VATIKAN, Pena Katolik – St Yohanes Paulus II adalah Paus pertama yang memerintahkan membuat pohon Natal di Vatikan. Ia memulai tradisi tersebut pada tahun 1982.
Natal di Vatikan, sebelumnya tidak selalu menyertakan pohon raksasa yang didirikan di tengah Lapangan Santo Petrus. Hingga Paus Polandia itu menduduki takhta St Petrus dan memperkenalkan kebiasaan tersebut. Sekarang, tradisi ini dibuat setiap tahun.
St Yohanes Paulus II mencintai Natal, terutama semua tradisi yang berasal dari tanah kelahirannya Polandia. Seorang teman Yohanes Paulus II menjelaskan dalam buku Stories About Saint John Paul II karya Wlodzimierz Redzioch bahwa “Bapa Suci sangat ingin kita merayakan liburan dalam suasana keluarga, menurut tradisi Polandia … Bapa Suci menyukai pohon sangat banyak.”
Baru belakangan, orang Italia mengadopsi tradisi pohon Natal, seperti sebelum abad ke-20, tradisi itu terutama di negara-negara Eropa utara. Inilah sebabnya mengapa perlu seorang Paus Polandia untuk memperkenalkan tradisi di Vatikan.
Lilin di Jendela
Tradisi juga membantu menghubungkannya dalam solidaritas dengan asalnya, Polandia, yang berada di bawah darurat militer dari 1981-1983. Pada tahun 1981 ia mengadopsi kebiasaan menempatkan lilin di jendelanya selama masa Adven dan Natal. Tindakan ini menandakan kedekatannya dengan orang-orang Polandia di bawah tanah di tanah kelahirannya.
Kemudian pada tahun 1999 Paulus II menjelaskan simbolisme pohon Natal dalam berbicaranya kepada para peziarah dari Republik Ceko. Pohon Natal, dengan buaian, menciptakan suasana Natal yang khas dan dapat membantu kita memahami lebih baik pesan keselamatan yang Kristus datang untuk membawa kita melalui Inkarnasi-Nya.
Dari kandang Betlehem sampai Salib di Golgota, dengan seluruh hidupnya ia menjadi saksi kasih Allah bagi umat manusia. Dia, menurut Evangelist John, “terang sejati yang memenuhi setiap orang” (1:9).
Cemara Simbol Kehidupan Abadi
Pada tahun 2004, Yohanes Paulus II mengenang simbolisme pohon Natal sebagai tanda kehidupan abadi. Di sebelah tempat tidur bayi, seperti di Lapangan Santo Petrus, kita menemukan “pohon Natal” tradisional. Ini juga merupakan tradisi kuno yang meninggikan nilai kehidupan, karena di musim dingin, cemara yang selalu hijau menjadi tanda kehidupan yang tidak akan mati.
Kado Natal biasanya ditaruh di pohon atau disusun di pangkalnya. Dengan demikian, simbol itu juga menjadi fasih dalam pengertian khas Kristen: ia mengingatkan kita akan “pohon kehidupan” (lih. Kej 2: 9), sosok Kristus, anugerah tertinggi Allah bagi umat manusia.
Oleh karena itu, pesan dari pohon Natal adalah bahwa hidup tetap “hijau sepanjang masa” jika kita memberikannya: bukan banyak hal materi, tetapi kehidupan itu sendiri: dalam persahabatan dan kasih sayang yang tulus, dalam bantuan dan pengampunan persaudaraan, dalam waktu bersama dan mendengarkan timbal balik.
Hampir 40 tahun kemudian, pohon Natal terus menjadi citra yang kuat di Lapangan Santo Petrus, semua karena seorang Paus yang rindu kampung halaman, yang ingin merayakan Natal seperti yang ada di rumah.