Kardinal Suharyo dalam Charis Indonesia Conference: Gereja itu mestinya satu, namun nyatanya ada begitu banyak perpecahan

1
3868
Kardinal Ignatius Suharyo saat berbicara dalam Charis Conference 2021.

JAKARTA, Pena Katolik – Charis Indonesia Conference dibuka pada 16 Oktober 2021 dan mengusung tema “Satu Hati Satu Roh”. Kegiatan ini akan berlangsung selama dua hari berturut-turut. Catholic Charismatic Renewal International Services (CHARIS) adalah wadah pelayanan international untuk semua bentuk dan ekspresi Pembaruan Karismatik Katolik (PKK). Kegiatan pada hari pertama ini menghadirkan pembicara Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo dan Moderator Charis Indonesia, Romo Steve Winarto.

Kardinal Suharyo pada kesempatan ini menyampaikan materi mengenai “Persatuan umat Kristiani”, secara khusus, ia membahas dokumen Konsili Vatiken II (KV II) Unitatis Redentegratio. Kardinal Suharyo menilai, boleh jadi adalah dokumen yang kudang diperhatikan di Indonesia. Hal ini karena tidak ada persoalan dalam persatuan umat Kristiani di Indonesia.

Salah satu tujuan dari KV II adalah memulihkan persatuan antara umat Kristiani. Hal ini karena realitas perpecahan di antara umat Kristiani berlawanan dengan pesan Kristus yang mehendaki Gereja ini satu. KV II menyadarari ada kerinduan untuk persatuan umat Kristiani semakin kuat.

“Kristus berdoa menghendaki agar murid-muridnya menjadi satu. Gereja, namun dalam kenyataannya terpecah. Perpecahan itu contrasinum, Gereja itu mestinya satu, namun nyatanya ada begitu banyak perpecahan,” ujarnya.

Saat KV II diadakan, kerinduan untuk persatuan umat kristiani ini dirasakan semakin kuat. Gereja Katolik dan Gereja lain mencita-citakan satu Gereja. Sudah lama, perpecahan terjadi dalam Gereja. Perpecahan itu pun semakin luas. Di mana yang paling mendasar ada perbedaan dalam hal ajaran. Perbedaan itu ada juga dalam hukum, misalnya perbedaan Hukum Gereja Romawi dan Gereja Ritus Timur. Gereja Katolik mengakui kepemimpinan Paus, sedangkan Gereja lain tidak mengakui. Hal itu merupakan beberapa perbedaan yang menjadi alasan perpecahan dalam Gereja ini.

Kardinal Suharyo mengatakan kerja sama antar Gereja ini dapat dilakukan dengan semetara mengesampingkan wilayah ajaran, tata tertip, dan struktur Gereja. Usaha persatuan itu dilakukan misalnya dengan kerja sama di bidang sosial yang sangat luas.

Mengutip salah satu isi dokumen, Kardinal Suharyo menyebutkan bahwa kerja sama ini mengungkapkan persatuan yang secara cemerlang mengungkapkan persekutuan yang sudah ada di antar umat Kristiani. Di sinilah umat dari setiap Gereja berusaha memahami dan menanggapi tanda-tanda zaman.

“Saat ini tanda-tanda zaman ini misalnya dengan bersikap terhadap pandemi Covid-19, atau dengan peduli dengan banyak saudara yang masih buta huruf,” ujar Kardinal Suharyo.

 Kardinal Suharyo menegaskan, setiap komunitas Gereja disatukan akan iman akan Kristus dan diwujudkan dalam berbagai pelayanan.

Umat Kristiani di Indonesia mengungkapkan imannya dalam doa dan mendengarkan sabda, misalnya dalam Pekan Doa Seduni pada 18-25 Januari. Materi dalam Pekan Do aini disiapkan bersama oleh Dewan Kepausan untuk Persatuan Umat Kristiani sebagai perwakilan dari Gereja Katolik dan Perwakilan dari Dewan Gereja-Gereja Seluruh Dunia yang berpusat di Jenewa Swis.

Sejak tahun 2017, Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia dan Konferensi Waligereja Indonesia mulai menyiapkan materi untuk Pekan Doa ini bersama untuk digunakan di Indonesia.

“Kelihatannya sederhana, namun ini mengungkapkan keterbukaan dan keterbukaan itu adalah kata lain dari pertobatan besama-sama,” ujar Kardinal Suharyo.

Charis Indonesia Conference 2021 ini diadakan secara vitual mengingat situasi pandemi Covid-19 melalui akun Youtube; Charis Indonesia Conference dan Zoom setidaknya ada 8000 umat yang menghadiri konferensi ini.

1 komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here