Jumat, November 22, 2024
25.6 C
Jakarta

Paus bersama para pemimpin tradisi Kristen lainnya berdoa untuk perdamaian

Momen doa untuk perdamaian (Vatican Media)
Momen doa untuk perdamaian (Vatican Media)

Benih-benih semangat Assisi telah ditanam oleh Santo Paus Yohanes Paulus II, tanggal 27 Oktober 1986, saat orang kudus itu mengundang para pemimpin agama lain untuk ikut bersama dia dalam doa untuk perdamaian bagi keluarga manusia.

Perang Dingin belum berakhir, perang saudara berkecamuk di Mozambik, Sri Lanka dan Guatemala, Eritrea sedang memperjuangkan kemerdekaan dan AS membom Libya dalam serangan pembalasan, sementara tentara nasional Zimbabwe membantai ribuan warga sipil etnis Ndebele.

Begitu banyak anak Tuhan sedang menderita karena kekerasan di seluruh dunia, tetapi Santo Yohanes Paulus II yakin bahwa perdamaian itu suci dan inti dari setiap tradisi agama adalah mencari perdamaian dan “perdamaian adalah rumah terbuka bagi semua orang.”

Paus Fransiskus merangkul pesan kuat ini dan sekali lagi bergabung dengan para pemimpin agama besar dunia untuk berdoa bagi perdamaian di saat umat manusia menderita perang, pengungsian yang disebabkan oleh konflik dan perubahan iklim, peningkatan kemiskinan dan perpecahan, dan pandemi global yang menyoroti kerentanan kita masing-masing serta kebutuhan kita akan satu sama lain.

Dalam doa ekumenis dalam acara bertajuk “Tidak ada yang diselamatkan sendirian. Perdamaian dan Persaudaraan” yang diorganisir oleh Komunitas santo Egidio di Basilika Santa Maria di Aracoeli Roma itu terlihat Paus berdoa berdampingan dengan para pemimpin tradisi Kristen lainnya.

Bersamaan dengan itu, umat Yahudi, Muslim, dan Buddha berdoa di tempat-tempat lain di kota Roma sebelum berkumpul bersama di lapangan indah rancangan Michelangelo di Bukit Capitolino untuk upacara antaragama yang diakhiri dengan pernyataan dan penyampaian Seruan Perdamaian 2020 dan penyalahan lilin perdamaian.

Hening selama satu menit dilakukan untuk mengenang para korban perang dan pandemi virus corona, dan sekelompok anak menyampaikan seruan kepada para duta besar dan pemimpin politik internasional yang mengingatkan mereka bahwa “tidak ada yang diselamatkan sendirian.”(PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan Vatican News)

Santo Yohanes Paulus II dalam pertemuan antaragama tahun 1986 di Assisi (Vatican Media)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini