Di tengah kebingungan suara dan pesan yang mengelilingi kita, seorang jurnalis Kristen dipanggil untuk menjadi saksi baru kebenaran, sehingga menjadi pembawa harapan dan iman di masa depan. Itulah inti pesan Paus Fransiskus kepada sekitar 30 perwakilan Tertio, majalah mingguan Katolik Belgia, yang menganalisis peristiwa terkini dan menafsirkannya dari perspektif Kristen, dan lebih khusus lagi Katolik. Nama dari majalah yang didirikan tahun 2000 itu diambil dari Surat Apostolik Santo Paus Yohanes Paulus II tahun 1994 berjudul “Tertio Millennio Adveniente” yang dikeluarkan untuk mempersiapkan Yubileum Agung Tahun 2000.
Paus Fransiskus mengenang pendahulunya yang mengatakan komunikator “dipanggil untuk menafsirkan masa kini dan mengidentifikasi cara untuk mengkomunikasikan Injil sesuai bahasa dan kepekaan umat manusia kontemporer.”
Nama majalah itu, kata Paus, bukan hanya panggilan untuk berharap, tapi bertujuan juga untuk membuat suara Gereja dan seruan para intelektual Kristen terdengar dalam skenario media yang semakin sekuler, agar diperkaya dengan refleksi konstruktif. Dengan mengupayakan visi positif tentang orang dan fakta, dan dengan menolak prasangka, kata Paus, para jurnalis Kristen memupuk budaya perjumpaan. Dengan budaya itu, lanjut Paus kenyataan bisa dilihat dengan tatapan pasti.
Paus memberi perhatian pada sumbangan penting media Kristen terhadap pertumbuhan cara hidup baru umat Kristen, yang bebas dari semua bentuk prakonsepsi dan eksklusi. Dalam hal ini, Paus mengecam gosip atau fitnah, dengan mengatakan gosip itu menutup hati komunitas dan mengganggu persatuan Gereja. Iblis, “tukang gosip yang hebat,” kata Paus, terus berbicara jahat tentang orang lain, karena dia adalah pendusta yang berupaya menghalangi Gereja menjadi komunitas.
Seraya mengingatkan para perwakilan Tertio akan “suara hati profesional yang tinggi” seorang Jurnalis Kristen, kata Paus, dipanggil untuk memberikan kesaksian baru dalam dunia komunikasi tanpa menyembunyikan kebenaran atau memanipulasi informasi. Di tengah kebingungan suara dan pesan yang mengelilingi kita, yang diperlukan adalah narasi manusia yang berbicara tentang kita dan tentang keindahan yang ada di dalam kita.
Sebagai pelaku utama “narasi” ini, para jurnalis dipanggil untuk melihat dunia dan peristiwa kelembutan, yang semuanya adalah bagian dari jalinan hidup tempat kita semua saling berhubungan.(PEN@ Katolik/pcp/Robin Gomes/Vatican News)