Dengan Surat Apostolik baru yang dikeluarkan “motu proprio,” Paus Fransiskus membentuk pelayanan katekis awam yang dimaksudkan untuk menanggapi kebutuhan mendesak untuk evangelisasi dunia modern, dan dilakukan dengan cara “sekuler” dan menghindari klerikalisasi.
“Kesetiaan pada masa lalu dan tanggung jawab untuk saat ini adalah syarat-syarat yang diperlukan bagi Gereja dalam menjalankan misinya di dunia,” tulis Paus Fransiskus dalam Surat Apostolik Antiquum ministerium. Dengan surat itu Bapa Suci membentuk pelayanan katekis awam.
Dalam konteks penginjilan di dunia kontemporer dan dalam menghadapi “kebangkitan budaya global,” perlu mengakui “pria dan wanita awam yang merasa terpanggil karena baptisan mereka untuk bekerja sama dalam karya katekese.” Paus juga menekankan pentingnya “interaksi tulus dengan orang muda,” serta “perlunya metodologi dan sumber daya kreatif yang mampu menyesuaikan pewartaan Injil dengan transformasi misionaris yang telah dilakukan Gereja.”
Pelayanan baru punya asal-usul kuno, kembali ke Perjanjian Baru. Hal itu disebutkan, misalnya, dalam Injil Lukas dan dalam Surat Santo Paulus untuk Korintus dan Galatia, meskipun dalam bentuk yang berubah cepat. Tetapi “sejarah evangelisasi selama dua milenium terakhir,” tulis Paus Fransiskus, “jelas menunjukkan keefektifan misi para katekis,” yang telah “mengabdikan hidup mereka untuk pengajaran katekese sehingga iman dapat menjadi pendukung efektif bagi kehidupan setiap manusia,” bahkan sampai mengorbankan nyawa mereka sendiri.
Sejak Konsili Vatikan Kedua, ada kesadaran berkembang tentang fakta bahwa “peran katekis adalah yang paling penting” (Ad gentes, 17) untuk “perkembangan umat Kristen.” Dan, tegas Paus Fransiskus, “Di zaman kita juga, banyak katekis yang kompeten dan berdedikasi… menjalankan misi yang tak ternilai bagi penyebaran dan pertumbuhan iman,” sementara “garis panjang para beato dan beata, santo-santa dan para martir yang merupakan katekis secara signifikan memajukan misi Gereja.” Ini “sumber daya yang kaya tidak hanya untuk katekese tetapi juga untuk seluruh sejarah spiritualitas Kristen.”
Tanpa sedikit pun mengurangi “misi uskup sebagai katekis utama dalam keuskupannya,” atau mengurangi “tanggung jawab khusus orang tua bagi pembinaan Kristen anak-anak mereka,” Paus mengakui pentingnya pria dan wanita awam yang bekerja sama dalam pelayanan katekese, pergi untuk “berjumpa semua orang yang menunggu untuk menemukan keindahan, kebaikan, dan kebenaran dari iman Kristen.”
Paus menekankan, “tugas para pastor untuk mendukung mereka dalam proses ini dan memperkaya kehidupan umat Kristen melalui pengakuan akan pelayanan awam yang mampu berkontribusi pada perubahan masyarakat melalui ‘penetrasi nilai-nilai Kristiani ke dalam sektor-sektor sosial, politik dan ekonomi’.”
Setiap katekis, kata Paus, “harus menjadi saksi iman, guru dan mistikus, rekan dan pendidik, yang mengajar untuk Gereja.” Para katekis, lanjut Paus, “dipanggil pertama-tama untuk menjadi ahli dalam pelayanan pastoral untuk menyebarkan iman,” dari pewartaan kerygma pertama hingga persiapan sakramen-sakramen inisiasi Kristen, dan sepanjang proses bina lanjut.
Semua ini dimungkinkan, kata Paus, “hanya melalui doa, studi, dan peranserta langsung dalam kehidupan komunitas,” sehingga para katekis bisa tumbuh dalam identitas mereka dan dalam “integritas dan tanggung jawab” yang dituntut oleh identitas itu.
Menerima pelayanan awam katekis, pada kenyataannya, “akan lebih menekankan komitmen misionaris untuk setiap orang yang dibaptis,” tulis Paus, “namun komitmen yang harus dilakukan dengan cara yang sepenuhnya “sekuler” dan menghindari bentuk klerikalisasi apa pun.”(PEN@ Katolik/paul c pati/Isabella Piro/Vatican News)