Misa penerimaan anggota Postulan PDA Kelompok Thomas Aquinas Kelapa Gading dan studi tentang Ibadat Harian lewat buku Verbum Veritatis sudah selesai berlangsung di sebuah kapel di rumah pribadi di kawasan Kelapa Gading Jakarta. Dengan cekatan pemilik rumah dan kapel itu lalu melayani semua yang hadir untuk menikmati makan malam yang dia siapkan, menambah makanan yang kurang, melengkapi peralatan makan yang kurang, bahkan mengambilkan makanan untuk tamunya.
“Aloysius Aluinanto Sandjaya memang betul-betul ‘man for others’, Dominikan Awam sejati yang rajin berdoa, senang belajar, aktif dalam komunitas, dan giat mewartakan. Dia telah kembali, namun dia tetap dekat di hati kita. Tentu dia senang dan berharap Persaudaraan Dominikan Awam (PDA) Indonesia berkembang dan berbuah.”
Ketua PDA Kelompok Thomas Aquinas Kelapa Gading, Jakarta, Yos E Susanto memberikan catatan tentang sahabatnya itu kepada PEN@ Katolik. Postulan PDA Kelompok Kelapa Gading, ayah dari Pastor Edwin Bernard M Timothy OP di Amerika Serikat dan calon imam projo Frater Cornelius Leo Adrianus di Perancis, dan suami dari Esther Widyawati yang juga postulan Postulan PDA Kelapa Gading, meninggal dunia, 4 April 2020.
“Tak terasa 40 hari berlalu sejak Pak Sandjaya kembali ke rumah Bapa. Saya masih terbayang pertemuan kita, PDA Kelompok Kelapa Gading, Maret lalu, bagaimana Pak Sandjaya dengan ramah dan gembira menyambut dan melayani kita dengan “wajahnya berseri-seri,” kata Dokter Yos E Susanto yang juga doktor filsafat dan CEO RS Awal Bros Tangerang, 13 Mei 2020.
Masih berbekas di ingatan, lanjut Profesor Yos, “nasi goreng ham yang dia masak sendiri, khusus untuk kita.” Juga tak akan terlupakan, saat mau pulang, ia ke belakang mengambil box makanan, kemudian menyendokkan nasi goreng ham ke dalam box, dan diberikan untuk dibawa pulang. Begitu perhatian dia kepada orang-orang.
Para Dominikan Awam yang hadir dalam Misa penerimaan postulan dan studi ibadat harian di rumah Sandjaya, 13 Februari 2020, mengaku tak bisa melupakan bagaimana Sandjaya menawarkan makanan kepada mereka secara pribadi, bahkan “sendokin makanan.”
Mereka menyaksikan bagaimana Sandjaya mengerjakan dan menyiapkan sendiri banyak hal. “Semua dia siapkan. Itu pelayanannya kepada kita saat itu. Itulah kata-kata kenangan dan cerita pengalamannya kepada kita,” adalah kenangan mereka.
Terbentuknya PDA Kelompok Kelapa Gading tak bisa lepas dari kerinduan dan upaya Sandjaya yang merangkul para sahabatnya. Seorang rekannya mengakui, Sandjaya sangat senang bisa bergabung dalam PDA yang bisa memperkuat devosi kepada Maria dan doa ofisi (ibadat harian).
Sandjaya, kontraktor konstruksi baja yang penuh senyum, kurang bicara tapi banyak berkarya, pernah mengatakan, dia bangun kapel di rumahnya untuk doa brevirnya dan menjadi sarana untuk Misa bagi para imam yang berkunjung atau menginap di rumahnya, apalagi anaknya. PDA mengenang, di rumah itu juga Kurikulum Pembinaan PDA dibentuk tahun 2017.
Pembicaraan serius tentang pembentukan PDA Kelompok Kelapa Gading berawal dari makan bersama di restoran milik Halim OP, ayah dari seorang frater Dominikan, 29 Mei 2019. Selain Halim yang juga anggota PDA, hadir Pastor Andreas Kurniawan OP, Koordinator Dominikan Awam Nasional Theo Atmadi OP, anggota PDA Paul Tanzil OP, dan Sandjaya sendiri.
Sandjaya menanggapi usulan pembentukan itu dan menyetujui rumahnya jadi tempat pertemuan. Bahkan dia mulai ajak teman-temannya untuk bergabung, termasuk Prof Yos. Kelompok itu diresmikan 26 Oktober 2019, dan menerima postulan 9 Januari 2020.
Meski Sandjaya sudah kembali ke Rumah Bapa, tapi Theo Atmadi OP tak bisa melupakan sifatnya yang “ramah, welcoming, perhatian, dan sabar.” Menurut Theo, dia “pribadi yang berhasil, tapi tetap seperti Yesus, jadi tokoh panutan yang dikagumi banyak orang.”
Theo “kagum atas penyerahannya kepada Tuhan, sehingga lapang hati menyerahkan kedua putranya menjadi imam.” Sementara itu, lanjutnya, “Pak Sandjaja dan istrinya menyesuaikan diri terhadap panggilan anak-anaknya, ikut aktif melayani Gereja, tetap sebagai awam, dan bergabung dengan PDA.”
Menurut kesaksian anaknya, Pastor Bernard Timothy OP, Aloysius Sandjaya “memang benar-benar menjalani kehidupan yang indah dan terberkati, serta setia pada moto yang dia pelajari dari Serikat Yesus yakni Ad Majorem Dei Gloriam (Untuk Keagungan Allah Yang Lebih Besar).”
Seraya berterima kasih atas Misa dan doa yang dipanjatkan beberapa minggu terakhir untuk ayahnya, Pastor Bernard mengatakan, “Mereka telah menjadi sumber rahmat dan berkat luar biasa bagi kita semua. Meskipun sedih bahwa kami kehilangan ayah, kami bersyukur atas karunia kehidupannya itu.”
Dalam hidupnya Sandjaja juga aktif sebagai Prodiakon Paroki Santo Yakobus Kelapa Gading, Jakarta, bahkan pernah menjadi kordinator prodiakon. “Almarhum adalah sosok teladan para prodiakon Paroki Kelapa Gading dan teladan kami sebagai umat Katolik di Indonesia. Kami percaya Almarhum Aloysius A Sandjaya hidup berbahagia bersama para Kudus Allah di surga,” tulis Youtube Prodiakon Paroki Santo Yakobus Kelapa Gading.(PEN@ Katolik/paul c pati)
Artikel Terkait:
Postulan Dominikan Awam Aloysius Sandjaya yang seorang anaknya jadi imam meninggal dunia