Makam Yang Mulia Carlo Acutis dibuka untuk penghormatan publik menjelang beatifikasi remaja pemrogram komputer itu. Seorang juru bicara beatifikasi Acutis mengatakan kepada CNA bahwa seluruh tubuh ada, dan “tidak rusak.”
“Hari ini kita… melihatnya lagi dalam tubuh fananya. Tubuh yang telah berakhir, bertahun-tahun terkubur di Assisi, melalui proses pembusukan yang normal, yang merupakan warisan dari kondisi manusia setelah dosa menghapusnya dari Tuhan, sumber kehidupan. Tetapi tubuh fana ini ditakdirkan untuk dibangkitkan,” kata Uskup Assisi Mgr Domenico Sorrentino dalam Misa pada pembukaan makam itu, 1 Oktober.
Uskup itu menjelaskan bahwa tubuh Acutis “disusun kembali dengan seni dan cinta.” Acutis, yang meninggal karena leukemia tahun 2006 pada usia 15 tahun, dikenal karena keterampilan pemrograman komputer dan cintanya pada Ekaristi dan Perawan Maria.
Jantung Acutis, yang sekarang dapat dianggap sebagai relikui, akan dipajang dalam tempat simpan relikui di Basilika Santo Fransiskus di Assisi. Keluarganya ingin menyumbangkan organnya ketika dia meninggal, tetapi tidak bisa dilakukan karena leukemia, kata ibunya.
“Carlo adalah anak laki-laki di zaman kita. Seorang anak era internet, dan model kesucian era digital, seperti yang disampaikan Paus Fransiskus dalam suratnya kepada kaum muda seluruh dunia. Komputer … telah menjadi cara untuk melewati jalan-jalan dunia, seperti murid-murid Yesus yang pertama, membawa ke hati-hati dan rumah-rumah pewartaan tentang perdamaian sejati, yang memuaskan dahaga akan ketidakterbatasan yang mendiami hati manusia,” kata Mgr Sorrentino.
Rektor Tempat Suci Spoliation di Assisi, tempat makam Acutis berada, mengatakan kepada EWTN bahwa pekerjaan rekonstruksi pada wajah Acutis diperlukan sebelum publik melihat makam itu.
Acutis mengalami pendarahan otak saat kematian, dan dia persembahkan penderitaannya untuk Paus dan Gereja. “Tubuhnya ditemukan utuh semua, tidak menyatu, tapi utuh, dan semua organnya ada. Pekerjaan dilakukan di wajahnya,” kata Pastor Carlos Acácio Gonçalves Ferreira.
“Dalam beberapa hal, wajah duniawinya akan terlihat lagi. Tapi wajah itu – jangan lupa – sekarang tidak menunjuk pada dirinya sendiri, tapi kepada Tuhan,” kata Uskup Sorrentino.
Makam Acutis dibuka untuk penghormatan publik 1-17 Oktober di Assisi agar sebanyak mungkin orang bisa melakukan kunjungan doa pada minggu-minggu sebelum dan setelah beatifikasi 10 Oktober, meskipun tindakan virus korona membatasi kehadiran.
Dalam wawancaranya dengan EWTN, Pastor Ferreira memuji Acutis sebagai sebuah kesaksian bahwa kekudusan bisa dicapai oleh para remaja.
Di makam itu, Acutis mengenakan pakaian santai yang dikenakannya dalam keseharian. Meski ia tidak dimakamkan dengan pakaian ini, diharapkan pakaian-pakaian itu bisa menjadi bukti kehidupan remaja itu. “Untuk pertama kalinya dalam sejarah kita akan melihat seorang santo dengan jins, sneakers, dan sweater,” kata rektor itu.
“Inilah pesan yang luar biasa bagi kita, kita dapat merasakan kekudusan bukan sebagai hal yang jauh tetapi sesuatu yang sungguh dalam jangkauan setiap orang karena Tuhan adalah Tuhan dari semua orang.”
Pada tahun sebelum kematiannya, remaja Italia itu meneliti mujizat-mujizat Ekaristi untuk membuat web yang mendaftarkan dan membagikan informasi ini kepada orang lain.
Sebagai bagian dari perayaan selama 17 hari dari beatifikasi Acutis di Assisi itu, dua gereja mengadakan pameran mukjizat Ekaristi dan penampakan Maria yang dikatalogkan oleh Acutis.
Makam Acutis berada di Tempat Suci Spoliation, Assisi, tempat Santo Fransiskus dari Assisi yang muda dikatakan menanggalkan pakaiannya yang mewah demi kebiasaan orang miskin. “Carlo Acutis memiliki kesamaan seperti Santo Fransiskus. Selain cinta kepada Yesus dan khususnya untuk Ekaristi, cinta yang besar untuk orang miskin,” kata Uskup Sorrentino saat mengumumkan bahwa pada tanggal 1 Oktober dibuka dapur umum dekat Tempat Suci Spoliation untuk mengenang Acutis.
Ibu dari Carlo, Antonia Salzano, mengatakan sangat tersentuh dengan dibukanya makam putranya untuk penghormatan publik. “Kami sangat senang akhirnya makam Carlo dibuka, terutama karena umat beriman yang tersebar di seluruh dunia akan bisa melihatnya dan menghormatinya dengan cara yang lebih baik dan lebih menyenangkan,” katanya.
“Kami berharap melalui eksposisi tubuh Carlo, umat beriman bisa memanjatkan doa mereka dengan lebih semangat dan iman kepada Tuhan, yang melalui Carlo menganjak kita semua untuk lebih beriman, berpengharapan, dan mencintai Dia, dan sesama seperti yang dilakukan Carlo dalam kehidupan duniawinya. Kami berdoa agar Carlo menjadi perantara bagi kita semua dengan Tuhan dan memberikan banyak rahmat bagi kita.” (PEN@ Katolik/pcp berdasarkan Courtney Mares/Catholic News Agency)