asal sebutan Nasrani.
Kejadian sederhana ini ternyata merupakan penggenapan dari “tanda” bahwa Allah akan segera bertindak untuk menyelamatkan umat-Nya. Tanda itu telah dinubuatkan oleh Nabi Yesaya dalam Bacaan Pertama: “Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.” (Yes. 7:14).
Ketika penggenapan tanda itu tiba, Malaikat Gabriel utusan Allah masuk ke rumah Maria dan memberi salam kepadanya, “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” (Luk. 1:28). Sebutan “yang dikaruniai” itu mempunyai arti ”karunia yang mendatangkan sukacita”, sehingga peristiwa ini disebut “Kabar Sukacita”. Salam itu mengejutkan Maria. Ia tidak memahami arti salam itu; ia “bertanya dalam hati”. Ada pula rasa takut pada Maria.
Malaikat itu pun menjelaskan: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.” Malaikat itu tidak bertanya kepada Maria, “Bersediakah engkau …?” melainkan langsung memberi tahu apa yang akan terjadi: “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.” Allah mengetahui, dalam hidupnya Maria selalu mengikuti kehendak-Nya.
Malaikat menjelaskan, anak yang akan dikandung Maria itu bukan anak biasa: Ia akan disebut “Anak Allah Yang Mahatinggi”; akan “menerima takhta Daud”; “Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” Semua ini adalah identitas untuk Raja Mesias.
Maria mulai memikirkan pelaksanaannya nanti. Maka ia bertanya, “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Maria baru bertunangan dengan Yusuf. Malaikat pun menjawab bahwa Maria akan mengandung dari Roh Kudus.
Maria terus “bertanya dalam hati”, namun ada satu yang diyakini Maria: bahwa pewartaan Malaikat itu datang dari Allah; apapun yang ia wartakan, itulah yang dikehendaki Allah. Maka dengan penuh penyerahan diri Maria menjawab: “Engkau lihat aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Lih. Luk. 1:29-38)
Dalam menghadapi masalah, hanya satu yang menjadi pegangan Maria: melakukan kehendak Allah. Di sinilah letak kebesaran Maria, bukan karena ia dipilih menjadi ibu Tuhan, melainkan karena ia menyetujui panggilan itu dengan kebesaran hatinya. Kita ingat, ketika seorang wanita memuji Maria karena telah melahirkan Yesus yang begitu luar biasa, Yesus menjawab: “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.” (Luk 11:28).
Sikap hidup Maria itu sejalan dengan semangat Yesus, yang relasi-Nya dengan Bapa diuraikan dalam Bacaan Kedua. Perikop ini menjelaskan bahwa hewan korban tidak akan dapat membawa rekonsiliasi dengan Allah. Yang mampu mendatangkan itu hanyalah pengorbanan Diri Yesus secara total kepada Bapa-Nya. “Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu.” (Lih. Ibr. 10:4-9). Inilah seluruh hidup Yesus.
Di Getsemani, ketika Yesus melihat kengerian sengsara yang akan diderita-Nya, terjadilah pergolakan batin. Tetapi setelah berdoa dengan keringat dan darah, Yesus menyerahkan Diri kepada Bapa-Nya: “Bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” Kemudian, kata terakhir-Nya di salib: “Sudah selesai”. Ia telah mengosongkan Diri dan menyerahkan seluruhnya kepada Bapa. Dari penyerahan Diri Yesus inilah kita memperoleh keselamatan.
Hari ini kita berterima kasih kepada Bunda Maria atas persetujuannya yang tanpa syarat untuk terlibat dalam karya keselamatan Allah bagi kita. Kita juga dipilih Allah untuk turut mewujudkan karya keselamatan-Nya dalam situasi dan tempat kita masing-masing. Dalam berdevosi kepada Santa Perawan Maria, mari kita mohon pertolongan Bunda, agar kita pun dapat mengarahkan hidup kita untuk senantiasa melakukan kehendak Tuhan dengan berserah diri sepenuhnya pada rencana Allah.
Doa
Ya Yesus Tuhan, Engkau telah memilih aku untuk turut mewujudkan karya keselamatan-Mu. Karunialah aku agar dapat mengikuti teladan Bunda-Mu Maria untuk senantiasa melakukan kehendak-Mu dan berserah diri pada-Mu. Bunda Maria, dampingilah aku. Bapa Yusuf, doakanlah aku. Amin.
RS/PK/hr