Paus Fransiskus menyerukan kepada para pendidik Katolik Filipina untuk membina siswanya bukan hanya menjadi pelajar berprestasi, tetapi juga saksi iman yang otentik. Nasihat Paus itu disampaikan oleh Sekretaris Negara Vatikan Kardinal Pietro Parolin dalam pesan yang dikirimkan atas nama Paus kepada Asosiasi Pendidikan Katolik Filipina (Catholic Educational Association of the Philippines, CEAP), yang menyelenggarakan kongres dari tanggal 21 hingga 25 September.
Asosiasi nasional lembaga-lembaga pendidikan Katolik yang berfungsi di bawah Komisi Katekese dan Pendidikan Katolik dari Konferensi Waligereja Filipina itu didirikan tahun 1941 dan memiliki lebih dari 1.500 anggota, termasuk sekolah-sekolah dan perguruan-perguruan tinggi di 17 wilayah di negara itu.
Karena pandemi virus corona, kongres tahun ini berlangsung secara online dan disiarkan langsung di web dan di platform sosial.
Dalam pesan yang dibacakan oleh Ketua CEAP Pastor Elmer Dizon, Paus mengatakan, pendidikan Katolik tidak hanya harus mengajarkan pemikiran kritis tetapi juga harus mendorong “pembinaan dalam doktrin dan moralitas Kristen.” Melakukan hal itu, kata Paus, akan mengarah pada pembinaan pria dan wanita “yang siap mengambil tanggung jawab lebih besar dalam masyarakat dan menjadi saksi iman sejati bagi dunia.”
Dalam presentasinya, Pastor Dizon, yang mengakhiri masa jabatan sebagai presiden, memutuskan, seiring pandemi berlanjut, mereka akan tetap waspada menanggapi isu-isu yang merugikan pelayanan mereka. Di tengah tantangan saat ini, imam itu mengatakan, upaya telah ditingkatkan agar sekolah-sekolah Katolik “menjadi katalisator perubahan”. Imam itu menegaskan, “Inilah kita. Ini yang Tuhan ingin dari kita.”
Ketua Komisi Katekese dan Pendidikan Katolik dari Konferensi Waligereja Filipina Uskup San Jose Mgr Roberto Mallari mengatakan, sektor pendidikan adalah salah satu yang paling tertantang saat ini. Dia mengatakan setiap sekolah harus memiliki modalitas belajar untuk memenuhi kebutuhan siswanya. Tapi, dia berjanji, CEAP “tidak akan meringkuk dalam ketakutan, tetapi akan berdiri teguh menjadi pengawas tidak hanya untuk para siswa tetapi juga untuk sekolah-sekolah lain.”
Prefek Kongregasi Evangelisasi Bangsa-Bangsa Kardinal Luis Antonio Tagle berpidato di depan kongres itu di hari penutupan, 25 September, dengan mengatakan satu-satunya cara untuk bangkit lebih kuat dari pandemi virus corona adalah melalui dialog.
Kardinal Filipina yang baru sembuh dari virus corona di Manila, menyampaikan keynote address bertema, “Misi: Dialog Iman & Kehidupan dan Budaya Melebihi Imam, Belebihi Batas-Batas, Melebihi Covid.”
Kardinal berusia 63 tahun itu menekankan bahwa karena pandemi, “budaya dialog semakin mendesak”. “Pandemi membutuhkan tanggapan bersifat pandemik, tanggapan umum. Dan itu harus dilakukan melalui dialog.”
Kardinal itu khawatir “tanpa semangat dialog dan budaya dialog, pandemi ini akan semakin parah.” Kemerosotan situasi ini, jelas kardinal, tidak hanya dalam hal penularan, “tetapi dalam arti bahwa yang muncul adalah yang terburuk dalam kemanusiaan bukan yang terbaik dalam diri kita semua.” “Pandemi Covid meminta dari masing-masing kita yang terbaik yang ada dalam diri Anda dan tidak menyimpannya untuk diri sendiri tetapi membagikannya, itulah budaya dialog,” kata kardinal.
Kardinal Tagle mengkritik cara pandemi “dipolitisasi” oleh banyak kelompok termasuk politisi dan pakar kesehatan. Menurut dia, masalah akan terus berlanjut kalau tidak ada dialog “atau kalau dibuat batas-batas” dan jembatan-jembatan dibakar.(PEN@ Katolik/pcp berdasarkan Robin Gomes/Vatican News)