Mgr Murwito: Bertobat berarti berani lakukan perubahan tingkah laku, bangun hidup baru

0
1312

 

Mgr Murwito 3
(PEN@ Katolik/pcp/screenshot)

“Bertobat berarti berani melakukan perubahan tingkah laku dan kecenderungan. Kelakuan dan kecenderungan yang berujung merusak dan menghancurkan diri dan sesama mesti kita tinggalkan dan diganti dengan tingkah laku baru yang lebih membangun diri kita dan hidup kita dan dengan sesama, meninggalkan sikap dan kelakuan yang melayani ego kita dan beralih kepada hidup yang lebih terarah kepada Tuhan dan sesama.”

Demikian Uskup Agats Mgr Aloysius Murwito OFM dalam Surat Gembala Prapaskah 2021 yang bertema “Bertobatlah dan Percayalah kepada Injil,” seraya menambahkan bahwa “Bertobat berarti bersedia membangun hidup baru, hidup yang lebih berguna untuk kita sebagai murid-murid Kristus. Kebiasaan-kebiasaan hidup dalam kesia-siaan beralih pada hidup yang ditandai dengan kasih, melebih dari kasih kepada diri sendiri.”

Pernyataan itu diungkapkan Mgr Murwito karena yakin melalui misteri sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus, Kerajaan Allah ditegakkan lagi dan terbuka kemungkinan bagi manusia untuk mengalami keselamatan. “Tapi keselamatan yang dikerjakan Allah dalam diri Yesus membutuhkan kesediaan hati kita untuk menerimanya, membutuhkan sikap dan hati baru untuk mengalaminya. Maka, Gereja mengajak kita semua mempersiapkan hati menyambut misteri Paskah itu dengan menepati Sabda Tuhan, ‘Bertobatlah dan percayalah kepada Injil’,” tulis uskup itu.

Mgr Murwito memberi tiga hal yang perlu dilakukan di Masa Prapaskah sebagai ungkapan tobat yakni meningkatkan hidup doa, berpantang  dan berpuasa, serta melakukan amal kasih atau derma.

Uskup mengajak umat untuk menyediakan banyak waktu untuk membangun relasi lebih dekat dengan Tuhan serta merenungkan hidup dan karya Yesus, khususnya penderitaan-Nya di kayu salib. “Doa Jalan Salib yang biasa dilakukan umat amat membantu diri kita membangun niat dan komitmen terbaru dalam hidup kita,” tulis uskup.

Uskup juga mengajak umat untuk menghubungkan renungan dan doa dengan tema-tema permenungan yang disediakan oleh keuskupan. “Kali ini berkaitan dengan hidup kita yang ditandai penderitaan akibat Covid-19 yang berdampak besar bagi hidup kita. Kita bawa segala situasi hidup dan derita ini ke hadapan Yesus yang tersalib yang menjadi kekuatan bagi kita,” ajak Mgr Murwito.

Uskup Agats itu percaya, mengurangi makan dan minum serta kebiasaan yang bisanya merugikan tubuh dan jiwa seperti tidak makan daging, tidak merokok, tidak minum, tidak membicarakan kejelekan orang lain dan menjadi lebih rajin dalam hidup “juga merupakan latihan berguna untuk merubah kebiasaan buruk yang ada dalam diri kita.” Puasa dan pantang, lanjut uskup, bisa membangun raga yang lebih sehat.

Hidup dalam semangat cinta kasih, sebagaimana dilakukan Tuhan yang menyerahkan diri sehabis-habisnya untuk kita, tegas Mgr Murwito, perlu latihan-latihan berkurban dengan memberikan sebagian dari apa yang kita terima untuk saudara-saudari lain khususnya yang membutuhkan. “Banyak saudara dan saudari membutuhkan uluran kasih dari kita. Ada yang sedikit dan ada juga yang banyak. Semuanya berarti meringankan mereka yang menderita atau yang berbeban berat,” tulis uskup.

Dalam Masa Prapaskah, tulis Mgr Murwito, Gereja Katolik Indonesia biasa melakukan Aksi Puasa Pembangunan (APP). “Seluruh umat Katolik setanah air diajak mengumpulkan derma bersama-sama, dan hasilnya dipergunakan untuk membantu saudara-saudari yang membutuhkan Dengan demikian, kita menjadi orang yang setia kawan dengan mereka yang lemah dan menderita,” tulis uskup.(PEN@ Katolik/paul c pati)

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here