Jangan lupa akan Ekaristi sebagai makanan rohani kita

0
1753

Makan

Biasanya kalau ingin merayakan kabar gembira atau hal yang membuat bahagia, kita makan bersama. Contohnya, yang biasa saya dan angkatan saya lakukan ketika ada yang berulang tahun adalah kumpul bersama dan makan bersama, tidak perlu di restoran atau makanan mewah, cukup duduk bersama di beranda biara dengan mi instan dan telur goreng. Yang penting kami kumpul dan makan bersama. Makan menjadi waktu paling berharga untuk bercerita dan saling bertegur sapa.

Dalam Injil hari ini Minggu, 2 Agustus 2020, Hari Minggu Biasa XVIII (Mat 14: 13-21), kita lihat bagaimana Yesus menggandakan roti untuk lima ribu orang. Kalau dipikir-pikir, Yesus juga menaruh nilai yang cukup tinggi dengan waktu makan. Ketika para murid meminta agar orang-orang banyak untuk pergi pulang, Yesus malah sebaliknya. Ia tidak mengizinkan orang-orang itu pergi. Yesus mau makan bersama. Yesus masih mau menghabiskan waktu bersama mereka.

Mungkin hal yang tidak masuk akal, bagaimana dari lima roti dan dua ikan bisa menjadi begitu banyak. Yang bisa kita lihat di sini adalah bagaimana Yesus menaruh perhatian dan kasih kepada orang banyak. Yesus tidak mau membiarkan mereka kelaparan begitu saja. Yesus mau mencukupi apa yang kurang. Sikap Yesus merupakan sikap belas kasih dan bela rasa terhadap orang banyak. Makanan menjadi kebutuhan pokok setiap manusia, maka Yesus mau mencukupi kebutuhan pokok itu secara jasmani.

Kalau kita sadari lagi, sebenarnya Yesus juga mau mengatakan kepada kita, jangan lupa akan Ekaristi sebagai makanan rohani kita. Walaupun saat ini kita masih sulit berkumpul bersama dalam perayaan Ekaristi, tetapi kita sadar kerinduan kita itu sebuah kebutuhan pokok untuk perkembangan rohani kita.

Sahabat terkasih, kalau Yesus tergerak untuk memenuhi dan mencukupi kebutuhan kita karena kasih yang tak habis-habisnya, mengapa kita tidak menunjukkan kasih itu kepada orang-orang yang ada di sekitar kita. Yesus telah memberi teladan, sekarang saatnya kita melakukannya. Semoga kasih Yesus tidak hanya berhenti pada kita tetapi boleh dirasakan oleh sesama kita.

FRAY. EL. OP

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here