25.6 C
Jakarta
Friday, April 19, 2024

Renungan dan Bacaan Injil Hari Kamis 21 Oktober 2021; Kamis Pekan Biasa XXIX; Santo Hilarion dari Gaza, Abbas, Santa Ursula dkk, Perawan dan Martir

BERITA LAIN

More

    Bacaan I: Rm 6:19-23

    Sekarang kalian telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba Allah.

    SAUDARA-saudara,mengingat kelemahanmu, Aku berbicara secara manusia. Sebagaimana kalian dahulu telah menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan yang membawa kalian kepada kedurhakaan, demikianlah sekarang kalian harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kalian kepada pengudusan.

    Sebab waktu kalian menjadi hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran. Dan buah apakah yang kalian petik dari padanya? Semuanya menyebabkan kalian sekarang merasa malu,karena kesudahannya ialah kematian. Tetapi sekarang kalian telah dimerdekakan dari dosa, dan menjadi hamba Allah.

    Maka kalian memperoleh buah yang membawa kalian kepada pengudusan, dan akhirnya hidup yang kekal. Sebab upah dosa ialah maut;tetapi karunia Allah ialah hidup kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

    Mazmur Tanggapan: Mzm 1:1-4.6

    Ref: Berbahagialah orang,yang menaruh kepercayaannya pada Tuhan.

    Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh;tetapi yang kesukaannya ialah hukum Tuhan,dan siang malam merenungkannya.

    Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air,yang menghasilkan buah pada musimnya,dan daunnya tak pernah layu;apa saja yang diperbuatnya berhasil.

    Bukan demikianlah orang-orang fasik:mereka seperti sekam yang ditiup angin. Sebab Tuhan mengenal jalan orang benar,tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.

    Bait Pengantar Injil: Flp 3:8-9

    Segala sesuatu kuanggap sebagai sampah, supaya aku memperoleh Kristus dan berada dalam Dia.

    Bacaan Injil: Luk 12:49-53

    Aku datang bukannya membawa damai, melainkan pertentangan.

    PADA suatu ketika Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya,”Aku datang melemparkan api ke bumi,dan betapa Kudambakan agar api itu selalu menyala!Aku harus menerima baptisan dan betapa susah hati-Ku sebelum hal itu berlangsung!

    Kalian sangka Aku datang membawa damai ke bumi? Bukan! Bukan damai, melainkan pertentangan! Karena mulai sekarang akan ada pertentangan antara lima orang dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga.

    Mereka akan saling bertentangan, bapa melawan puteranya, dan putera melawan bapanya,ibu melawan puterinya, dan puteri melawan ibunya, ibu mertua melawan menantu,dan menantu melawan ibu mertuanya.”

    Demikianlah Injil Tuhan.

    Hidup Adalah Pilihan

    KADANG kita tidak tahu kemana kita harus melanjutkan perjalanan. Apa pun yang terjadi, kita harus memilih. Kita tidak bisa berhenti di tengah perjalanan hidup ini begitu saja dan tidak memilih. Hidup itu memang suatu pilihan. “The show must go on”.

    Sabda Tuhan Yesus hari ini begitu keras dan sangat kontroversial. Bila selama ini kita mendengar Sabda-Nya yang lembut dan menyegarkan. Tapi kali ini sangat keras: “Kamu menyangka bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-KU kepadamu, bukan damai melainkan pertentangan.” (Luk.12; 51).

    Iman memang menuntut suatu pilihan yang tegas: mengikuti Yesus secara penuh atau tidak samasekali. Tidak jarang iman tidak bisa tumbuh karena langkah kita diberatkan oleh pelbagai urusan duniawi. Secara tegas Yesus menyatakan bahwa seandainya pun keluarga menentang atau memberatkan, maka orang beriman harus tegas dan mantap memilih untuk mengikuti Yesus.

    Mengikuti Yesus tidak berarti menyingkirkan keluarga. Justru mengikuti Yesus merupakan jalan untuk menyempurnakan keluarga, karena semakin kita mengikuti Yesus, semakin kita dipenuhi oleh Kasih-Nya. Namun tidak jarang pula kadang terjadi konflik normatif, antara Kasih dan tradisi atau kebiasaan yang berlaku di dalam suatu keluarga atau suku. Kita dituntut untuk berani memperjuangkan nilai-nilai iman Kristiani dalam situasi tersebut.

    Demikian pula gambaran hidup mengikuti Tuhan Yesus. Apa pun pilihan kita, tentu akan ada reaksi, yang bisa berupa penerimaan, penolakan, atau bahkan tidak dianggap sama sekali. “AKU datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala!” (ayat 49).

    Api itu membakar semua yang lapuk dan memurnikan, serta memberikan kehangatan di musim dingin dan memberi kehidupan. Api peradilan Allah menghancurkan semua yang tidak menyerahkan diri pada daya pembaharuan-Nya. Namun, api juga dapat dipandang sebagai penyebab: api pertengkaran dan pertentangan dalam keluarga, komunitas, masyarakat atau bangsa. Pertentangan itu bukan sekedar “rebutan hak waris” atau harta karun dan kedudukan, tetapi pertentangan karena iman kepercayaan kepada Yesus. Bahkan di lingkungan yang sangat dekat pun bisa timbul konflik: antara ayah dan ibu, anak lawan orangtua, kakak lawan adik, anak menantu dan orangtua menantu, orangtua kita lawan besan dan seterusnya (bdk.ayat 52, 53).

    Beriman kepada Yesus adalah suatu pilihan yang sangat serius, pilihan yang radikal, tidak bisa dikompromikan dengan pilihan-pilihan lain. Saat Yesus datang pun sudah ada pertentangan dalam masyarakat Yahudi: Ada yang tertarik dan mengikuti Yesus, tetapi tidak sedikit pula yang kecewa, yang masih suka akan kemapanan dan menolak pembaharuan yang diperkenalkan oleh-Nya. Ternyata, sejak awal kedatangan-Nya sampai hari ini tidak semua orang bisa menerima Yesus, sekalipun ajaran cinta kasih-Nya sangat luar biasa! Karena itu, tidak perlu merasa heran, mengapa sampai sekarang masih saja ada orang atau kelompok yang memusuhi apa saja yang berbau “Kristen.”

    Hal itu masih juga terjadi di Tanah Air bahkan di seputar tempat tinggal kita, misalnya, berdoa di rumah-rumah warga lingkungan atau wilayah ditentang bahkan dilarang oleh masyarakat sekitarnya, izin untuk mendirikan tempat ibadah jauh lebih sulit daripada mendirikan salon atau panti pijat! Itulah konsekuensi salib yang harus kita pikul demi Yesus!

    Masalahnya sekarang: seberapa kuat iman kita untuk tetap bertahan? Apakah kita dapat tetap kuat sikap kita serta selalu konsisten dan konsekuen iman kita dalam menghadapi tantangan zaman itu? Ataukah kita tergiur oleh jabatan dan iming-iming duniawi lainnya hingga tega meninggalkan Kristus, meski nama permandian tetap melekat di kartu identas kita?

    Menghadapi tantangan akan pilihan itu, kita tidak bisa setengah-setengah. Hal ini tercermin dalam sikap kita terhadap diri sendiri. Rasul Paulus dalam Bacaan Pertama mengajak kita untuk bersikap tegas terhadap diri sendiri dalam melawan segala macam kecemaran dan kedurhakaan. Hal ini tampak dalam sikap anggota-anggota tubuh yang semula masih menjadi hamba kejahatan, setelah menjadi pengikut Kristus dibebaskan menjadi hamba kebenaran yang membawa kita pada pengudusan. Paulus mendorong kita agar kita tetap konsekuen menjadi hamba kebenaran dan jangan sampai menjadi hamba dosa. “Sebab, upah dosa ialah maut, tetapi Karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”. (Rm. 6: 23). Sanggupkah kita?

    Doa

    Ya Yesus, kuatkanlah aku dengan Roh Kudus-Mudalam menghadapi berbagai tantangan, hambatan dan kesulitan yang disebabkan akibat mengikuti Engkau. Bapa Yusuf dan Bunda Maria, doakanlah aku dan seluruh pengikut Kristus di Indonesia ini. Amin.

    Selamat pagi. Selamat beraktivitas sesuai Prokes. AMDG. Berkat Tuhan.

    PK/hr.

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI