Sabtu, Juli 27, 2024
26.1 C
Jakarta

Senin, 27 September 2021; Peringatan Wajib Santo Vinsensius a Paulo

Za 8: 1-8

Datanglah firman TUHAN semesta alam, bunyinya: “Beginilah firman TUHAN semesta alam: Aku berusaha untuk Sion dengan kegiatan yang besar dan dengan kehangatan amarah yang besar. Beginilah firman TUHAN: Aku akan kembali ke Sion dan akan diam di tengah-tengah Yerusalem. Yerusalem akan disebut Kota Setia, dan gunung TUHAN semesta alam akan disebut Gunung Kudus. Beginilah firman TUHAN semesta alam: Akan ada lagi kakek-kakek dan nenek-nenek duduk di jalan-jalan Yerusalem, masing-masing memegang tongkat karena lanjut usianya. Dan jalan-jalan kota itu akan penuh dengan anak laki-laki dan anak perempuan yang bermain-main di situ. Beginilah firman TUHAN semesta alam: Kalau pada waktu itu sisa-sisa bangsa ini menganggap hal itu ajaib, apakah Aku akan menganggapnya ajaib? demikianlah firman TUHAN semesta alam. Beginilah firman TUHAN semesta alam: Sesungguhnya, Aku menyelamatkan umat-Ku dari tempat terbitnya matahari sampai kepada tempat terbenamnya, dan Aku akan membawa mereka pulang, supaya mereka diam di tengah-tengah Yerusalem. Maka mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allah mereka dalam kesetiaan dan kebenaran.”

Mzm.102: 16-18. 19-21. 29. 22-23;

  • Bila TUHAN sudah membangun Sion, sudah menampakkan diri dalam kemuliaan-Nya,
  • sudah berpaling mendengarkan doa orang-orang yang bulus, dan tidak memandang hina doa mereka.
  • Biarlah hal ini dituliskan bagi angkatan yang kemudian, dan bangsa yang diciptakan nanti akan memuji-muji TUHAN,
  • sebab Ia telah memandang dari ketinggian-Nya yang kudus, TUHAN memandang dari sorga ke bumi,
  • untuk mendengar keluhan orang tahanan, untuk membebaskan orang-orang yang ditentukan mati dibunuh, supaya nama TUHAN diceritakan di Sion, dan Dia dipuji-puji di Yerusalem, apabila berkumpul bersama-sama bangsa-bangsa dan kerajaan-kerajaan untuk beribadah kepada TUHAN. Ia telah mematahkan kekuatanku di jalan, dan memperpendek umurku.

Luk. 9: 46-50.

Maka timbullah pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Karena itu Ia mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di samping-Nya, dan berkata kepada mereka: “Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar.” Yohanes berkata: “Guru, kami lihat seorang mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.” Yesus berkata kepadanya: “Jangan kamu cegah, sebab barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu.”

Spiritualitas yang Terkecil

Zakharia sebagai nabi yang diutus ALLAH untuk membangun kembali Israel sesudah masa pembuangan di Babilonia, meyakinkan umatnya bahwa ALLAH sungguh mencurahkan cinta-NYA kepada umat-NYA terpilih itu yang dilambangkan dalam kota Yerusalem. IA menjanjikan masa depan yang baik dan keselamatan kepada mereka. “Sesungguhnya AKU akan menyelamatkan umat-KU dari timur sampai ke barat; dan AKU akan membawa mereka pulang, supaya mereka diam di tengah-tengah Yerusalem. Maka mereka akan menjadi umat-KU dan AKU akan menjadi ALLAH mereka dalam kesetiaan dan kebenaran.” (Za 8: 7. 8). ALLAH yang belas kasih-NYA tiada batas, telah mengampuni dosa-dosa umat-NYA termasuk dosa-dosa kita, untuk memasuki Kerajaan ALLAH, tentunya dengan jalan pertobatan, antara lain melalui sikap rendah hati.

Kerendahan hati inilah yang senantiasa ditekankan oleh TUHAN YESUS kepada murid-NYA dan juga kepada kita pada saat ini. Untuk menanggapi ambisi para murid-NYA “siapakah yang terbesar di antara mereka”, YESUS menempatkan seorang anak kecil di samping-NYA berhadapan dengan mereka. Tindakan-NYA itu suatu hal yang yang tidak lazim dilakukan waktu itu, karena anak-anak kecil termasuk salah satu kelompok yang diabaikan dan tidak boleh tampil ke depan. Tanpa ragu YESUS berkata: “Barangsiapa menerima anak ini dalam Nama-KU, ia menerima AKU; dan barangsiapa menerima AKU, ia menerima DIA yang mengutus AKU. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar”. (Luk. 9:48). 

Jadi kalau mau jadi yang “terbesar” harus mau menjadi yang “terkecil”. Itulah proses kehidupan yang harus ditempuh YESUS dan para pengikut-NYA. Jalan untuk meninggikan diri adalah dengan jalan merendahkan diri.

“Mengecil untuk membesar” inilah kesempurnaan yang ditunjukkan TUHAN YESUS kepada para murid-NYA dan kepada kita semua. Jalan ini juga telah dibuktikan oleh seorang kudus, Santa Theresia dari Lisieux, Perancis. Tanpa ragu ia memperkenalkan jalan kecilnya untuk mencapai kesempurnaan. Kerendahan hati menjadi keutamaan hidupnya. TUHAN sungguh berkenan pada orang yang rendah hati. Karya TUHAN yang besar sering tersembunyi dalam hal-hal kecil. TUHAN yang Mahabesar menyembunyikan Diri-NYA dalam hal-hal kecil. Karena itu, kalau kita mau bertemu dengan TUHAN, mulailah menghargai dan melakukan hal-hal yang kecil.

Spiritualitas yang terkecil ini sangat berbeda bahkan bertentangan dengan semangat zaman sekarang yang lebih mengutamakan penampilan yang wah dan hedonis. Apa yang dilakukan Paus Fransiskus yang suka menyapa, berjabat tangan dan kadang memeluk anak-anak kecil serta orang-orang cacat, para gelandangan dan para napi di penjara adalah perwujudan dari spiritualitas yang terkecil itu. Cobalah spiritualitas yang terkecil ini sering kita praktekkan dengan ketulusan hati, bukan dengan maksud-maksud terselubung lainnya.

Hari ini Gereja memperingati Santo Vinsensius a Paulo, Imam (1581-1660). Ia terkenal sebagai seorang pencinta kaum papa dan miskin serta penghibur kaum penderita. Ia lahir dari keluarga petani kecil di Perancis Selatan. Ia diberi anugerah otak yang cerdas, tapi orangtuanya miskin. Pada usia 20 tahun ia ditahbiskan jadi imam. Dan dalam perjalanan lautnya ia diserang oleh bajak laut. Ia ditangkap dan dijual sebagai budak belian. Seperti piala bergilir, dirinya dijual-belikan dari satu tangan ke tangan yang lain. Terakhir ia jatuh ke tangan seorang Kristen yang telah murtad dan kelak orang ini bertobat berkat pengajaran dari dia.

Ketika ia telah bebas, ia jadi pastor paroki. Lalu ia berhasil mengumpulkan sejumlah pastor diosesan yang kelak menghidupkan kembali semangat Kristen yang mulai pudar. Inilah awal dari Serikat Imam untuk Karya Misi (Lazaris) yang berkarya di daerah pedesaan dan mempunyai perhatian besar pada kaum papa. Selain itu ia juga mengadakan semangat pembaharuan rohani melalui doa, ibadat dan karya cinta kasih. Dengan kerendahan hati ia rajin pergi “blusukan” ke lorong-lorong gelap tempat orang-orang terlantar. Kelak ia juga mendirikan Kongregasi Suster Puteri Kasih yang mendidik anak-anak perempuan untuk dijadikan perawat dan pekerja sosial serta membantu orang-orang sakit di rumah sakit. Kepada para pengikutnya ia berpesan: “Cintailah TUHAN-mu dengan kedua tanganmu sampai kecapean dan dengan butir-butir peluhmu yang mengucur dari wajahmu”. Kelak ia menjadi Pelindung lembaga dan karya sosial.

Doa

Ya YESUS, tidak jemu-jemunya aku mohon, ajarilah aku untuk selalu bersikap dan bersemangat rendah hati. Semoga hatiku semakin menyerupai Hati-MU yang lemah lembut, murah hati dan rendah hati. Santo Vinsensius a Paulo, doakanlah aku. Amin.

PK/hr.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini