Home BERITA FOTO Pastor Yohanes Sareta MSC, pembawa keceriaan di mana saja, meninggal

Pastor Yohanes Sareta MSC, pembawa keceriaan di mana saja, meninggal

0
Yan
Pastor Yohanes Sareta MSC

“Bersama dia sahabatku, hidup ini tidak serius-serius amat, selalu tertawa, cerita lucu, santai tanpa beban”. Itulah ciri khas Pater Yan. Di mana saja dia berada, dia selalu membagi keceriaan. Tawa dan canda selalu menghiasi hari-hari hidupnya. Pater Yan mengamalkan dengan baik amanat Konstitusi MSC Nomor 32, “Kita memiliki semangat kekeluargaan dan semangat persaudaraan, yang dibangun oleh kebaikan hati dan saling pengertian, oleh belas kasih dan saling mengampuni, oleh kelemah-lembutan, kerendahan hati dan kesederhanaan, oleh keramah-tamahan dan suatu cita-rasa untuk humor.”

Begitulah kesaksian dari seorang imam teman Pastor Yohanes Sareta MSC (Pastor Yan), yang dikenal sebagai pribadi humoris, yang ditulis dalam Curriculum Vitae Pastor Yan yang lahir di Manganitu, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, 22 Januari 1968 dan meninggal di Rumah Sakit Carolus, Jakarta, 13 Juli 2020, pukul 11.48, dalam usia 52 tahun tahun 5 bulan, 29 tahun sebagai MSC dan 22 tahun sebagai imam.

Misa Requiem live streaming untuk Pastor Yan dirayakan di hari yang sama pukul 18.00 di Aula Provinsialat MSC Jakarta dipimpin Provinsial MSC Indonesia Pastor Samuel Maranresy MSC dengan konselebran Pastor Bob Rarun MSC (Superior Daerah) dan Pastor Celcius Mayabubun MSC (Kepala Paroki Santo Andreas Kedoya, Jakarta). Karena pembatasan pandemi, hanya beberapa imam komunitas provinsialat MSC menghadiri Misa itu.

Anak keenam dari delapan bersaudara (4 laki-laki dan 4 perempuan) dari pasangan Apolos Nikolaus Sareta dan Wentenan Papuas itu dikebumikan di San Diego Hills, Selasa, 14 Juli 2020, diawali Misa pelepasan jenazah pukul 07.00 WIB.

“Kami yakin, cita-rasa humor yang ada dalam dirimu adalah karunia dari Allah, seperti kata nabi Yesaya, ‘Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu’ (Yesaya 50:4),” tulis Provinsialat MSC.

Pastor Yan yang menyelesaikan pendidikan SD dan SMP di Manganitu dan SPG di Tahuna, Sangihe, serta filsafat dan teologi di STF Seminari Pineleng, Sulut, menjalani Novisiat MSC di Karanganyar, Kebumen, Jawa Tengah, 14 Juli 1990, berkaul pertama sebagai MSC di Karanganyar 15 Juli 1991, dan berkaul kekal sebagai MSC di Pineleng, 5 Oktober 1996. Setelah tahbisan diakon oleh Mgr Josephus Suwatan MSC di Pineleng, 2 Agustus 1997, Pastor Yan ditahbiskan imam 30 Mei 1998 oleh Mgr Suwatan MSC di Manado.

Yan pernah berkarya di Keuskupan Manado (tahun diakonal di Paroki Bunda Hati Kudus Woloan, Pastor Pembantu di Paroki Santo Petrus Nulion, Pastor Paroki di Paroki Bunda Hati Kudus Sambiut), Keuskupan Amboina (Pastor Pembantu di Paroki Santa Maria Tobelo, Pastor Paroki di Paroki Santo Andreas Kao Ternate, Pastor Paroki di Paroki Hati Kudus Yesus Arui Kepulauan Tanimbar), Keuskupan Agung Merauke (Pastor Kepala di Paroki Santo Matias Getentiri, Vikep Mindiptana, Pastor Kepala di Paroki Kristus Raja Mindiptana); dan Keuskupan Agung Jakarta (Pastor Rekan Paroki Santo Andreas Kedoya, sejak 2017).

Pelayanan sebagai guru pernah dijalaninya di SD Katolik Manganitu sebelum dia bergabung dengan MSC dan di SMP Sambiut ketika dia berkarya sebagai imam di sana.

Dalam pengantar Misa Requiem, Provinsial MSC Indonesia Pastor Samuel Maranresy MSC membenarkan bahwa di pikirannya saat itu adalah ciri khas dan karakter sangat menonjol dalam diri konfraternya itu, yakni “kegembiraan.” Bahkan, lanjut imam itu, “Kita tidak tahu kapan teman kita ini bersedih hati, karena di mana pun dia hadir dia selalu membawa kegembiraan dan sukacita.”

Ditegaskan dalam Misa itu bahwa Pastor Yan sudah menghayati spiritualitas hati, “hidup di dalam sukacita, hidup dalam kegembiraan” dan “itu yang dia mau wartakan kepada kita semua.”

Dalam homili, Pastor Agustinus Handoko MSC, teman seangkatan Pastor Yan saat masuk Novisiat tahun 1989, mengatakan mereka berjuang bersama selama 29 tahun sebagai MSC, dan imam itu menyaksikan “Pastor Yan betul-betul menghidupi salah satu yang ditekankan dalam Konstitusi MSC yaitu ‘sense of humor’. Di mana pun, dalam komunitas mana pun, Yan menampilkan sense of humor.” Dan, tegas imam itu, “pendiri tarekat kita, Jules Chevalier, sangat menekankan sisi ini.”

Dalam permenungan hidup komunitas MSC, jelas imam itu, 14 rahmat harus tumbuh dan salah satunya adalah gift of humor. “Nampaknya konfrater kita ini sangat menonjol dalam sisi ini dan itu sangat dirasakan umat kita,” kata imam itu mengenang keterlibatan Pastor Yan dalam Marriage Encounter (ME) dan bahwa almarhum sedang disiapkan jadi Pastor ME, “dengan warna sangat khas yaitu membawa sukacita untuk siapa pun.”

Bahkan imam itu menyebut Pastor Yan menjadi ‘alter Christi’ (Kristus yang lain) karena dia senantiasa membawa sukacita dan kegembiraan kepada siapa pun sehingga yang sedih menjadi punya pengharapan. “Inilah MSC, inilah pengikut Chevalier, yang mengembangkan sisi humor,” tegas imam itu seraya mengatakan, dengan membawa sukacita Pastor Yan “sudah menjadi Injil yang hidup.”(PEN@ Katolik/paul c pati)

Jenazah Pastor Yohanes Sareta MSC disemayamkan di aula Provinsialat MSC Jakarta
Pastor Agustinus Handoko MSC memberi homili dalam Misa Requiem

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version