Home KEGEREJAAN Selamat Merayakan Pesta Santo Yosef, Selamat Merayakan Tahun Santo Yosef

Selamat Merayakan Pesta Santo Yosef, Selamat Merayakan Tahun Santo Yosef

0
Santo Yosef bersama Bayi Yesus oleh Guido Reni
Santo Yosef bersama Bayi Yesus oleh Guido Reni

PEN@ Katolik, media Katolik yang sudah berusia lebih dari 10 tahun dan disukai oleh lebih dari 45.000 orang dan tersebar di berbagai sarana media sosial, mengucapkan SELAMAT HARI RAYA SANTO YOSEF, SUAMI SANTA PERAWAN  MARIA, 19 Maret, di Tahun Santo Yosef.

Untuk mengenal lebih jauh siapa itu Santo Yosef, PEN@ Katolik membagikan sebuah tulisan dari Laporan Utama Majalah Arue edisi Januari-Februari 2021. Majalah Arue adalah media dua bulanan dari Keluarga Dominikan Indonesia. Tulisan berjudul “Merayakan Tahun Santo Yosef” itu berdasarkan kiriman Pastor Bobby Steven MSF yang dikenal dengan bukunya “Mencintai Santo Yusuf” (2019).

***

Paus Fransiskus yang menetapkan Tahun Santo Yosef itu memang dikenal sangat mencintai Santo Yosef. Beliau mengawali masa kepausannya tepat pada hari Raya Santo Yosef, 19 Maret 2013. Tahun 2013, Paus Fransiskus memasukkan nama Santo Yosef dalam Doa Syukur Agung II-IV.

Dalam tulisannya untuk laporan utama ini, Pastor Bobby Steven MSF menulis bahwa Paus asal Argentina itu mencintai Santo Yosef yang tangguh dan hening. Di meja kamarnya, lanjut imam itu, Paus memiliki gambar Santo Yosef yang sedang tidur. Ketika Paus menghadapi permasalahan, beliau menulis doa yang lantas ia taruh di atas gambar Santo Yosef.

Audiensi Umum 18 Maret 2015, Paus berpesan, “Kaum muda, pandanglah Santo Yosef sebagai teladan kerendahan hati dan kebijaksanaan. Para penderita sakit, belajarlah memikul salib dengan sikap hening Bapa Yosef. Suami-istri, bangunlah rumah tangga kalian di atas dasar cinta yang telah menyatukan Maria dan mempelainya, Yosef.”

Setelah delapan tahun menjadi gembala umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus kembali mengajak kita untuk meneladani dan berdevosi kepada Santo Yosef. Paus menulis Surat Apostolik Patris Corde atau “Dengan Hati Kebapakan”. Di dalamnya Paus pencinta kaum miskin ini menawarkan buah permenungan mendalam mengenai sosok Santo Yosef yang mencintai Yesus dengan hati kebapakan.

Menariknya, Paus menulis Surat Apostolik tentang Santo Yosef ini dalam konteks pandemi Covid-19. Paus mengapresiasi “orang-orang biasa yang sering diabaikan…namun pada hari-hari ini pasti membentuk peristiwa-peristiwa menentukan dalam sejarah kita.”

Paus menyebut para dokter, perawat, penjaga toko, petugas kebersihan, pengasuh, pekerja transportasi, pria dan wanita pelayan masyarakat, relawan, pastor, kaum religius pria dan wanita, dan banyak orang-orang biasa lainnya.

Paus kelahiran 17 Desember 1936 ini menulis, “Betapa banyak ayah, ibu, kakek, nenek, dan guru yang menunjukkan kepada anak-anak kita, dalam cara-cara sederhana sehari-hari, bagaimana menerima dan menangani krisis dengan menyesuaikan rutinitas mereka, melihat ke depan dan mendorong praktik berdoa. Betapa banyak orang yang berdoa dan berkorban untuk kebaikan semua.”

Bagi Paus, masing-masing dari kita dapat menemukan dalam diri Santo Yosef sosok yang tidak dianggap penting, namun penolong di saat-saat sulit. Santo Yosef mengingatkan kita bahwa mereka yang tampak tersembunyi berperan penting dalam sejarah keselamatan.

Pada bagian pertama Surat Apostolik itu, Paus mengajak umat untuk berdevosi pada Santo Yosef, seperti yang juga dilakukan banyak orang kudus, misalnya Santa Teresa Avila. Paus kembali mengajarkan tradisi devosi pada Santo Yosef, antara lain doa khusus yang dipanjatkan melalui perantaraan Santo Yusuf setiap Rabu dan terutama selama bulan Maret, bulan Santo Yosef.

Pada bagian kedua, Paus merenungkan Santo Yosef sebagai ayah yang lembut dan penyayang. “Kelembutan adalah cara terbaik untuk menyentuh kelemahan diri kita. Menghakimi orang lain seringkali merupakan tanda ketidakmampuan untuk menerima kelemahan kita sendiri,” tulis Paus yang mengajak kita menemukan belas kasihan Tuhan, terutama dalam Sakramen Rekonsiliasi, di mana kita mengalami kelembutan-Nya. Selanjutnya, Paus menyajikan renungan mengenai betapa taatnya Santo Yosef pada kehendak Allah Bapa. Melalui tiga mimpi, Allah Bapa menyampaikan perintah yang segera ditaati Yusuf.

Bagian kelima Patris Corde memuat teladan Santo Yosef sebagai pria tulus yang menghormati martabat tunangannya, Maria. “Saat ini, di dunia kita di mana kekerasan psikologis, verbal dan fisik terhadap perempuan begitu nyata, Santo Yusuf  tampil sebagai sosok pria yang penuh hormat (terhadap wanita). Dia melindungi nama baik, martabat dan hidup Maria,” tulis Paus.

Paus memuji Santo Yosef sebagai ayah yang pemberani sekaligus kreatif. Sesampainya di Betlehem, Yosef tidak menemukan penginapan di mana Maria dapat melahirkan. Yosef menata sebuah kandang sebaik mungkin agar layak menyambut kedatangan Putra Allah ke dunia (lih. Luk 2: 6-7).

Di tengah pandemi, Paus ajak kita juga menjadi pribadi pemberani serta kreatif. “Jika sewaktu-waktu Tuhan sepertinya tidak membantu kita, tentunya ini tidak berarti bahwa kita telah ditinggalkan-Nya. Kita justru diberi peluang untuk merencanakan, berkreasi, dan menemukan solusi,” tulis Paus.

Teladan Santo Yosef sebagai ayah bagi semua juga menggerakkan kita untuk menjadi pemerhati setiap orang yang miskin, membutuhkan, menderita,orang asing, narapidana, dan orang yang lemah.

Bagian keenam Surat Apostolik itu memuat nasihat untuk memandang penting pekerja dan arti bekerja. Pekerja, apapun pekerjaan mereka, bekerja sama dengan Tuhan sendiri dalam membangun dunia. Paus ikut prihatin dengan banyaknya orang yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi Covid-19. Paus mengajak kita untuk berusaha keras agar jangan sampai ada orang yang tidak memiliki pekerjaan.

Pada hemat saya, ajakan Paus ini sangat relevan dengan situasi Indonesia. Kita diajak solider dengan mereka yang kehilangan pekerjaan atau penghasilan akibat pandemi. Para pengusaha dan pembuat kebijakan perlu merancang aksi nyata mencegah makin tingginya pengangguran yang dapat membuat banyak keluarga menderita.

Bagian pamungkas Patris Corde menyajikan sosok Santo Yosef sebagai ayah dalam arti luas. Artinya, menjadi ayah tidak selalu dalam artian ayah biologis belaka. Seseorang pria, tulis Paus, tidak menjadi ayah hanya dengan memiliki anak biologis, tapi dengan bertanggung jawab mengasuh anak itu. Paus prihatin, anak-anak zaman sekarang sering kali tampak yatim piatu, tidak sungguh memiliki ayah.

Pernyataan Paus ini menyadarkan kita bahwa menjadi ayah (baca: orang tua) berarti sungguh mendidik dan mendampingi anak-anak, bukan sekadar tinggal bersama. Gawai dan teknologi perlu kita gunakan secara bijaksana agar tidak “menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh”.

Menjadi seorang ayah berarti mengenalkan anak pada kehidupan. Ayah yang bijaksana tidak bersikap terlalu protektif atau posesif, melainkan membuat anak-anak mampu memutuskan sendiri dan  mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan baru.

Menurut Paus, panggilan Santo Yosef ialah menjadi ayah yang memberikan diri, bukan menguasai. “Setiap panggilan sejati lahir dari pemberian diri, yang merupakan buah dari pengorbanan yang matang. Imamat dan hidup bakti juga membutuhkan jenis kedewasaan ini,” papar beliau.

Dengan demikian, Paus menyadarkan kita bahwa Santo Yosef seharusnya menjadi teladan setiap orang Katolik. Kita semua diajak Paus untuk menjadi pribadi penuh kasih, hormat, dan kerelaan memberikan diri seperti Santo Yosef.

Sepanjang Tahun Santo Yosef ini, sesuai dekrit The Apostolic Penitentiary, kita juga dapat memperoleh indulgensi penuh. Kita perlu berkehendak dan berusaha kuat menjauhkan diri dari dosa sembari menjalankan tiga syarat mendapatkan indulgensi penuh yaitu mengaku dosa secara sakramental, menyambut Komuni Suci secara pantas, dan mendoakan intensi Paus. Kita juga perlu melakukan olah rohani, devosi, dan karya amal untuk menghormati Santo Yosef.

Beberapa praktik kesalehan yang disarankan ialah pendarasan doa Rosario Suci dalam keluarga dan di antara pasangan suami-istri; berdevosi pada Santo Yosef pelindung para pencari kerja dan pekerja; mendoakan doa-doa devosi seperti Litani kepada Santo Yosef untuk Gereja yang dianiaya.***

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version