Damianus Unyir*
Tahun ini sangat spesial. Hiruk pikuk aktivitas dunia terhenti sejenak, baik dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik, tak terkecuali dunia pendidikan untuk tahun pelajaran 2020/2021, tepatnya semester ganjil sampai dengan genap. Persisnya, sejak 16 Maret 2020 semua aktivitas anak sekolah dan guru dilakukan di rumah akibat Covid-19.
Pandemi ini telah mengubah cara dan sudut pandang. Aktivitas rutin seperti tugas sekolah yang biasa diatur dan dinamikanya yang sudah terjadwal, sehingga kadang membosankan, kering dan tidak ada tantangan luar biasa, kini berubah. Kurikulum yang mengatur perjalanan pembelajaran juga dibuat pusing. Kita pun harus banyak belajar, mencari metode dan cara mengatasinya agar tetap berlangsung baik dan lancar.
Puji Tuhan, meski dalam situasi yang seperti dipaksakan ini saya melihat hasilnya dalam diri sendiri, guru, siswa dan juga orang tua. Wajah Allah sungguh hadir dalam situasi sulit ini, maka saya pun dituntut mau belajar terus-menerus untuk mencari pola dan model pembelajaran yang bisa menjangkau siswa.
Memang, proses ini tidaklah mudah. Banyak guru ternyata masih gaptek, banyak siswa tidak punya fasilitas handphone, laptop atau komputer di rumah. Banyak juga terkendala karena habis pulsa atau tidak ada kuota. Sungguh tantangan luar biasa. Apalagi melihat kegelisahan dan ketakutan para siswa kelas IX dan para guru akibat dihapusnya UNBK.
Pandemi ini terus memakan korban. Semakin banyak orang terpapar Covid-19. Pemerintah terus mencari cara mengatasinya. SMP Santo Mikael Cimahi tempat saya berkarya harus juga mencari pola dengan pendekatan yang menguntungkan semua pihak, baik sekolah, guru dan orang tua.
Namun, wajah Allah terlihat di saat sulit ini. Meski awalnya saya bingung menerima penjelasan tentang model Blended Learning yang disampaikan dalam webinar yang diselenggarakan oleh Yayasan Santo Dominikus di awal Juli 2020, kini saya memahaminya. Memang ketika model itu disampaikan di Yayasan Kantor Cabang Cimahi, para guru juga bingung. Tetapi, penjelasan yang baik membuat mereka mudah memahami.
Benar, wajah Allah terlihat melalui berbagai pengalaman sulit. Allah memudahkan melalui banyak pihak, khususnya Yayasan Santo Dominikus. Dan, saat tahun pelajaran 2020/2021 dimulai, semua berjalan dengan amat sangat baik dan lancar. Saya pun melihat banyak pelajaran dan nilai positif akibat pandemi ini. Buktinya, para guru belajar terus untuk meningkatkan kualitasnya dan para siswa mengubah cara belajar, mereka belajar secara online didampingi orang tuanya.
Peristiwa-peristiwa selama pandemi ini mengingatkan cerita tentang sampar, “Pedang ada di luar kota, sampar dan kelaparan ada di dalam. Barangsiapa yang di luar kota akan mati karena pedang, dan barangsiapa yang di dalam kota akan binasa oleh kelaparan dan sampar” (Yeh 7:15). Isi teks ini sangat jelas mengajarkan bahwa siapa yang berkeliaran di luar rumah akan mati, persis sama dengan masa pandemi Covid-19 ini.
Maka, saya pun dipaksa bekerja dari rumah untuk menjaga keselamatan, diri sendiri, keluarga dan juga orang lain. Hal ini dipertegas oleh Injil Lukas 21:11 yang mengatakan, “…akan ada penyakit sampar…” Semua tanda ini mendorong saya untuk sungguh bertobat, bersahabat dengan situasi yang ada, semakin dewasa dalam beriman.
Saya percaya, Tuhan hadir dalam peristiwa yang saya tidak bisa tangkap dengan akal saya. Maka semua peristiwa itu membuat saya melihat, merasakan serta mencerminkan wajah Allah yang nyata yang bisa mengubah hidup lebih baik, dan yang mengajak saya dan siapa pun untuk selalu hidup sehat, semakin beriman, mencintai keluarga dan tentu Tuhan yang sangat menyayangi keluarga saya.
Ternyata pandemi ini belum berakhir di tahun 2021, malah meningkat. Sekolah yang sudah hampir dibuka untuk tatap muka dengan 50 persen siswa pun tertunda, karena situasinya masih memburuk. Banyak peristiwa awal tahun 2021, seperti pesawat jatuh, gempa bumi, longsor dan banjir menandakan bahwa hidup manusia harus berubah, harus lebih disiplin.
Markus 6: 34-44 menulis, “begitu banyak orang mengikuti Yesus. Ketika Yesus melihat jumlah orang yang begitu banyak, maka tergerak hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala.”
Gambaran ini sangat jelas mengatakan bahwa krisis kepercayaan ada di banyak bidang, tidak terkecuali pendidikan. Saya merasa, kehadiran Yesus untuk memberikan diri-Nya itulah yang terus menguatkan saya. Saya percaya, dalam situasi apapun kita harus selalu percaya bahwa ada jalan yang baik.
Saya pun hidup penuh syukur, karena percaya bahwa kehadiran Allah yang nyata ada melalui dunia pendidikan yang saya jalani, mengantar anak didik menuju kesuksesan. Tentu tugas ini tidak mudah, tetapi saya yakin wajah Allah yang nyata adalah ketika saya melihat, dan merasakan kehadiran mereka melalui pelajaran saya, dan Yesus yang empunya belas kasih itulah yang mau mengajarkan saya semakin sadar akan tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik.
Pandemi Covid-19 sudah berjalan hampir satu tahun. Tuhan mau menunjukkan kuasa-Nya kepada saya dan mengajak saya selalu hidup di dalam kasih Tuhan, menjaga seluruh alam ciptaan yang ada di dunia. Tuhan mau menunjukkan bahwa Dia sungguh sayang kepada saya, dan keluarga saya serta para siswa. Semoga tahun ini menjadi pengalaman yang punya cerita, yang tidak akan pernah hilang dari ingatan sampai kapan pun, sehingga membuat manusia semakin bertobat.
*Wakil Kepala SMP Santo Mikael Cimahi