Home VATIKAN Vatikan serukan pemikiran ulang perawatan lansia dan inovasi agar orang tinggal di...

Vatikan serukan pemikiran ulang perawatan lansia dan inovasi agar orang tinggal di rumah

0
Seorang nenek dengan cucunya di Nepal. Foto oleh Mattei della Angelo
Seorang nenek dengan cucunya di Nepal. Foto oleh Mattei della Angelo

Dua kantor Vatikan, Akademi Kepausan untuk Kehidupan dan Dikasteri Pengembangan Manusia Integral, merilis dokumen yang menyerukan pemikiran ulang tentang perawatan lansia, dan mengusulkan model-model perawatan baru agar keluarga-keluarga didukung dalam merawat lansia mereka dan orang-orang didorong untuk tinggal di rumah sendiri.

“Usia tua: masa depan kita. Lansia setelah pandemi” adalah dokumen 9 Februari setebal 11 halaman yang mengusulkan konsep perawatan kesehatan “kontinum.” Dengan konsep itu, setiap pribadi bisa dirawat dengan sistem perawatan yang didukung oleh model perawatan terpadu yang baru dan inovatif yakni adanya pembantu rumah tangga, petugas kesehatan “lingkungan”, model-model baru rumah keluarga dan hidup bersama suami isteri, dan pelayanan-pelayanan yang diberikan di rumah guna mendorong orang untuk tinggal di rumah mereka sendiri.

Meskipun menyadari bahwa panti jompo telah memenuhi kebutuhan nyata, dan bahkan beberapa di antaranya adalah lembaga yang dipimpin para religius yang mendukung keluarga, akademi dan dikasteri itu menyerukan untuk memulai “debat jujur ​​dan serius tentang keefektifan dan kelayakan model-model yang baru itu.”

Paus Fransiskus minta setiap orang memberi perhatian baru terhadap lansia dan hubungan lansia dengan para cucu dan generasi baru. Setiap orang, lanjut Paus, harus memikirkan ulang tentang perawatan setiap pria dan wanita yang menerima anugerah berkat umur panjang. Tidaklah baik melepaskan anak-anak dan remaja dari kontak terus-menerus dengan orang tua dan kakek-nenek mereka.

Minggu, 31 Januari, saat mengumumkan peresmian Hari Kakek Nenek dan Lansia Sedunia, Paus Fransiskus mengatakan, “kakek nenek sering dilupakan dan kita melupakan kekayaan dalam melestarikan akar-akar dan meneruskannya.” … Sebuah masyarakat yang menghasilkan “budaya buang” perlu nubuat Gereja yang, dalam kebijaksanaannya, menunjuk jalan persekutuan dan kedekatan dengan generasi-generasi berikutnya, agar tidak ada yang tinggal sendiri atau ditinggalkan dan agar mereka yang muda belajar bahwa kelemahan adalah bakat dan kekayaan.(PEN@ Katolik/pcp berdasarkan Kathleen N. Hattrup/Aleteia)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version