Mgr Sutikno: Dalam retret agung masa Prapaskah, kita perlu tanya arti menjadi Katolik

0
2090
Mgr Sutikno
Foto dari Keuskupan Surabaya

“Dalam retret agung masa Prapaskah, kita perlu bertanya apa artinya menjadi Katolik, bagaimana bisa menjadi Katolik, dan bagaimana seharusnya hidup sebagai orang Katolik. Seperti pengalaman Simon Petrus, beriman berarti disapa Tuhan Yesus secara mempesona sehingga kita selalu ingin dan berupaya mengenal lebih mendalam tentang Dia. Dengan demikian beriman menuntut kita ikut bersama Yesus dalam cita-cita dan perjuangan, tetapi terutama dalam penyerahan diri kepada kehendak Bapa.”

Itulah bagian Surat Gembala Prapaskah 2021 bagi umat Katolik Keuskupan Surabaya yang ditulis Uskup Surabaya Mgr Vincentius Sutikno Wisaksono. “Tidak mungkin kita merasa bahagia sebagai orang beriman tanpa mau menghayati cara berfikir dan berperilaku seperti Dia. Mengikuti panggilan Yesus berarti ditarik masuk ke dalam suasana pola pikir dan tingkah laku Yesus. Namun kita harus sadar bahwa jalan seperti itu sangat tidak mudah, penuh tantangan, dan penuh dengan resiko,” tegas uskup itu.

Dalam masa Prapaskah 2021, Mgr Sutikno ajak umatnya mempersiapkan diri mengikuti pendalaman iman dengan tema, “Bersama Simon Petrus Mengenal Yesus Sebagai Guru dan Tuhan,” yang adalah tema pendalaman dan penjabaran tahun pertama Ardas hasil Mupas Kedua Keuskupan Surabaya.

Di kalangan umat Katolik, jelas Mgr Sutikno, sebutan Yesus sebagai Guru mungkin kurang familiar. “Umumnya kita lebih sering mendengar nama Yesus sebagai Tuhan, Juruselamat atau penebus dosa. Kata guru tentu memiliki keterkaitan dengan murid dan juga ajaran. Di hadapan murid-murid-Nya. Tuhan Yesus mengatakan, ‘Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.’ (Yoh 13:13).”

Bahkan, tulis uskup, Yesus disebut Guru Agung, “karena Dia mengajar banyak orang di mana pun Ia berada, di tepi laut, di atas bukit, di atas perahu, di dekat sumur, di rumah atau saat perjalanan. Menurut Kitab Suci ajaran Tuhan Yesus tersebut dari Bapa-Nya yang di sorga. “Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku,” (Yoh 14:10). Karena itu Tuhan Yesus menjadi orang yang paling berhikmat yang pernah hidup di muka bumi ini.”

Selain mengajar, membimbing, melatih, dan mendidik murid-murid-Nya, Yesus memberi teladan hidup. Dengan kata lain, tulis Mgr Sutikno, “Tuhan Yesus mempraktekkan apa yang Ia ajarkan. ‘Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.’ (Yoh 13:15). Sebagai Guru Agung, Tuhan Yesus bukan sekedar mengajarkan tentang Kerajaan Allah dan kebenaran, tetapi memberi teladan hidup dalam kebenaran kepada murid-murid-Nya. Maka sebagai murid-Nya kita pun wajib meneladani kehidupan Tuhan Yesus. ‘Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.’ (1 Yoh 2:6).”

Petrus atau Kefas, aslinya Simon, adalah nelayan kelahiran Betsaida, Galilea. Saat mencari ikan di danau Genezaret, Yesus menghampirinya dan berkata, “Mari ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” (Mat 4: 19). Itulah awal mula Simon jadi murid Yesus. Sebagai murid, Simon mengikuti Yesus kemana pun Ia pergi. Saat Yesus mau mencuci kakinya, Simon menolak, tapi karena ia mau terlibat dalam karya Yesus, ia mengatakan, “Tuhan jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku” (Yoh 13 :6-9). Sebagai murid, Simon Petrus yang pertama kali mengakui iman akan Yesus sebagai Messias, Anak Allah yang hidup (Mat 16 :16). Masih banyak pengalaman rohani yang boleh dialami Simon Petrus dalam kebersamaan dengan Tuhan Yesus.

Pengalaman Simon Petrus menjadi murid Yesus sehingga boleh mengenal Yesus dan mengikuti-Nya, tulis Mgr Sutikno, “dimulai dengan panggilan Yesus.” Hal ini, tegas uskup, “tentunya juga mengingatkan kepada kita untuk menyadari sekali lagi iman kita.”

Menurut uskup, membangun semangat tobat dan percaya kepada Injil mendapat dasar dari semangat mencintai Tuhan dan mencintai Gereja Kristus, dan mencintai Tuhan Yesus tidak dapat dipisahkan dari mencintai Gereja-Nya yang adalah Tubuh mistik Kristus, sebagai konsekuensi dari iman. Maka, tulis Mgr Sutikno, “kita dipanggil untuk memperlihatkan secara matang dan bertanggung jawab cinta kita akan Gereja Kristus. Maka kita diajak terlibat secara penuh dalam hidup beriman dalam situasi apa pun termasuk di masa adaptasi baru, dengan cara-cara sesuai dengan jaman.”(PEN@ Katolik/paul c pati)

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here