Sesuai apa yang dikatakan dengan sangat bagus oleh Sekjen Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr Antonius Subianto Bunjamin OSC dan Ketua Ketua Komisi Liturgi KWI Mgr Petrus Boddeng Timang Pr “dengan demikian dinyatakan Tata Perayaan Ekaristi (TPE) Tahun 2020 ini resmi dipakai,” kata Ketua KWI Ignatius Kardinal Suharyo.
Tepuk tangan mewarnai peluncuran 7 Mei itu yang ditandai pemukulan gong oleh Kardinal Suharyo di Aula Wisma Penerbit dan Toko Rohani OBOR disaksikan Mgr Subianto serta Ketua dan Anggota Dewan Moneter KWI masing-masing Mgr Silvester San dan Mgr Agustinus Agus. Ketua Komisi Liturgi KWI Mgr Timang hanya bisa ikuti peluncuran itu bersama sekitar 2000 uskup, imam, suster, biarawan-biarawati dan umat Katolik se-Indonesia lewat Zoom serta Youtube Komisi Komsos KWI, Komos KAJ, Komsos Bandung dan OBOR.
Dalam peluncuran itu, peserta juga mendengarkan penjelasan tentang perubahan dalam TPE 2020 itu yang disampaikan oleh Sekretaris Komisi Liturgi KWI Pastor Yohanes Rusae.
Sebelum peluncuran, Kardinal Suharyo dalam sambutan bersyukur “karena Tuhan menganugerahkan cinta yang begitu besar terhadap Ekaristi kepada umat Katolik di Indonesia.” Perayaan Ekaristi di paroki-paroki, jelas Uskup Agung Jakarta itu, tidak pernah kurang peserta. “Bahkan kalau mendengar cerita dari saudara-saudara di tempat jauh, meski untuk sampai ke gereja sulit dan berbiaya besar, umat tetap datang. Bagi saya pribadi, ini anugerah sangat besar bagi umat Katolik di Indonesia, ‘Cinta Akan Ekaristi’,” kata kardinal.
Bahkan di masa sulit ini, menurut kardinal, ada usaha untuk terus mencari jalan agar umat bisa terus mengikuti Perayaan Ekaristi secara online, “dan menarik melalui TVRI yang sebelumnya tidak pernah.” Namun, tegas uskup agung itu, “salah satu sarana agar Ekaristi dapat dirayakan dengan baik adalah TPE, buku TPE.”
Dijelaskan, yang dipakai sampai saat ini adalah TPE 2005 karena dinyatakan resmi dipakai tahun 2005, sesuai petunjuk Missale Romanum (MR) 2002, dan MR, yang menjadi tanda kesatuan kita sebagai warga Gereja Katolik Roma dengan Ritus Latin, saat ini adalah MR 2008. “Oleh karena itu, KWI mengusahakan supaya TPE 2005 yang didasarkan pada MR 2002 disesuaikan dengan MR 2008, dan jadilah TPE 2020. Diberi nama tahun 2020 karena selesai finalisasi rumusannya dan doanya tahun 2020” jelas kardinal.
Karena masih perlu usaha pendistribusian dan pemahaman pembaharuan yang ada dalam TPE 2020, maka “silakan para uskup menentukan kapan TPE akan mulai dipakai sesudah dipelajari secukupnya oleh para pastornya, tetapi, waktu tidak berlakunya lagi TPE 2005 dipilih 1 November 2021.”
Kardinal turut mengingatkan bahwa TPE menjadi wujud kesadaran kita bahwa Gereja itu satu. “Kita menggunakan Missale Romanum karena kita memang dari Gereja Katolik Roma Ritus Latin, maka sebagai tanda kesatuan dengan seluruh Gereja Katolik kita gunakan buku itu.”
Menjelaskan tentang lamanya penerjemahan, kardinal menegaskan bahwa terjemahan dibuat dalam waktu lama supaya sungguh dapat dirasa-rasakan. “Bukan sekedar dapat dibacakan atau betul dalam tata bahasa Indonesia, tetapi juga dapat dirasakan, dengan pengorbanan yang tidak sedikit, karena rasa bahasa kita di Indonesia yang luas, yang kadang-kadang berbeda. Tetapi, itulah pengorbanan untuk mengungkapkan kesatuan kita dalam Gereja, Gereja dunia, Gereja Katolik Indonesia.”
Menurut Mgr Subianto, apa yang diluncurkan itu adalah hasil kerja keras berbagai pihak dalam proses panjang. “Karena Ekaristi adalah sumber dan puncak iman kita, maka dikerjakan dengan penuh kehatian-hatian” dan atas prakarsa Kardinal Suharyo terjadi review selama dua hari di bulan Desember 2020 “dan diresmikan pada Hari Raya Keluarga Kudus 27 Desember 2020.”
Ada banyak ahli, kata Uskup Bandung, namun ketika para uskup Indonesia bertanya langsung kepada Paus Fransiskus dalam ad limina 2019, “beliau menjawab yang berwewenang meresmikan terjemahan TPE adalah konferensi waligereja, maka ikutilah yang diputuskan oleh KWI.”
Mgr Subianto berharap, TPE 2020 yang sudah diterbitkan oleh Penerbit dan Toko Rohani Obor yang juga milik KWI, “semakin mengajak kita semua memahami misteri Ekaristi, makin juga mampu berpartisipasi di dalamnya, sehingga kita makin bisa berjumpa dengan Yesus yang mengorbankan diri dalam perayaan Ekaristi dan kita mengalami betapa besar kasih Allah dalam perayaan Ekaristi.”
Menurut Mgr Petrus Timang, peristiwa hari ini adalah puncak dari seluruh kerja sama begitu banyak unsur sehingga buku ini akhirnya terbit dan “dengan rendah hati Komisi Liturgi mempersembahkan buku ini kepada masyarakat Katolik Indonesia, semoga dengan demikian liturgi kita semakin benar, semakin baik, dan semakin indah.”
Di akhir presentasinya tentang perbandingan TPE 2005 dan TPE 2020 seperti dalam tayangan ini, Pastor Yohanes Rusae mengatakan, “dari semua ini ternyata yang mengalami perubahan paling banyak adalah bagian imam dan mat hanya satu saja yaitu anamnese, maka umat silakan melatih amnanese itu dan para imam melatih bagian-bagian yang banyak berubah itu.”(PEN@ Katolik/paul c pati)
Kira2 berapa ya harganya
Ya sangat bagus tuh, pastuh isinya juga bagus sy awam tapi suka sekali baca2 buku rohani, moga harganya terjangkau ya