Minggu, Desember 22, 2024
31.3 C
Jakarta

Para uskup sedih atas meninggalnya 215 anak yang kini ditemukan di bekas asrama

Sepasang sepatu dan mainan anak-anak terlihat sebagai tanda peringatan di depan bekas Sekolah Asrama Indian Kamloops  (Dennis Owen)
Sepasang sepatu dan mainan anak-anak terlihat sebagai tanda peringatan di depan bekas Sekolah Asrama Indian Kamloops (Dennis Owen)

“Atas nama Konferensi Waligereja Kanada (CCCB), saya ungkapkan kesedihan mendalam kami atas kehilangan memilukan anak-anak bekas Sekolah Asrama Indian Kamloops di Tk’emlúps te Secwépemc First Nation,” kata Uskup Agung Richard Gagnon, ketua CCCB dalam pernyataan 31 Mei.

Jenazah 215 anak, beberapa di antaranya berusia 3 tahun, ditemukan di lokasi yang dulunya merupakan sekolah asrama penduduk asli terbesar Kanada minggu lalu. Sekolah Asrama Indian Kamloops, Kanada, beroperasi sejak 1890 hingga 1969 sebagian besar dijalankan oleh Katolik. Pemerintah federal mengambil alih pelaksanaan sekolah itu tahun 1969 dan menjalankannya sampai tahun 1978 ketika ditutup.

“Berita tentang penemuan baru-baru ini sangat mengganggu,” lanjut pernyataan itu. “Ini menjadi trauma di banyak komunitas di seluruh negeri ini.”

Uskup Agung Gagnon melanjutkan dengan menyoroti bahwa tragedi suram itu sangat mempengaruhi masyarakat asli tertentu. “Banyak orang sekarang solider dengan mereka.” Dalam hal ini, kata Mgr Gagnon ”dituntut pengungkapan kebenaran demi menghormati martabat anak-anak kecil yang kehilangan nyawa ini.”

Uskup agung juga menegaskan kembali komitmen para Uskup Kanada untuk berjalan berdampingan dengan penduduk asli “di masa sekarang, untuk mengupayakan penyembuhan dan rekonsiliasi yang lebih besar di masa depan.”

“Kami memanjatkan doa kepada Tuhan untuk anak-anak yang telah kehilangan nyawa mereka dan kami berkomitmen untuk terus mendampingi keluarga-keluarga dan penduduk asli.”

Dalam pernyataan terpisah, Uskup Agung Vancouver Mgr Michael Miller mengungkapkan “kesedihan mendalam” atas penemuan jenazah anak-anak di sekolah asrama itu. Menurut prelatus itu, “perjalanan waktu tidak menghapus penderitaan yang menyentuh masyarakat adat yang terkena dampak” dan berjanji untuk melakukan “apa pun yang kita bisa untuk menyembuhkan penderitaan itu.”(PEN@ Katolik/paul c pati/Vatican News)

Upacara menghormati anak-anak yang ditemukan tewas di lokasi bekas sekolah asrama di Kamloops, 31 Mei 2021 (Dennis Owen)
Upacara menghormati anak-anak yang ditemukan tewas di lokasi bekas sekolah asrama di Kamloops, 31 Mei 2021 (Dennis Owen)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini