“Kambing Kutukan” karya frater STFK Ledalero juara pertama lomba cerpen FKUB NTT

0
3106
Yance
Frater Arnoldus Yansen Sabu Paji (Dokumen pribadi)

Ada dua kampung, kampung pegunungan yang mayoritas warganya beragama Katolik dan kampung pesisir yang mayoritas warganya beragama Islam. Keakraban mereka tampak kental dalam penyelenggaraan hajatan atau pesta. Saat sunatan umat Muslim selalu mengundang umat Katolik dari pegunungan. Demikian sebaliknya, saat Sambut Baru atau Permandian, umat Katolik selalu mengundang umat Muslim dari pesisir.

Cerita relasi kedua kampung itu, yang ditulis oleh Arnoldus Yansen Sabu Paji, mahasiswa semester 7 Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero Flores NTT dalam cerpen berjudul “Kambing Kutukan” berhasil meraih juara pertama dan menyandang karya terbaik Lomba Cerpen yang digelar oleh Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Provinsi NTT.

Menurut Ketua Panitia Pastor Sipri Senda Pr dalam rilis yang diterima PEN@ Katolik, lomba yang digelar 1 Juli- 31 Juli dan penilaian 1-10 Agustus tentang edukasi nilai kerukunan umat beragama dengan kearifan lokal masyarakat NTT melalui sastra pendek itu menampilkan tiga juri, Mezra I Pellandou, Marcel Robot, dan Maria Theresia Geme.

Setiap ada acara di kampung pegunungan, kata Frater Arnoldus Yansen Sabu Paji kepada PEN@ Katolik 14 Agustus 2020, ada satu tradisi unik yakni mengundang orang Islam untuk menyembelih kambing, ayam atau sapi. “Tujuannya agar daging itu tidak haram bagi para undangan dari kampung pesisir,” kata frater yang akrab dipanggil Yance itu.

Konflik ceritanya, lanjut calon imam projo Keuskupan Agung Ende itu, berputar pada tradisi unik bahwa kambing yang disembelih kemudian menjadi ”kambing hitam” dari persoalan para tokoh. Tapi, upaya mereka untuk menghindar dari persoalan serta balas dendam “justru mengancam kerukunan kehidupan mereka yang boleh jadi juga menjadi cikal bakal problem antaragama,” jelasnya.

Frater Yance mengaku cerpennya terinspirasi kisah nyata yakni “tradisi unik yang dihidupi beberapa kampung di Kecamatan Ndori, Kabupaten Ende.” Untuk cerpen itu, Frater Yance menerima penghargaan berupa uang tunai Rp 3,5 juta dan piagam penghargaan.

Juara kedua diraih oleh Sarnus Joni Harto dari STFK Ledalero dengan karya “Satu Rumah Dua Dunia” dan juara ketiga Frederikus Erikson Fatin dari Sekolah Tinggi Ilmu Pastoral (STIPAS) Keuskupan Agung Kupang dengan karya “Rumah Kami Suatu Ketika.” Juara harapan pertama Anastasia Dulang dari FKIP Undana Kupang dengan karya “Tuhan Jatuh Hati di Kaki Uyelewun,” harapan kedua Ardin Silvester Bere Nahak dari Teknik Sipil Politeknik Negeri Kupang dengan karya “Ketika Dawai Sasando Berdenting” dan harapan ketiga Adriana Rambu Dedu Ngada Weru Ngilu dengan karya “Bekas Rumah Duka.”

Juara favorit pertama diraih Timoteus Duang dari STFK Ledalero dengan karya “Fatima”, kedua Edy Soge dari STFK Ledalero dengan karya “=&#”, ketiga Giovani Ximenes Collyn dari STFK Ledalero dengan karya “Ingatan”, dan keempat Ferdinandus Gato Ma dari Fakultas Filsafat Unwira Kupang dengan karya “De Te Fabula”.

Ketua FKUB Provinsi NTT Maria Theresia Geme mengatakan, seperti dilaporkan oleh media lokal, lomba cerpen ini dikhususkan bagi mahasiswa, karena animasi kerukunan harus dijiwai kaum muda dan dituangkan melalui karya. “Lomba ini juga digelar sebagai wujud peran FKUB NTT dalam menyosialisasikan kerukunan antarumat beragama karena orang muda memiliki potensi,” kata Maria.

Menurut informasi, 10 karya terbaik itu akan dihimpun menjadi buku dan dipublikasikan melalui e-book sehingga mudah diakses semua pihak.(PEN@ Katolik/yuven fernandez)

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here