Jumat, November 22, 2024
25.4 C
Jakarta

Mgr Sutikno tahbiskan dua imam CM, anak-anak pedalaman yang diutus ke pedalaman

Dua imam CM yang baru ditahbiskan memberikan berkat perdana mereka (Foto dari Yakobis Vinsensian)
Dua imam CM yang baru ditahbiskan memberikan berkat perdana mereka (Foto dari Yakobis Vinsensian)

“Imamat sungguh agung karena kamu diikutsertakan dalam karya keselamatan dan penyelamatan oleh Bapa, Putera dan Roh Kudus. Secara khusus kamu diminta jadi sahabat dalam karya penggembalaan umat Kristus. Kamu diminta mempunyai caritas pastoralis, kasih penggembalaan atau belas kasih kepada kawanan domba, kamu diminta memberikan hati penuh belas kasih akan domba-domba umat Allah, terutama yang miskin, tersingkir, dan tertindas.”

Uskup Surabaya Mgr Vincentius Sutikno Wisaksono mengatakan itu sebelum menahbiskan dua imam Kongregasi Misi (CM, Congregatio Missionis), yang menyebut diri “angkatan corona” di Paroki Kelahiran Santa Perawan Maria (Kelsapa) Surabaya, 27 Agustus 2020.

Mereka ditahbiskan setelah menyatakan kesediaan melaksanakan tugas sebagai imam, bekerjasama dengan uskup-uskup untuk menggembalakan umat Tuhan di bawah pimpinan Roh Kudus, merayakan misteri Yesus Kristus dalam Gereja dengan hormat dan setia sesuai tradisi Gereja, serta mewartakan Sabda Allah dengan cara pantas dan bijaksana dalam memaklumkan Injil dan mengajarkan iman Katolik.

Kedua imam, yang ditahbiskan dalam Misa online oleh Komsos Kelsapa dan Yakobis TV itu, adalah Pastor Agustinus CM asal Keuskupan Sintang dan Pastor Fransiskus Xaverius Due CM asli Flores yang berasal dari Keuskupan Sanggau, Kalbar. Keduanya menyelesaikan Seminari Menengah Santo Yohanes Maria Vianney Sintang dan formatio CM di Malang.

Ayah dari Pastor Due mengaku kedua anak itu “anak-anak pedalaman” dari Sintang dan Sanggau. “Kami lahir dari ketidakpunyaan menjadi punya dalam Tuhan Yesus,” katanya seraya berharap doa bagi kedua neomis itu “agar tetap setia bertekun melayani umat Allah yang Tuhan percayakan kepada mereka.” Sekarang, lanjutnya, mereka bukan lagi milik keluarga. “Kalau mereka lakukan kesalahan yang tidak sesuai panggilan dan perutusan, Anda punya hak menegur dan menasihati mereka. Jangan ragu karena mereka masih muda dan perlu dibimbing terus menerus.”

Seusai Misa, Visitator Kongregasi Misi  Provinsi Indonesia Pastor Manuel Edy Prasetyo CM mengutus Pastor Agustinus ke Paroki Santo Montfort Naga Serawai, Keuskupan Sintang, dan Pastor Due ke Paroki Kristus Terang Dunia Kepala Dua, Tofoi, Keuskupan Manokwari-Sorong.

“Aku diutus untuk mewartakan kabar gembira kepada orang-orang miskin” (Evangelizare Pauperibus Misit Me) adalah semangat hidup Kongregasi Misi. Agar bisa menjalankan perutusan itu, Mgr Sutikno minta kedua imam itu untuk menyerupai Dia (Configuratio Cum Christo) dalam hati, pikiran, perasaan dan tindakan, “yang menyerahkan nyawa-Nya bagi domba-dombanya, yang bertanggung jawab, yang tidak meninggalkan domba-dombanya dalam bahaya, yang memperhatikan dan memelihara, serta mengenal domba-domba, dan domba-domba mengenal Sang Gembala.”

Uskup Surabaya juga mengingatkan kedua neomis untuk menjadi imam yang bergairah dan menjalankan hidup doa seperti Santo Yohanes Maria Vianney, Santo Vincentius a Paulo, dan Santa Monika yang dirayakan hati itu. Mgr Sutikno menggambarkan bagaimana di saat musim dingin di Desa Ars, Perancis, Santo Yohanes Maria Vianney menggigil kedinginan menunggu umat di kamar pengakuan sambil berdoa, betapa pentingnya doa di kapel dan pastoran bagi para imam Kongregasi Misi menurut Santo Vincentius a Paolo, dan bagaimana Santa Monika tekun mendoakan anaknya, Santo Agustinus.

Mewakili neomis, Pastor Agustinus mengatakan, dengan tahbisan imamat “kami diajak menjadi imam yang siap menggembalakan umat, tidak hanya menjadi gembala baik bagi umat tapi diajak jadi gembala yang mau berkurban bagi umat yang dipercayakan kepada kami.” Maka, mereka berharap dukungan doa. “Sebagai imam muda kami masih butuh doa dan dukungan Anda semua agar kami tetap setia dalam mengemban tugas,” katanya.

Berkaitan dengan tahbisan di masa pandemi Covid-19, Mgr Sutikno menegaskan, kalau bisa setiap tahun ada tahbisan imam, dan bagaimana pun juga kalau soal tahbisan imam jangan ditunda. “Maka saya apresiasi keputusan Provinsi CM, kalau ada imam yang tahbisan imam tahun ini dilaksanakan tahun ini, jangan ditunda,” kata uskup.

Mgr Sutino berpesan kepada para formator untuk tidak terlalu sibuk dengan persyaratan akademi dan intelektual karena “sekarang ada banyak pilihan,” dan berharap tetap mengandalkan lulusan Seminari Menengah Garum Blitar. “Tahbisan imam harus diputuskan sedini mungkin dari SMP. Kalau panggilan terlambat bisa sudah tercemar,” kata uskup.

“Panenan banyak. Umat Allah menanti para imam yang punya semangat, mau kerja, tidak malas. Itu kata kunci pandemi, tetap sehat dan semangat, tingkatkan vitalitas tubuh untuk usir virus, bukan menjadikan masa pandemi sebagai alasan untuk tidak kerja,” tegas Mgr Sutikno. (PEN@ Katolik/paul c pati)

Yakobis Vinsensian 1
Foto dari Yakobis Vinsensian
Yakobis Vinsensian
Foto dari Yakobis Vinsensian

Yakobis Vinsensian 2

Screenshot oleh PEN@ Katolik
Screenshot oleh PEN@ Katolik
Screenshot oleh PEN@ Katolik
Screenshot oleh PEN@ Katolik

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini