Para guru agama perlu memperkuat wawasan kebangsaan atau wawasan keindonesiaan, sebab, Indonesia, bangsa yang majemuk adalah konteks, tempat para guru membaca dan merefleksikan ajaran Yesus tentang moderasi beragama.
Rekomendasi itu adalah yang pertama dari delapan rekomendasi yang diusulkan Pastor Hendrikus Maku SVD setelah menyampaikan presentasi berjudul “Guru Agama Katolik Belajar Moderasi Beragama dari Yesus Kristus” dalam seminar bertemakan “Moderasi Beragama untuk Kebersamaan Umat” yang dilaksanakan di Aula Kantor Kementrian Agama Kabupaten Sikka, Maumere, 13 Februari.
Rekomendasi kedua di hadapan puluhan guru Agama Katolik dari semua SLTA dan SMK se-Kabupaten Sikka itu adalah agar para guru agama dengan status “Alter Christo” mampu menjadi pilar-pilar kebangsaan yang hidup, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Sebab, “Ketika kita serius menjalankan agama secara benar, pada saat yang sama kita juga sedang menjalankan kewajiban sebagai warga negara yang baik, demikian pula sebaliknya,” kata imam itu.
Sementara itu, rekomendasi ketiga dalam seminar yang juga mendengarkan masukan dari Karinus Duli dan Pastor Goris Sabon SVD itu adalah, para guru “harus bisa menghadirkan wajah Yesus yang moderat melalui beberapa kebajikan, yakni tidak menstigmatisasi partner dialog, tidak berapriori tentang tersinggung partner, tidak terobsesi oleh nafsu untuk merebut pengaruh dan kuasa, tidak menggunakan cara-cara kekerasan, berdialog secara jujur demi mutual understanding and mutual respect, dan berani berhijrah dari agama seremonial menuju agama kehidupan.”
Judul presentasi Karinus adalah “Belajar dari Yesus Kristus: Hidup Rukun Bersama Umat Beragama Lain dan Beralih dari Agama Seremonial menuju Agama Kehidupan,” dan Pastor Goris adalah “Spiritualitas Pastoral Inkarnatif-Kreatif Guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di Sekolah dan Paroki.”
Pastor Maku yang membahas gambaran umum tentang konsep moderasi beragama, cara bermoderasi di tengah realitas (Indonesia) yang majemuk, moderasi beragama versi Yesus, guru Agama Katolik dan moderasi beragama itu juga memberi rekomendasi agar para guru membudayakan beberapa metode pembelajaran antara lain diskusi, kerja kelompok dan study tour “agar peserta didik ditantang untuk membangun komunikasi sehat dan terbuka menerima setiap perbedaan.”
Tiga rekomendasi lain adalah agar para guru “memahami jati dirinya secara lengkap, tidak hanya sebagai ‘pipa penyalur’ ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai ‘formator’ yang membentuk karakter peserta didik, khususnya dalam hal bermoderasi,” serta “menjadi panutan atau model yang pantas dalam tutur kata, sikap dan perbuatannya,” dan “menjadi ‘Arsitektur Perdamaian’ yang tercermin melalui komunikasi efektif, kebijaksanaan hidup, kecerdasan sosial, solidaritas dan berbela rasa.”
Kegiatan itu dibuka oleh Kepala Kementrian Agama Kabupaten Sikka, Herman Yosep Reda Lete, dengan menyinggung kiat Kemenag Kabupaten Sikka untuk mengimplementasikan ide cerdas Kemenag RI. Seminar itu, jelasnya, merupakan salah satu cara Kemenag Sikka dalam mengimplementasikan ide cerdas Menteri Agama Republik Indonesia Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut), “yakni penguatan moderasi beragama dan kerukunan umat beragama dalam mewujudkan kemaslahatan kehidupan beragama dan berbangsa di Indonesia.”(PEN@ Katolik/yuven fernandez)
Artikel Terkait:
Menag Yaqut berkunjung ke Katedral Jakarta dukungan umat Katolik sangat dibutuhkan
Kunjungan Menteri Agama RI ke Vatikan oase baru untuk dialog dan kerukunan