Mengapa Minggu Prapaskah keempat memiliki fokus begitu menggembirakan. Alasannya, seperti ditulis dalam Yohanes 3:16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Begitulah penjelasan Paus Fransiskus tentang Minggu Laetare (sukacita) dalam Angelus, 14 Maret, seraya mengajak umat Katolik di Lapangan Santo Petrus dan yang mengikuti lewat berbagai media untuk “mendekati terang Kristus dan meminta pengampunan-Nya.” Pesan menggembirakan itu, kata Paus, adalah inti dari iman Kristen. “Cinta Allah mencapai puncaknya dalam pemberian Putra-Nya kepada umat manusia yang lemah dan berdosa.”
Dalam Injil hari itu, Nikodemus datang kepada Yesus di malam hari untuk menanyakan identitas-Nya. Yesus, kata Paus, mengguncang iman Nikodemus dengan menampilkan diri-Nya di bawah tiga aspek: “Anak Manusia ditinggikan di kayu salib; Putra Allah diutus ke dunia untuk keselamatan; dan cahaya yang membedakan orang yang mengikuti kebenaran dari orang yang mengikuti kebohongan.”
Aspek pertama dari identitas Yesus, kata Paus, mengingat ular yang diangkat Musa di padang gurun untuk menyelamatkan orang-orang dari kematian akibat gigitan ular. Demikian pula, kata Paus, “Yesus telah ditinggikan di kayu salib dan mereka yang percaya kepada-Nya disembuhkan dari dosa dan hidup.”
Paus mengatakan, aspek kedua, yaitu Putra Allah, menyoroti karunia Allah atas Putra Tunggal-Nya demi keselamatan umat manusia. Allah, lanjut Paus, menginginkan keselamatan kekal kita, dan misi Yesus adalah satu keselamatan bagi semua.
Yesus juga menggambarkan diri-Nya sendiri kepada Nikodemus sebagai “terang” yang bertentangan dengan kegelapan. “Kedatangan Yesus ke dunia mengarah pada sebuah pilihan,” kata Paus. “Siapa pun yang memilih kegelapan akan menghadapi hukuman kutukan, siapa pun yang memilih terang akan mendapat ganjaran keselamatan.”
Ganjaran, kata Paus, adalah hasil pilihan bebas kita sendiri. “Siapapun yang melakukan kejahatan mencari kegelapan; siapa pun yang mencari kebenaran, yaitu mereka yang mempraktikkan apa yang baik, datang pada terang. “
Kemudian Paus mendorong umat Kristen menjalani perjalanan Prapaskah sebagai jalan menuju terang Kristus. Kita dipanggil, kata Paus, untuk “menerima terang dengan senang hati ke dalam hati nurani kita guna membuka hati kita bagi cinta Allah yang tak terbatas, bagi belas kasihan-Nya yang penuh kelembutan dan kebaikan.” Allah, tegas Paus, selalu mengampuni dosa-dosa kita kalau kita meminta Dia melakukannya.
Dan Paus berdoa agar Perawan Maria memberi kita keberanian untuk mengizinkan Yesus “melemparkan iman kita ke dalam krisis,” namun “ini krisis yang sehat demi kesembuhan kita: agar sukacita kita penuh.” (PEN@ Katolik/paul c pati/berdasarakan Devin Watkins/Vatican News)