28.8 C
Jakarta
Thursday, April 25, 2024

Kita diundang jadi pewarta kabaikan Allah, agar makin banyak jiwa mengalami Allah

BERITA LAIN

More

     

    Lihatlah Anak Domba Allah 1

    Ada tiga kisah tentang perjumpaan yang dapat kita temukan dalam bacaan Injil di Minggu Biasa kedua ini (Yohanes 1:35-42), yakni perjumpaan antara Yohanes Pembaptis dengan Yesus, perjumpaan antara Andreas dan Yesus, dan perjumpaan antara Petrus dan Yesus.

    Ketiga perjumpaan itu pun memiliki makna tersendiri yang bisa kita renungkan. Dikatakan bahwa ketika melihat Yesus lewat, Yohanes berkata, “Lihatlah Anak domba Allah!” Berdasarkan asal katanya, ‘Anak Domba’ (lamb) berasal dari bahasa Yunani ‘amnos‘, yang artinya ‘seseorang yang akan dihina, disembelih atau dikorbankan’. Melalui perkataannya ini, Yohanes ingin memberikan pewahyuan kepada kedua muridnya bahwa Yesus adalah sang Juru Selamat, Anak Allah yang akan mengorbankan diri-Nya untuk menembus dosa semua umat manusia.

    Syukur kepada Allah karena kedua murid itu mau mendengarkan Yohanes, sehingga mereka pun dapat berjumpa dan mengalami Tuhan dalam hidup mereka. Seperti ada tertulis, “ketika murid-muridnya (Andreas salah satu di antara mereka) mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus.”

    Perjumpaan kedua ini juga mengingatkan kita dengan panggilan Allah kepada Samuel yang terdapat dalam Bacaan Pertama (1 Sam 3:3b-10, 19). Waktu itu, Samuel belum mengenal Tuhan, tapi untungnya Samuel mau mendengarkan kata-kata Elia, hingga akhirnya Samuel pun dapat memahami suara Tuhan dengan baik.

    Maka yang menjadi pertanyaan sekarang ialah, ‘makna apakah yang dapat kita renungkan dari pengalaman perjumpaan antara Andreas dengan Yesus?’

    Dalam Bacaan Injil hari ini, dikatakan pula, “Lalu, Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka, “Apakah yang kamu cari?” Kata mereka kepada-Nya, “Rabi (Guru), di manakah Engkau tinggal?” Ia berkata kepada mereka, “Marilah dan kamu akan melihatnya.” Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal.

    Melalui perkataan-Nya ini, Yesus ingin menunjukkan kepada kita bahwa untuk mengerti dan mengalami Allah di dalam hidup ini, kita sendirilah yang harus mengalaminya secara pribadi. Apa yang dikatakan oleh orang lain tentang kebaikan Allah akan dapat sungguh kita alami, apabila kita mau membuka hati dan mengosongkan hidup kita untuk Allah.

    Sahabat terkasih, untuk lebih membantu kita merenungkan Bacaan Injil Minggu ini, ada sebuah cerita tentang seorang profesor atau guru besar yang menemui seorang Rahib untuk belajar tentang agama.

    Setelah profesor itu menyampaikan keinginannya, sang Rahib lalu mengambil sebuah poci berisi air teh dan menuangkannya di sebuah cangkir. Cangkir itu terisi hingga penuh, namun sang Rahib tidak berhenti menuangkan air teh itu sampai airnya luber.

    Melihat hal ini, spontan profesor berkata, “Rahib, cangkirnya sudah penuh dan tidak dapat lagi menampung air teh itu.” Sang Rahib berhenti menuang, lalu ia berkata, “Anda juga seperti cangkir ini, hati dan pikiran Anda sudah penuh dengan berbagai teori dan ilmu pengetahuan, sehingga tidak dapat menerima apa-apa lagi.”

    Dengan tersenyum, sang Rahib menatap profesor tersebut, kemudian ia melanjutkan, “Anda akan dapat mengerti tentang agama dan Tuhan, apabila Anda mau mengosongkan diri Anda. Biarlah pengalaman pribadi bersama Tuhan yang akan mengajarkan kepada Anda siapa Tuhan, dan bukan berdasarkan pengertian kita yang terbatas.”

    Semoga semua ini dapat menginspirasi agar kita mau senantiasa mendengarkan suara atau Sabda Tuhan dan merenungkannya dengan seksama. Hal ini perlu, supaya kita dapat mengosongkan diri, lalu merasakan hadirat-Nya yang memenuhi hidup kita dan akhirnya kita dapat sungguh menyadari betapa baiknya Ia.

    Harapannya, kita pun dapat melakukan apa yang menjadi pesan dari perjumpaan ketiga (perjumpaan antara Petrus dengan Yesus), yaitu seperti ada tertulis, “Andreas membawa Petrus kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata, ‘Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas’.”

    Setelah mengalami kebaikan-Nya, maka kita diundang menjadi pewarta kebaikan Allah, agar semakin banyak jiwa yang terpanggil dan mengalami Allah secara pribadi di dalam kehidupan mereka.

    Frater Agustinus Hermawan OP

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI