Pangeran yang Menjadi Pengemis

0
1666
A pathetic homeless man begs on the sidewalk.

Renungan dari Seorang Dominikan

Alkisah, dahulu kala hiduplah seorang pangeran yang bernama Pangeran Edward. Suatu hari, sang pangeran bertemu dengan seorang pengemis yang sebaya dengannya. Pengemis itu bernama Tom dan ajaibnya Tom mempunyai wajah yang sangat mirip dengannya. Keduanya bagai pinang dibelah dua.

Hanya saja keduanya memiliki kedudukan sosial yang sangat berbeda. Karena merasa jenuh dengan kehidupan mereka masing-masing, mereka pun sepakat untuk bertukar posisi. Tom menjadi pangeran dan hidup mewah di dalam istana, namun, dia juga harus melakukan peraturan istana yang ketat.

Sebaliknya, Pangeran Edward menjadi pengemis dan harus merasakan hidup miskin dan menderita. Namun, ia dapat melihat secara langsung kehidupan rakyatnya, dan belajar berbagai hal yang baru.

Singkat cerita, setelah sekian waktu bertukar peran, akhirnya keduanya kembali kepada kehidupan awal mereka. Keduanya pun mendapatkan banyak hikmah dan menyadari bahwa kehidupan/ peran yang terbaik adalah dengan menjadi diri mereka sendiri.

Sahabat terkasih, rangkuman dari cerita yang berjudul ‘Pangeran dan Pengemis’ ini ingin menggambarkan kehidupan manusia dimana ada kalanya manusia itu tidak puas dengan hidup mereka.

Banyak diantara mereka yang melihat kehidupan orang lain lebih enak, lebih bahagia, dan mengganggap bahwa hidup ini tidak adil. Padahal, pada kenyataannya tidaklah selalu demikian. Oleh karenanya, melalui bacaan Injil hari ini (Lukas 1: 26-38), kita kembali diajak untuk merenungkan peristiwa Bunda Maria yang menerima kabar dari Malaikat Gabriel.

Mungkin, ada banyak yang menggangap betapa beruntungnya Bunda Maria dan ingin menjadi seperti dirinya. Akan tetapi, segala kemuliaan Bunda Maria yang kita lihat saat ini merupakan reward dari segala yang pernah dialami oleh Bunda Maria selama hidupnya.

Bunda Maria adalah seorang gadis yang sangat sederhana dan berasal dari desa yang kecil dan miskin. Ia pun harus mengahadapi tantangan ketika harus hamil diluar nikah, melahirkan di kandang hewan, dan menyaksikan kematian Putranya di kayu salib.

Akan tetapi, syukur kepada Allah, karena Bunda Maria dapat melalui semuanya itu. Mengapa? Karena Bunda Maria adalah seorang yang suci, rendah hati dan taat pada kehendak Tuhan. Ia menyerahkan hidupnya sepenuhnya kepada Tuhan, dan ia menyadari bahwa ia hanyalah seorang hamba Tuhan.

Dengan kata lain, apabila kita ingin memiliki hidup yang terberkati dan mulia, maka yang menjadi pertanyaannya sekarang ialah: “maukah kita meneladani Bunda Maria dan hidup benar dihadapan Allah?”

Semoga, masa Adven ini dapat senantiasa menginspirasi bahwa tolak ukur kebahagiaan dan berkat dalam hidup bukanlah terletak pada kekayaan, kekuasaan, maupun kesehatan. Melainkan, bagaimana kita mau menyukuri hidup dan menjadi diri kita sendiri.

Biarlah, kita pun tidak menjadi takut dan berkecil hati, karena ada rahmat Allah yang selalu lebih besar dari setiap kesusahan/ masalah hidup kita.

Jika, 2000 tahun yang lalu, rahmat Allah telah menyertai dan memampukan Bunda Maria, maka rahmat yang sama pun akan dicurahkan kepada setiap kita yang mau beriman pada-Nya dengan berseru: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataan-Mu.”

Kasih Allah beserta kita selalu 🙏🏻😇

Frater Agustinus Hermawan, OP

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini