Yang berkenan kepada Tuhan dan dengan zaman Covid-19 ini, adalah bahwa seorang imam harus bersatu dengan Yesus Kristus, membaktikan diri, berdoa dan berkorban bagi umat. Tapi, dalam konteks sekarang, apakah kita benar sudah menggunakan waktu untuk berdoa? Ada kesan, demi pelayanan pastoral, kita abaikan kewajiban doa, ada kesan kita mengabaikan dan kurang memandang mulia imamat kita. Kita terlalu gampang berkata “ah tidak usah ibadah … saya ada kerja.” Bahkan ada yang susah sekali bangun untuk ibadah.”
Administrator Apostolik Keuskupan Sibolga Mgr Anicetus Bongsu Antonius Sinaga OFMCap memberi peringatan ini kepada para imam Keuskupan Sibolga sebelum menahbiskan empat imam diosesan dan enam imam Kapusin dalam Misa live streaming di Gereja Santo Yosef, Pandan, Sibolga, Sumatera Utara, 6 Agustus 2020. Siaran itu dilakukan oleh Komsos Paroki Pandan.
Setelah para calon imam itu dipanggil dan menghadap altar, dan sesuai pernyataan pastor yang menyerahkan mereka bahwa “dari hasil penyelidikan dan menurut ucapan para pendidik mereka saya memberi kesaksian bahwa mereka layak ditahbiskan,” Mgr Sinaga menegaskan, “Kalau demikian, dengan bantuan Tuhan Allah dan penyelamat kita Yesus Kristus, kami memilih saudara-saudara kita ini untuk masuk kalangan para imam.”
Kesepuluh imam baru, Pastor Patrisius Wara Pr, Pastor Adiputra Adrianus Lumbantobing Pr, Pastor Evendi Sudarsono Sihombing Pr, Pastor Walterius Manurung Pr, Pastor Marcellus Sihura OFMCap, Pastor Antonius Sihotang OFMCap, Pastor Anselmus Hutauruk OFMCap, Pastor Marselinus Limbong OFMCap, Pastor Laurentius Simanjuntak OFMCap, dan Pastor Kasimirus Sitompul OFMCap.
Kemudian dengan tongkat kegembalaan Mgr Sinaga bertanya bagaimana memberi warna khusus tahbisan imam di masa Covid-19 agar menjadi kenangan indah dan pedoman masa depan. “Kami usulkan supaya kita mengenang tahbisan ini sebagai ungkapan ‘di mana ada silang sengketa, damai sejahtera bawaan kita, di mana ada silang selisih, aku membawa cinta kasih, di mana ada haus dan lapar, aku sajikan sandang dan pangan’,” jawab uskup.
Oleh karena itu, Mgr Sinaga mengajak para imam untuk sungguh menjadi gambaran Yesus Kristus, menjadi Kristus yang lain. Mgr Sinaga pernah menjadi Uskup Sibolga, 24 Oktober 1980 hingga 3 Januari 2004 saat ditunjuk sebagai Uskup Agung Kaojutor Medan, kemudian jadi Administrator Keuskupan Sibolga, sejak 22 September 2018, setelah Mgr Ludovicus Simanullang OFMCap wafat.
Mgr Sinaga mengajak para imam merenung, “justru di masa corona sekarang, apakah kita benar seperti Kristus, sebagai kurban, salib, dan altar, yang tidak terpaksa tapi sukarela berani berkorban di salib?” Biarawan Kapusin itu menjawab, “Izinkan aku berkata pertama untuk diriku sendiri, aku kurang tanggap kepada umatku yang berkata, “Enak saja para imam dan uskup dengan korona ini, mereka tidak perlu lagi melayani orang sakit!”
Uskup kembali masih bertanya, “Apakah kita di masa sekarang pantas mendapat teguran dari umat seperti itu?” Dan lagi, “Pernahkah kita melakukan tugas-tugas kita meskipun tidak enak, meskipun membuat pengorbanan, taat sampai akhir hidup?”
Sekarang, “kita diingatkan dan dituntut oleh umat Allah dan bangsa ini untuk berani berkorban demi umat dan rakyat dengan mengikuti tata cara melawan Covid-19,” tegas Mgr Sinaga yang mengingatkan janji Sinode Keuskupan Sibolga yang menggarisbawahi “kemandirian, ketahanan dan kepahlawanan.”(PEN@ Katolik/paul c pati)
Artikel Terkait:
Mgr Anicetus Sinaga OFMCap memeriksa para imamnya dalam Misa Krisma
Semua foto ini diambil dengan tangkapan layar atas siaran langsung yang dilakukan Komsos Paroki Santo Yosef Pandan dan Komsos Keuskupan Sibolga