“Pagi-pagi, enak makan bubur, tentu saja bubur ayam Jakarta. Dalam satu hati kita bersyukur, kasih karunia Tuhan menyertai kita.” Pantun dari Superior Jenderal Kongregasi Suster-Suster Santo Dominikus di Indonesia Suster Maria Elisabeth Yaya Budiarti OP itu dibacakan oleh wakilnya Suster Maria Lusia Kusrini OP, di Kapel Novisiat Baciro, Yogyakarta, 6 Desember 2020, saat membuka Tahun Yubileum Kehadiran Kongregasi itu di Indonesia.
“Pada kesempatan ini kami akan bersyukur dengan membuka Tahun Yubileum Kehadiran Para Suster Kongregasi Suster-Suster Santo Dominikus di Indonesia yang ke-90 tahun,” kata Suster Lusia seraya menjelaskan bahwa kongregasi itu masuk ke Indonesia sejak Oktober 1931.
Maka, “kami menyongsong yubileum itu ditandai berkat dan penyertaan Uskup Agung Semarang Mgr Robertus Rubiyatmoko,” kata Suster Lusia yang membuka spanduk pembukaan tahun yubileum itu, dan menyalakan tungku api serta memohon Mgr Ruby memberkati api itu.
Mgr Ruby bersyukur kepada Tuhan atas kehadiran kongregasi itu di Indonesia. “Semoga kehadiran para suster ini menjadi tanda kasih dan kehadiran-Mu bagi kami semua,” kata Mgr Ruby yang memohon kepada Tuhan untuk memberkati para suster OP dan karya-karya mereka agar dalam Tahun Yubileum “mereka bersemangat bagaikan api yang menyala ini dan mampu mengobarkan api cinta kasih yang mereka telah hidupi dari waktu ke waktu, dan semoga dengan pewartaan mereka yang tiada henti semakin banyak orang mengenal Yesus dan percaya kepada-Nya.”
“Menyongsong Tahun Yubileum, kami diajak untuk bersama berdoa dan mohon rahmat Tuhan, agar situasi Indonesia di masa pandemi yang sulit ditebak kapan selesainya, namun kita sebagai Dominikan yang dipenuhi rahmat Tuhan berakar dalam Kristus dan berbuah dalam pewartaan,” kata Suster Lusia seraya mengajak semua bergandengan tangan dalam kebersamaan dan agar situasi negara sungguh diberkati Tuhan dan semua diberi rahmat kesehatan jiwa dan raga.
Kongregasi Suster-Suster Santo Dominikus di Indonesia dirintis oleh Pastor Dominikus van Zeland OP dan Ibu Ludovica Keyzer OP di Neerbosh Belanda dengan semangat belarasa dan persaudaraan. Kongregasi itu dibawa oleh para suster dari Belanda ke Indonesia melalui Cilacap tahun 1931. Kini, para suster OP di Indonesia berada di berbagai komunitas di Indonesia (Larantuka, Surabaya, Yogyakarta, Magelang, Cirebon, Purwokerto, Cimahi, Wonosari, Rawaseneng, Ngabang, Jakarta).
“Siang-siang, enak makan nangka, asal jangan punya tetangga. 90 tahun kongregasi ada, mengakar dan mewarnai Indonesia,” tulis pantun kedua yang dikirim Suster Elisabeth yang lagi sakit ke dalam perayaan yang diawali dengan kaul kekal dua suster serta pembaharuan janji emat suster, dua di antaranya 25 tahun hidup membiara dan dua lainnya 50 tahun hidup membiara.(PEN@ Katolik/paul c pati)
Foto-foto ini diambil secara screnshot oleh PEN@ Katolik/pcp