Rabu, Desember 18, 2024
29.3 C
Jakarta

Dalam perang melawan setan, kita tak bisa menang tanpa menyebut nama Yesus

Eksosisme

(Renungan berdasarkan Bacaan Injil Minggu Keempat di Waktu Biasa [B], 31 Januari 2021: Markus 1:21-28)

Yesus melakukan eksorsisme pertama-Nya dalam Injil Markus. Ketika membaca konteks itu, kita menemukan bahwa Yesus mengajar di sinagoga, dan orang-orang menyadari bahwa Dia mengajar dengan kuasa. Mengajar dengan otoritas, bukan hanya berarti bahwa Yesus berkhotbah dengan kefasihan dan krisme, tetapi ajaran-Nya dinyatakan dalam tanda-tanda yang kuat, seperti penyembuhan dan eksorsisme.

Kata eksorsisme biasanya dipahami untuk mengusir roh jahat atau iblis dari orang yang kerasukan atau tempat yang terinfeksi. Sayangnya, karena pengaruh film Hollywood, pengertian pengusiran setan telah rusak, cacat, bahkan ditertawakan. Namun, dalam Gereja Katolik, pengusiran setan berakar pada Yesus Kristus sendiri.

Arti literal dari ‘exorcism‘ adalah ‘mengikat dengan sumpah’. Lalu, bagaimana kata ini bisa berkaitan dengan roh jahat? Ketika bersumpah, kita perlu meminta yang lebih tinggi sebagai jaminan janji kita. Secara alamiah, sumpah adalah mengucapkan ikrar dengan berseru kepada Tuhan sendiri sebagai saksi. Dalam konteks eksorsisme, imam pengusir setan akan menyebut nama Tuhan untuk mengikat iblis dan mengirim mereka ‘ke kaki salib Yesus’ untuk penghakiman. Tidak ada pengusiran setan yang asli dan efektif tanpa menyebut nama dan kekuasaan Allah yang benar.

Yang menarik adalah, Yesus mengusir setan tanpa menyebut nama Tuhan. Dia berkata, ′′Diam, keluarlah dari padanya!” Yesus mendesak dengan kuasa-Nya dan iblis-iblis taat kepada-Nya karena mereka mengakui kuasa-Nya. Iblis juga mengakui Yesus bukan sebagai Mesias atau raja orang Yahudi, tetapi sebagai ‘Tuhan Yang Mahakudus’. Jika kita kembali ke Perjanjian Lama, gelar khusus ini mengacu kepada imam besar Israel. “… Aaron, yang kudus dari Tuhan… [Mazmur 106:16 ].” Iblis mengungkapkan dimensi lain dari identitas Yesus: Dia adalah imam besar. Dari kebenaran ini, kita dapat menyimpulkan bahwa pengusiran setan adalah tugas imam.

Karena ikut serta dalam jabatan imam besar Yesus, para uskup adalah kepala pengusir setan dalam keuskupan mereka. Kita ingat bahwa uskup adalah imam besar di keuskupan masing-masing. Kemudian, setiap uskup bisa menunjuk dan mendelegasikan beberapa imam terlatih untuk menjadi pengusir setan. Saya beruntung bertemu dan membahas banyak hal dengan Pastor Jose Syquia, seorang pengusir setan Keuskupan Agung Manila.

Namun, tak boleh lupa bahwa kita juga ikut serta dalam imamat Yesus Kristus karena baptisan kita. Jadi, kita juga memiliki otoritas atas roh-roh jahat. Sebagai umat beriman, kita diperbolehkan mengucapkan doa-doa khusus pembebasan ketika merasa kehadiran dan aktivitas roh jahat yang luar biasa. Doa kepada Santo Mikael, Malaikat Agung, paling direkomendasikan untuk kaum awam. Tapi, tidak boleh lupa, roh jahat bekerja dengan cara-cara sangat halus, terutama melalui godaan dosa. Seringkali, tanpa disadari, kita sudah berada di bawah kendali iblis saat kita menjalani hidup penuh keburukan. Inilah perang harian kita melawan kerajaan setan, dan kita tidak bisa menang tanpa menyebut nama Yesus, doa-doa konstan, sakramen, dan bantuan Gereja.

Pastor Valentinus Bayuhadi Ruseno OP

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini